Pada 9-13 Maret mendatang, Raja Belanda Willem-Alexander dijadwalkan berkunjung ke Indonesia. Ini bukan kunjungan biasa. Ini kunjungan istimewa guna merajut aliansi dan kerja sama dua negara dalam poros Jakarta-Den Haag.
Oleh
Kris Mada dari Den Haag, Belanda
·4 menit baca
Kehendak merdeka pernah membuat Amerika Serikat dan Inggris jadi seteru. Kini dua bangsa itu bersekutu dan menjadi bagian dari negara maju. Hubungan Indonesia-Belanda bisa seperti itu. Rekaman hubungan Jakarta Den Haag memang tidak selalu nyaman dibicarakan. Bagi kedua bangsa, ada periode-periode menyakitkan dalam pandangan masing-masing.
Walakin, hal itu tidak menutup fakta bahwa kedua bangsa perlu bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik bagi semua. Kerja sama membuat Jakarta-Den Haag bisa menggabungkan potensi terbaik demi memenangi persaingan global.
Dengan penduduk usia produktif hampir 200 juta orang, daratan 1,9 juta kilometer persegi, dan posisi geografis di kawasan tropis, serta regulasi yang semakin ramah investasi, Indonesia mengincar masuk lima besar perekonomian global.
Sebaliknya, dengan kekayaan inovasi dan jaringan usaha yang menggurita di banyak negara, Belanda ingin meningkatkan peran internasionalnya. Karena itu, Belanda ingin menjalin aliansi dagang dengan Indonesia.
Keinginan tersebut ditandai dengan rencana lawatan 135 pengusaha anggota VNO-NCW, lembaga di Belanda sejenis kamar dagang dan industri, ke Indonesia. Mereka akan menyertai kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander ke Indonesia pada 9-13 Maret 2020.
”VNO-NCW menyeleksi ketat perusahaan yang akan ikut kunjungan kenegaraan. Di luar rombongan raja, ada juga (perwakilan) perusahaan-perusahaan lain yang berangkat secara terpisah,” kata Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja.
Raja Willem-Alexander menyatakan, lawatannya bermakna penting untuk kerja sama Indonesia-Belanda. Lewat lawatan itu, Den Haag berharap hubungan dengan Jakarta semakin erat dan melompat ke tahap yang lebih baik.
Selain diiringi para pengusaha, Raja Willem-Alexander juga akan didampingi lima menteri kala melawat ke Indonesia. Selain disertai Menteri Luar Negeri Stephanus Abraham Blok, kunjungan itu juga akan diikuti oleh Menteri Perdagangan dan Pembangunan Internasional Sigrid Kaag, Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Cora van Nieuwenhuizen, Menteri Kesehatan dan Olahraga Bruno Bruins, serta Menteri Pertanian, Lingkungan, dan Mutu Pangan Carola Schouten.
Menteri-menteri itu mengurus sektor-sektor yang akan menjadi fokus peningkatan kerja sama Jakarta-Den Haag lewat kunjungan Raja. ”Kunjungan Raja seperti permata dalam hubungan Indonesia-Belanda yang selama ini sudah erat,” kata Blok.
Rekayasa lingkungan dan bangunan air, pertanian, pendidikan, dan perdagangan akan digarap serius lewat kunjungan Raja.
Reputasi Belanda pada bidang-bidang itu memang sudah teruji secara global. Selama ratusan tahun, Belanda terbukti jago dalam rekayasa lingkungan dan bangunan air. Sementara di sektor pertanian, Belanda adalah eksportir pangan terbesar kedua di dunia. Nilai ekspor pangan tahunan Belanda setara dengan separuh APBN Indonesia yang rata-rata di atas Rp 2.200 triliun per tahun.
Menantang Brussels
Keseriusan Belanda bekerja sama dengan Indonesia ditunjukkan dengan posisinya yang tidak selaras dengan Uni Eropa soal sawit. Komisi Eropa mengadopsi aturan pelaksanaan Arahan Energi Terbarukan II (Renewable Energy Directive/RED II). Dokumen RED II berisi, antara lain, tidak direkomendasikannya minyak sawit mentah sebagai bahan bakar nabati di wilayah UE.
Resolusi sawit itu merupakan hasil kesepakatan Parlemen Uni Eropa (UE) untuk menghapus penggunaan produk kelapa sawit pada 2021 dan bahan bakar alami dengan bahan dasar tanaman bagi semua negara anggota, termasuk Belanda. Secara terbuka, Blok menyatakan bahwa Den Haag tidak mendukung pelarangan itu. Bagi Belanda, persoalan sawit harus dicarikan solusinya.
Karena itu, Indonesia-Belanda menandatangani nota kesepahaman tentang sawit lestari dan berkelanjutan. Belanda akan membantu petani kecil Indonesia mendapat sertifikasi lestari dan berkelanjutan. Sertifikasi itu penting untuk menunjukkan bahwa sawit dari Indonesia telah memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.
Raja Willem-Alexander juga mendukung sawit berkelanjutan. Lewat lawatan ke Kalimantan, ia akan menunjukkan dukungan tersebut. Presiden VNO-NCW Hans de Boer menekankan, Indonesia lebih diuntungkan dalam kerja sama kedua negara beberapa tahun terakhir. Hal itu ditunjukkan neraca dagang yang selalu surplus lebih dari 1 miliar euro untuk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam kondisi perlambatan ekonomi global dan perdagangan Indonesia-Belanda ikut menurun sekali pun, Indonesia tetap diuntungkan dari perdagangan Jakarta-Den Haag. Ia tidak menampik bahwa Belanda tergiur dengan status Indonesia sebagai pasar terbesar Asia Tenggara dan masih terus berkembang.
Walakin, ia menyebut aliansi Indonesia-Belanda adalah peluang menembus lebih dari sekadar pasar Jakarta-Den Haag. Tanjung Priok akan jadi pintu Belanda memperluas jangkauan di Asia Tenggara. Sementara Rotterdam jadi gerbang Indonesia menerobos Eropa. Inilah era untuk menghentikan penggunaan ”Belanda masih jauh”, frasa yang menggambarkan keadaan masih aman.
Sekarang saatnya mengatakan ”Belanda semakin dekat” untuk menggambarkan era baru kerja sama Jakarta-Den Haag yang menuju kemajuan bersama kedua bangsa.