Penyakit Covid-19 yang dipicu oleh virus korona tipe baru masih menjadi ancaman serius. Meskipun di China jumlah kasus dikabarkan menurun, penularan Covid-19 di luar negara itu justru bertambah.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
SHANGHAI, SABTU — Meskipun di China dilaporkan adanya penurunan jumlah kematian dan kasus baru akibat wabah Covid-19, penyakit itu tetap menjadi ancaman serius. Di beberapa negara, jumlah kasus penularan Covid-19 dilaporkan meningkat. Selain itu, dalam sejumlah kasus ditemukan indikasi unik terkait penyakit tersebut.
Otoritas kesehatan China, Sabtu (22/2/2020), mengatakan, pada hari Jumat tercatat 397 kasus baru, turun dari temuan kasus baru sehari sebelumnya, yaitu 889 kasus. Total hingga Sabtu, jumlah kasus penularan Covid-19 di China mencapai 76.288 kasus, dengan jumlah kematian hingga Jumat sebanyak 2.345.
Dari berbagai kasus yang ditemui, ilmuwan China menemukan satu kasus unik yang menjadi bukti baru penyebaran asimptomatik Covid-19.
Jumat lalu dilaporkan, seorang perempuan di Wuhan yang menginfeksi lima kerabatnya ternyata tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Selain kasus itu, ditemukan juga kasus positif—tetapi tidak menunjukkan gejala hingga hari ke-27—pada seorang laki-laki berusia 70 tahun di Hubei. Kasus itu menunjukkan bahwa masa inkubasi virus bisa lebih lama dari yang sebelumnya diperkirakan, yaitu 14 hari.
Masa inkubasi yang lebih lama dapat memperumit upaya untuk menahan penyebaran epidemi itu di China dan yang saat ini juga terus menyebar di luar China.
Menyebar
Dari Iran dikabarkan, seorang pejabat distrik di ibu kota Teheran positif tertular Covid-19. Di negara itu saat ini tercatat ada 18 kasus penularan, dengan empat di antaranya menelan korban jiwa.
Otoritas Italia juga mengabarkan, seorang pria lanjut usia meninggal karena penyakit itu. Kasus kematian itu adalah yang pertama terjadi di Italia. Hingga saat ini dilaporkan ada 19 kasus penularan Covid-19 di negara tersebut.
Selain kedua negara itu, otoritas Korea Selatan, Sabtu, melaporkan ditemukannya 142 kasus baru. Total tercatat ada 346 kasus penularan Covid-19 di Korsel.
Meskipun jumlah penularan dan kasus baru di luar China tidak sebesar yang terjadi di China, penyebaran kasus ke berbagai negara membuat para ahli makin khawatir. Para pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tindakan tegas China atas sejumlah wilayah di negara itu memang memberi waktu bagi komunitas global untuk bersiap menghadapi penyakit yang ditimbulkan oleh virus baru tersebut.
Namun, ketika hot spot baru muncul di seluruh dunia, ada kesulitan menemukan sumber awal—pasien pertama yang memicu setiap kluster baru. Situasi itu menandakan penyakit ini mulai menyebar luas.
”Meskipun jendela peluang semakin sempit untuk menahan wabah, kami masih memiliki kesempatan untuk menahannya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. ”Namun, ketika melakukan itu, kita harus bersiap—pada saat yang sama—untuk setiap kemungkinan, karena wabah ini bisa mengarah ke mana saja.”
Ian Mackay, peneliti virus dari Universitas Queensland, Australia, berpendapat, penyebaran Covid-19 sudah meluas. ”Sejumlah titik api, yang terjadi di seluruh dunia, adalah tanda bahwa segala sesuatunya berjalan cepat dan apa yang akan kita hadapi saat ini mungkin adalah pandemi,” kata Mackay.
Akan tetapi, WHO tidak sepakat dengan pendapat itu. ”Apa yang kami lihat adalah fase yang sangat berbeda dari wabah ini tergantung di mana Anda melihat,” kata Dr Sylvie Briand dari WHO. ”Kami melihat berbagai pola penularan di tempat yang berbeda.”
WHO mendefinisikan ”pandemi global” ketika penyakit menyebar di dua benua. Sementara itu, sejumlah ahli kesehatan masyarakat mengategorikan satu wabah adalah pandemi apabila penyebarannya terjadi di wilayah yang luas atau melintasi banyak perbatasan internasional. (AP/AFP/Reuters)