Kasus Covid-19 di Korsel Melonjak, Kematian di China Tembus 2.000
Di tengah upaya untuk meredakan penularan Covid-19, dari Korea Selatan dikabarkan adanya lonjakan baru penularan penyakit itu.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
SEOUL, RABU — Korea Selatan melaporkan 15 kasus baru wabah virus korona tipe baru (Covid-19), Rabu (19/2/2020), melonjak dua kali lipat dari sehari sebelumnya. Pada saat yang sama, meski jumlah laporan kasus baru dilaporkan menurun, jumlah kematian akibat virus Covid-19 di China telah mencapai lebih dari 2.000 orang.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 15 kasus virus korona baru telah dikonfirmasi, meningkat totalnya dari 31 menjadi 46 kasus. Sebanyak 13 kasus berada di Daegu dan provinsi tetangganya, Gyeongsang Utara, dengan 11 di antaranya diyakini terkait dengan satu pasien, seorang perempuan berusia 61 tahun. Menurut keterangan KCDC, sebanyak sepuluh dari mereka beribadah di gereja yang sama dengan perempuan itu.
Sang perempuan itu pertama kali terserang demam pada 10 Februari tetapi dilaporkan menolak untuk dites terhadap virus korona dengan alasan dia baru saja bepergian ke luar negeri. Dia tidak dimasukkan ke karantina sampai seminggu kemudian dan dikonfirmasi sebagai kasus ke-31 negara itu pada hari Selasa.
Seoul telah memblokir masuknya orang asing yang datang dari Hubei, China, yang merupakan pusat penyebaran virus Covid-19. Korsel juga menangguhkan masuknya visa bebas ke Pulau Jeju, yang populer di kalangan wisatawan China tetapi belum memberlakukan larangan umum atas kedatangan dari negara itu.
Di China sendiri, korban jiwa akibat virus Covid-19 melewati 2.000 orang pada hari Rabu meskipun jumlah kasus baru turun untuk hari kedua berturut-turut. Pihak berwenang memperketat langkah-langkah penahanan yang sudah parah di kota Wuhan sebagai wilayah terparah dilanda wabah virus itu.
Kenaikan terendah
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 1.749 kasus infeksi virus korona baru yang dikonfirmasi, kenaikan harian terendah sejak 29 Januari. Sementara itu, Provinsi Hubei–pusat penyebaran virus Covid-19–melaporkan jumlah infeksi baru terendah sejak 11 Februari.
Angka-angka terbaru menunjukkan bahwa jumlah total kasus di China menjadi lebih dari 74.000 dengan 2.004 kematian, tiga perempat di antaranya terjadi di ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan. Kota berpenduduk 11 juta orang, tempat virus itu pertama kali muncul tahun lalu, berada di bawah penguncian secara virtual.
Pejabat China mengatakan, penurunan yang nyata dalam tingkat infeksi adalah bukti bahwa virus seperti flu sedang dikendalikan. Meskipun demikian, kalangan pejabat kesehatan global mengatakan masih terlalu dini untuk memprediksi bagaimana epidemi virus itu akan terjadi. Kepala rumah sakit terkemuka di Wuhan, tempat virus itu diyakini berasal, meninggal karena penyakit itu pada Selasa. Dia menjadi petugas kesehatan ketujuh yang meninggal karena penyakit tersebut.
Media Pemerintah China melaporkan bahwa Hubei akan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk menemukan pasien dengan demam untuk membantu mengatasi epidemi. Hal itu akan dilakukan di atas langkah-langkah yang telah diambil untuk mengisolasi provinsi tersebut.
Masih terkait wabah virus itu, rumah mode Italia, Prada, telah menunda pertunjukan di Jepang pada bulan Mei karena wabah itu. Pernyataan manajemen disampaikan pada Selasa. ”Karena ketidakpastian saat ini terkait dengan penyebaran virus korona tipe baru, peragaan busana Prada Resort yang semula dijadwalkan pada 21 Mei di Jepang akan ditunda,” kata perusahaan itu dalam pernyataan surelnya.
Manajemen menambahkan bahwa keputusan itu diambil sebagai tindakan pencegahan serta ”tindakan tanggung jawab dan rasa hormat” untuk semua yang bekerja dan berencana untuk menghadiri pertunjukan. ”Jepang tetap menjadi salah satu pasar strategis Prada dan acara yang relevan akan dijadwalkan di negara itu pada saat yang lebih tepat,” pihak manajemen perusahaan lebih lanjut. (AP/AFP/REUTERS)