Penyebaran virus SARS-CoV-2 terus meluas. Beberapa negara, seperti Korea Selatan, melaporkan peningkatan tajam jumlah kasus penularan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Seoul, Senin - Korea Selatan kembali melaporkan peningkatan jumlah warga yang tertular COVID-19. Hingga Senin (24/2/2020) tercatat ada 833 kasus dengan tujuh laporan kematian. Ini berarti Korea Selatan menjadi negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia di luar China. Sementara dari China dilaporkan ada 150 orang meninggal lagi akibat virus ini.
Kasus virus Korona di Korsel cepat bertambah sejak kasus infeksi pertama muncul di sebuah komunitas sekte keagamaan di kota Daegu, pekan lalu. Mayoritas kasus yang muncul terkait dengan Gereja Jesus Shincheonji. Pusat Antisipasi dan Pengendalian Penyakit Korea (KCDC) menyebutkan dari 161 kasus baru, 115 kasus diantaranya berasal dari sekte itu.
Presiden Korsel Moon Jae-in, Minggu, meningkatkan status kesiagaan COVID-19 menjadi level tertinggi, siaga 1. Seluruh sekolah masih akan ditutup hingga pekan depan dan pengawasan terhadap kedatangan orang dari China juga akan diperketat hingga dua pekan ke depan. Operasional transportasi umum juga dibatasi terutama penerbangan dari dan ke Korsel. Moon berjanji akan mengambil langkah tegas dan cepat untuk menghentikan penambahan kasus.
“Wabah ini semakin mengkhawatirkan. Kita harus cepat. Harus segera ambil langkah cepat, apapun caranya,” kata Moon.
Sampai sekarang masih belum diketahui penyebab dan asal munculnya kasus-kasus yang baru di Korsel. Apalagi setelah diketahui pasien yang baru dinyatakan terinfeksi ternyata tidak pernah bepergian ke luar negeri.
Kebingungan yang sama juga dihadapi Italia yang menjadi negara pertama di Eropa yang melaporkan adanya kasus positif COVID-19. Para ahli masih bingung karena pada sejumlah kasus tidak ditemukan ada kaitan apapun dengan China. Kasus di Italia kini 152 kasus, jumlah terbanyak di luar benua Asia, dan 3 orang diantaranya meninggal. Untuk mengantisipasi penyebaran virus, pemerintah membatalkan semua acara perayaan dan menutup tempat-tempat hiburan.
Jangankan negara lain, China saja sampai sekarang masih menganggap situasi ini kompleks dan serba tidak jelas. Setidaknya begitu pandangan Presiden China Xi Jinping. Xi khawatir wabah ini mengganggu industri dan pertanian. “Tahapan ini yang penting langkah antisipasi dan pengendalian,” ujarnya.
Asisten Menteri Keuangan China Ou Wenhan mengatakan pemerintah mengalokasikan 14,16 miliar dollar AS khusus untuk menangani kasus COVID-19.
Meski situasinya masih dinilai kompleks, jumlah kasus baru di China justru turun. Tidak seperti kasus di luar China yang bertambah cepat. Empat provinsi di China yakni Yunnan, Guangdong, Shanxi, dan Guizhou sudah menurunkan status kesiagaannya. Yunnan dan Guizhou menurunkan kesiagaan dari level 1 ke 3. Sementara Guangdong dan Shanxi turun ke level 2. Sebelumnya, Sabtu, Provinsi Gansu dan Liaoning juga sudah melakukannya.
Untuk memastikan situasi di China, tim pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendatangi Wuhan, lokasi dimana kasus pertama ditemukan, pekan lalu. Selama satu pekan di China, tim WHO itu mendatangi dua rumah sakit termasuk rumah sakit darurat yang semula gelanggang olahraga. (REUTERS/AFP/AP)