Simbol Emansipasi, Perempuan Arab Saudi Mulai Merokok di Ruang Publik
Seperti para feminis Barat pada awal abad ke-20, di era perubahan sosial Arab Saudi, beberapa perempuan terlihat mulai merokok elektrik, merokok dengan pipa shisha, atau vaping sebagai simbol emansipasi.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
Setelah sekian lama dikekang dengan berbagai macam larangan, perempuan Arab Saudi mulai perlahan-lahan menghirup udara kebebasan. Mereka sudah diperbolehkan menonton konser musik, menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion, dan mengemudikan mobil sendirian, hingga merokok di ruang publik.
Banyak perempuan muda Arab Saudi kini bisa ditemui sedang merokok di ruang-ruang terbuka hingga di kerumunan orang. Sebut saja Rima, bukan nama sebenarnya, misalnya. Perempuan berusia 27 tahun ini terlihat sedang duduk di dalam kafe kelas atas di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Rima mencermati orang-orang di sekelilingnya di dalam kafe secara hati-hati. Ketika tidak melihat seorang pun yang kenalnya, Rima pun mulai menyalakan rokok elektrik dan mengembuskan asapnya.
”Saya merasa bahwa merokok di depan umum adalah bagian dari kebebasan saya yang baru saya dapatkan. Saya senang bahwa sekarang saya dapat memilih,” kata Rima yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Riyadh.
Rima mulai merokok dua tahun lalu. Ia menepis kekhawatiran terkait dampak berbahaya dari tembakau. Rima hanya khawatir keluarganya akan mengetahui bahwa ia merokok, tetapi siap memperjuangkan kebebasannya untuk merokok.
”Saya tidak akan memberi tahu mereka bahwa ini adalah tentang kebebasan pribadi saya. Mereka tidak akan mengerti bahwa perempuan pun bebas untuk merokok seperti pria,” kata Rima yang mengenakan abaya hitam tradisional dengan bordir emas senada dengan jilbab hitam yang menutupi rambutnya.
Seperti para feminis Barat pada awal abad ke-20, di era perubahan sosial di Arab Saudi, beberapa perempuan terlihat mulai merokok elektrik, merokok dengan pipa shisha, atau vaping sebagai simbol emansipasi.
Perempuan merokok di depan umum di Arab Saudi telah menjadi pemandangan umum dalam beberapa bulan terakhir. Ini adalah fenomena yang tidak pernah terpikirkan sebelum munculnya reformasi besar-besaran di Arab Saudi.
Citra moderat
Penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah meluncurkan serangkaian inovasi ekonomi dan sosial untuk memproyeksikan citra kerajaan yang moderat dan ramah terhadap dunia bisnis.
Perempuan Arab Saudi sekarang diizinkan untuk mengemudikan mobil, menghadiri acara publik, konser musik dan pertandingan olahraga. Tidak hanya itu, perempuan juga bisa memperoleh paspor tanpa persetujuan wali pria.
Perempuan Arab Saudi lainnya, Najla (26), mengatakan, meskipun ada perubahan sosial yang cepat, standar ganda di masyarakat Arab Saudi masih ada. Perempuan yang merokok masih dinilai sebagai ”skandal dan aib”.
Najla menjadi satu-satunya perempuan yang merokok di tengah beberapa perokok pria yang duduk di meja lain di dalam sebuah kafe. Najla mengatakan bahwa dia merokok dengan maksud ”menantang masyarakat”. Dia mengabaikan penampilan yang menjadi kotor karena merokok.
”Hak kebebasan saya sepenuhnya dihormati ketika keluarga saya menerima saya sebagai perokok,” kata Najla. Dia menceritakan bahwa seorang temannya, perempuan yang merokok, langsung dikirim ke klinik kecanduan rokok ketika orangtuanya mengetahui tentang kebiasaan merokoknya.
Najla mulai merokok ketika masih menjadi siswa sekolah. Menurut sebuah studi pada tahun 2015 oleh Fakultas Kedokteran di Universitas King Abdulaziz, seperti dikutip Arab News, 65 persen siswa perempuan SMA di Arab Saudi menjadi perokok secara diam-diam.
Telah berubah
Arab Saudi kini telah berubah. Perempuan pun telah terlepas dari segala macam pembatasan. Beberapa tahun lalu perempuan masih akan dikejar polisi agama, bahkan dipukuli jika mereka melanggar aturan, misalnya menggunakan pewarna kuku atau membiarkan beberapa helai rambut keluar dari jilbabnya.
Seorang pelayan kafe kelas atas di Riyadh menceritakan bahwa sebagian besar yang memesan shisha di kafenya adalah pelanggan perempuan. ”Realitas ini adalah sesuatu yang benar-benar tak terbayangkan tiga bulan lalu,” kata seorang pelayan asal Lebanon tersebut.
Heba (36), perempuan Arab Saudi yang juga perokok, menceritakan bagaimana dia bertumbuh dan hidup di sebuah negara yang tertutup di mana banyak larangan diberlakukan bagi perempuan.
”Saya tidak pernah membayangkan akan bisa merokok shisha di depan umum di samping pria. Sekarang, semuanya diizinkan. Para perempuan bisa keluar tanpa jilbab, tanpa abaya, dan mereka bahkan merokok di depan umum,” kata Heba.
Meskipun Arab Saudi sudah melakukan reformasi bagi perempuan, pemerintah tetap menindak para pembangkang, termasuk kelompok intelektual, ulama, dan aktivis perempuan.
Pada tahun 2018, pihak berwenang di Arab Saudi menangkap puluhan aktivis perempuan tepat sebelum pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan. Padahal, larangan itu sudah berlaku puluhan tahun lamanya.
Banyak perempuan yang ditahan di penjara Arab Saudi menuduh para interogator mereka telah melakukan pelecehan dan penyiksaan seksual. Namun, Pemerintah Arab Saudi menolak tuduhan itu.
”Tidak ada keraguan bahwa pada tingkat persona ada lebih banyak kebebasan,” kata Walid al-Hathloul, yang saudara perempuannya, Loujain, diadili atas tuduhan memiliki kontak dengan media asing dan diplomat.
Menurut Walid al-Hathloul, reformasi yang mendukung kebebasan perempuan adalah bagian dari kampanye hubungan masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan catatan hak asasi manusia Kerajaan Arab Saudi.
”Penangkapan dan demonisasi aktivis perempuan adalah buktinya. Reformasi tidak akan diberlakukan untuk aktivis perempuan,” kata Walid al-Hathloul. (AFP)