Pengusaha Belanda mengajak para pengusaha Indonesia untuk menjalin aliansi dagang. Mereka ingin menembus pasar Asia lewat Indonesia. Indonesia bisa memanfaatkan Belanda untuk menembus pasar Eropa.
Oleh
KRIS MADA, DARI DEN HAAG, BELANDA
·4 menit baca
DEN HAAG, KOMPAS — Pengusaha Belanda mengharapkan aliansi lebih erat dengan pengusaha Indonesia. Aliansi itu akan membuka peluang perluasan pasar Asia dan Eropa bagi pengusaha Indonesia-Belanda.
”Indonesia salah satu pasar paling berkembang. Dengan aliansi, akan berkembang lebih pesat lagi. Kami pernah melakukan (aliansi dagang) ini sebelumnya dan sukses. Saya yakin kali ini akan sukses juga,” kata Presiden VNO-NCW Hans de Boer, Senin (17/2/2020), di Den Haag, Belanda.
VNO-NCW adalah lembaga setara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Indonesia. De Boer menyebut perusahaan-perusahaan Belanda mempunyai berbagai inovasi dan teknologi yang bisa dikembangkan untuk pasar Asia. Walakin, mengetahui kondisi pasar juga tidak kalah penting. Pengetahuan kondisi pasar dimiliki para pengusaha Indonesia. ”Jangan hanya melihat pasar Indonesia dan Belanda,” ujarnya.
Kemitraan Indonesia-Belanda membuat pengusaha Belanda mempunyai mitra yang tahu kondisi pasar Asia. Sebaliknya, pengusaha Indonesia akan mempunyai mitra untuk menembus pasar Eropa. Indonesia bisa memanfaatkan pengusaha Belanda yang memahami seluk beluk aturan dagang di Eropa.
”Indonesia mempunyai fasilitas terbaik di kawasan. Saya melihat itu di PAL,” kata Direktur Pemasaran Indonesia-Malaysia untuk Damen Gysbert Boersma merujuk pada perusahaan pembuat kapal di Surabaya.
Damen merupakan galangan kapal yang telah membuat sejumlah kapal perang untuk Indonesia. Selama ini, Damen bermitra, antara lain, dengan PT PAL, PT LEN, dan PT DNS untuk produksi kapal-kapal perang tersebut.
Gabungan pemanfaatan fasilitas itu dengan teknologi dan pengalaman Belanda membuka peluang perluasan pasar. Bahkan, Damen tidak menampik kemungkinan produksi dari Indonesia menembus pasar ekspor yang lebih luas. Perusahaan yang menjual rata-rata 3 kapal per pekan secara global itu telah memanfaatkan mitra dan galangan di sejumlah negara untuk sejumlah pasar ekspor.
UKM
Juru bicara VNO-NCW, Edwin van Scherrenburg, mengatakan bahwa aliansi dengan Indonesia tidak hanya untuk perusahaan besar. VNO- NCW justru mendorong usaha kecil dan menengah di Indonesia-Belanda saling bermitra untuk memperluas pasar ekspor. ”Di Belanda, banyak UKM menggarap pasar ekspor,” ujarnya.
VNO-NCW juga mempunyai sayap organisasi yang anggotanya adalah para pensiunan pengelola perusahaan. Mereka kerap memberikan pelatihan gratis bagi UKM di Belanda dan berbagai negara. ”Mereka menawarkan pengalaman dan ide untuk memperbesar jangkauan UKM,” kata Van Scherrenburg.
Perluasan jangkauan pasar UKM menjadi konsentrasi Jakarta dan Den Haag. Indonesia-Belanda ingin terus memperbesar pasar ekspor. ”Kami ingin meningkatkan peran internasional,” ujar De Boer.
Selama ini, perdagangan dan investasi internasional Belanda menyumbang 35 persen produk domestik bruto negara itu. Dalam 10 tahun ke depan, Den Haag ingin porsi kontribusi perdagangan dan investasi internasional naik 5 persen. ”Harus menemukan pasar baru di luar Eropa. Kami akan membantu perusahaan Belanda menjangkau Asia Tenggara,” katanya.
Belanda adalah investor terbesar Eropa di Indonesia.
De Boer menjelaskan, selama ini kemitraan ekonomi Indonesia-Belanda memang sudah kuat. Bahkan, perdagangan Indonesia-Belanda lebih menguntungkan Indonesia. Hal itu tecermin dari surplus 2 miliar euro untuk Indonesia pada neraca perdagangan Indonesia-Belanda 2018. Sebab, Indonesia mengekspor aneka komoditas bernilai 2,8 miliar euro ke Belanda. Sebaliknya, Indonesia hanya mengimpor aneka komoditas bernilai 798 juta euro dari Belanda.
Selain itu, nilai investasi Indonesia di Belanda hanya 210 juta euro. Sebaliknya, total investasi Belanda ke Indonesia mencapai 4,2 miliar euro. ”Belanda adalah investor terbesar Eropa di Indonesia. Belanda di peringkat ke-7 bila dibandingkan investor secara keseluruhan dari semua negara,” ujar De Boer.
Kapasitas itu masih bisa diperluas. Belanda optimistis peluang masih terbuka. Masalahnya, Belanda masih merasakan sejumlah aturan Indonesia yang belum sepenuhnya mendukung perluasan itu. ”Kami mengerti Indonesia ingin melindungi kepentingannya,” kata De Boer menambahkan.
Boersma mengatakan, kemitraan Indonesia-Belanda bukan hanya soal menambah neraca dagang. Kemitraan itu bisa meningkatkan pengetahuan kedua belah pihak. ”Dalam proses produksi kapal perang, kami bekerja sama dengan lembaga yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Lewat kerja sama itu, kami berbagi pengetahuan dan pengalaman,” ujarnya.
Damen, antara lain, menggandeng Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) untuk mengembangkan penelitian teknik perkapalan dan bangunan air. Dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia, Damen memberikan pengetahuan soal jenis bahan baku yang dibutuhkan perusahaan itu dan cara memproduksi bahan baku itu.