logo Kompas.id
InternasionalAnjing dan Keistimewaan...
Iklan

Anjing dan Keistimewaan ”Cintanya”

Anjing dikenal sebagai salah satu hewan yang paling setia dengan tuannya. Sebuah penelitian terbaru di Jepang memperlihatkan ikatan emosional manusia dan anjing menyerupai kedekatan emosional ibu dan bayinya.

Oleh
Elok Dyah Messwati
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/mDsELJ6ItWilGpZETmnk5FonmWs=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438180_1582302243.jpg
PHOTO BY FRANCOIS GUILLOT / AFP

Seorang perempuan mencium anjingnya saat berpose dalam bingkai kue berbentuk simbol cinta di Paris, Perancis, 14 Februari 2014.

Jika Anda pergi ke Jepang, mampirlah ke tiga tempat ini: depan Stasiun Shibuya di Tokyo, halaman Universitas Tokyo, dan depan stasiun Odate di Perfektur Akita. Di tempat-tempat itu, Anda akan melihat patung seekor anjing. Patung itu bukan sekadar patung rekaan, melainkan ada sosok aslinya: anjing bernama Hachiko.

Hachiko adalah anjing jantan jenis akita inu. Anjing yang lahir di kota Odate, 10 November 1923, ini sangat istimewa. Setelah dipelihara oleh Profesor Ueno, Hachiko dibawa ke Tokyo dan menjelma menjadi anjing yang sangat setia pada tuannya. Setiap hari dia menanti di Stasiun Shibuya, menunggu Profesor Ueno pulang bekerja.

Saat Profesor Ueno meninggal pada 1925, Hachiko masih terus menantinya di Stasiun Shibuya setiap hari hingga 10 tahun kemudian. Dia tak tahu bahwa tuannya, Profesor Ueno, telah tiada. Yang dia lakukan adalah menjalani rutinitas menanti dan menjemput Profesor Ueno hingga akhirnya Hachiko meninggal tahun 1935.

Baca juga: Anjing Punya Kemampuan Metakognisi

Setelah Hachiko tiada, kisah anjing yang setia ini menjadi inspirasi dunia pariwisata. Patungnya tidak hanya dibangun di dua stasiun, tetapi juga dibangun di halaman Universitas Tokyo, tempat Profesor Ueno mengajar. Banyak pengunjung lokal dan wisatawan asing datang ke tiga lokasi itu untuk mengenang kesetiaan Hachiko.

https://cdn-assetd.kompas.id/RTjpImp-egyNBOnOA3wBXqtt8oI=/1024x685/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438162_1582302204.jpg
PHOTO BY JUNI KRISWANTO / AFP

Warga Indonesia pecinta anjing, Handoko Njotokusumo, membonceng anjingnya di atas sepeda motor yang melaju di jalan raya di Surabaya, Jawa Timur, dalam foto yang tak disebutkan tanggal pengambilannya.

Selain kisah Hachiko, masih banyak video di YouTube yang bisa dilihat betapa anjing bisa sangat setia kepada tuannya. Ada juga anjing yang pandai melakukan perintah tuannya. Ini yang menjadikan anjing sangat dekat dengan manusia.

Kadang anjing menjadi penjaga rumah, menemani tuannya berjalan-jalan di sekitar rumah, serta menjadi kawan bagi anak-anak dan orang dewasa di dalam rumah.

Baca juga: Erika Kusuma Wardani, Perempuan Pemberi Perlindungan pada Anjing Telantar

Keistimewaan anjing

Sebuah buku baru berjudul Dog is Love: Why and How Your Dog Loves You menceritakan bagaimana cinta itu diperlukan untuk memahami hubungan tak hanya antarmanusia saja, tetapi juga untuk mengerti hubungan kemitraan antarspesies, seperti anjing dan manusia.

Clive Wynne (59), psikolog hewan dan pendiri Canine Science Collaboratory di Arizona State University, Amerika Serikat, mulai mempelajari soal anjing awal tahun 2000-an. Ia meyakini bahwa emosi yang kompleks dalam diri manusia dan hubungannya dengan anjing tidak bisa diabaikan.

https://cdn-assetd.kompas.id/xru555W1Td-pGcX_pIMgQr9YgU4=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438159_1582302196.jpg
PHOTO BY BEHROUZ MEHRI / AFP

Pecinta anjing, Neda, bermain dengan anjing-anjing di tempat penitipan hewan Vafa di kota Hashtgerd, sekitar 70 kilometer sebelah barat Teheran, Iran, 30 Juni 2011.

Ilmu pengetahuan tentang anjing telah berkembang dalam dua dekade terakhir. Sebagian besar penelitian memuji kecerdasan yang dimiliki oleh seekor anjing. Judul-judul buku, seperti Genius of Dogs karya Brian Hare, menguraikan gagasan bahwa anjing memiliki kecerdasan bawaan dan sangat luar biasa.

Baca juga: Otot Anjing Berevolusi untuk Berkomunikasi dengan Manusia

Iklan

Burung merpati dapat mengidentifikasi berbagai jenis obyek dalam gambar 2D, lumba-lumba bisa memahami tata bahasa, dan lebah madu mengisyaratkan lokasi sumber makanan satu sama lain melalui tarian. Anjing tak kalah dari mereka. Serigala, spesies nenek moyang anjing yang dikenal karena keganasannya, justru telah menunjukkan kemampuan mengikuti petunjuk manusia.

Cinta itu diperlukan untuk memahami hubungan tak hanya antarmanusia saja, tetapi juga untuk mengerti hubungan kemitraan antarspesies, seperti anjing dan manusia.

Wynne mengusulkan perubahan paradigma, yakni menyintesiskan penelitian lintasdisiplin untuk menempatkan naluri ”rasa senang berteman” yang dimiliki anjing. Ini membedakan anjing dengan spesies-spesies lainnya.

https://cdn-assetd.kompas.id/a3DaOKvH5RQz_ADicyI3FA5qZRI=/1024x682/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438183_1582302255.jpg
PHOTO BY LOIC VENANCE / AFP

Anak perempuan berjalan dengan anjingnya di depan grafiti yang berarti "Cinta tak mungkin dihindari" di dekat restoran "Le carillon", salah satu lokasi serangan di Paris, 15 November 2015.

Ikatan emosional

Salah satu kemajuan paling mencolok datang dari penelitian tentang oksitosin (oxytocin), zat kimia otak yang memperkuat ikatan emosional antar manusia. Menurut bukti terbaru, oksitosin juga ada dalam hubungan antarspesies antara anjing dan manusia.

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Takefumi Kikusui di Universitas Azabu, Jepang, menunjukkan bahwa tingkat lonjakan kimiawi oksitosin ketika manusia dan anjing saling menatap mata mencerminkan efek yang diamati terjadi antara ibu dan bayi.

Baca juga: "Tolong, Aku Ini Masih Hewan...!"

Ahli genetika UCLA, Bridgett vonHoldt, membuat penemuan mengejutkan pada 2009 bahwa anjing memiliki mutasi pada gen yang sama, seperti sindrom Williams pada manusia, yakni kondisi yang ditandai oleh keterbatasan intelektual dan kegembiraan luar biasa. ”Hal penting tentang anjing, seperti halnya orang dengan sindrom Williams, adalah keinginan untuk membentuk hubungan yang dekat, untuk memiliki hubungan pribadi yang hangat, untuk mencintai dan dicintai,” tulis Wynne.

https://cdn-assetd.kompas.id/qKDffiFuYWBXIPRKgdnwMZItIXw=/1024x682/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438168_1582302215.jpg
PHOTO BY CHANDAN KHANNA / AFP

Seorang bocah di India bermain dengan seekor anjing di area permukiman kumuh dekat Taj Mahal di Agra, India, menjelang kunjungan Presiden AS Barack Obama, 25-27 Januari 2015.

Banyak wawasan juga telah diperoleh melalui tes perilaku baru. Banyak tes yang dibuat oleh Wynne dan mudah ditiru di rumah, yakni dengan memberikan perhatian dan makanan atau minuman.

Salah satu peneliti, yang terlibat dalam penelitian, menggunakan tali untuk membuka pintu depan rumah anjing dan meletakkan semangkuk makanan pada jarak yang sama dengan tuannya. Ternyata anjing-anjing itu lebih memilih mendekati tuannya terlebih dahulu daripada makanan yang disodorkan.

Baca juga: Manusia Gemuk, Anjing Ikut Gemuk

Resonansi magnetik pada ilmu saraf juga menunjukkan bahwa otak anjing merespons pujian lebih banyak daripada makanan. Namun, meski memiliki kecenderungan bawaan sifat berkasih sayang, anjing tetap membutuhkan pengasuhan di awal kehidupannya.

https://cdn-assetd.kompas.id/7mpDCw7xgbuY3WDb2TI8iaUONcw=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FUS-ANIMAL-DOGS-BOOK-WYNNE_87438189_1582302150.jpg
PHOTO BY JONATHAN NACKSTRAND / AFP

Warga Greenland, Kunuk Abelsen, berdiri di tengah anjing-anjingnya di dekat Kulusuk, Greenland, 19 Agustus 2019.

Wynne adalah seorang pembela teori tumpukan kotoran. Menurut teori itu, dahulu anjing-anjing purba senang berkumpul di sekitar tempat pembuangan manusia. Perlahan-lahan mereka pun bermitra dengan manusia dengan ikut melakukan ekspedisi perburuan bersama-sama.

”Semua yang diinginkan anjing Anda adalah agar Anda menunjukkan jalan kepada mereka,” kata Wynne.

Semua itu bisa diperoleh melalui perhatian yang penuh welas asih dan penguatan hubungan secara positif dengan anjing. ”Anjing-anjing kita memberi kita begitu banyak dan sebagai balasannya mereka tidak meminta banyak. Anda tidak perlu membeli semua mainan dan makanan yang mahal. Mereka hanya perlu kita temani. Mereka harus bersama manusia, tidak diisolasi,” kata Wynne. (AFP)

Editor:
samsulhadi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000