WHO Peringatkan Dunia Bersiap Hadapi Potensi Pandemi Covid-19
WHO memberi perhatian serius pada kenaikan tiba-tiba atas kasus Covid-19 di Italia, Iran, dan Korsel. Saat ini, terlalu dini mendeklarasikan virus Covid-19 sebagai pandemi meski wabah itu bisa mencapai level tersebut.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
GENEVA, SELASA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, wabah virus korona tipe baru atau yang kini disebut virus Covid-19 telah mencapai puncak penyebarannya di China. Namun, organisasi itu juga mengatakan, kenaikan kasus tersebut di tempat-tempat lain menjadi keprihatinan mendalam. WHO memperingatkan negara-negara di dunia untuk bersiap menghadapi potensi pandemi virus tersebut.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Geneva, Swiss, Senin (24/2/2020) waktu setempat atau Selasa dini hari WIB, menegaskan bahwa wabah Covid-19 bisa ditundukkan. Ia juga menyatakan, saat ini terlalu dini untuk mendeklarasikan penyebaran virus Covid-19 sebagai pandemi meski wabah itu berpotensi mencapai tingkatan tersebut.
”Pesan utama yang seharusnya bisa memberikan harapan, keteguhan, dan kepercayaan diri adalah bahwa virus ini bisa dikendalikan. Bahkan, banyak negara telah benar-benar mengendalikan (virus) itu,” ujar Tedros.
”Menggunakan kata ’pandemi’ saat ini tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dapat menimbulkan kecemasan,” lanjut pria berkebangsaan Etiopia itu. ”Kita harus fokus dalam mengendalikan (virus itu) sambil melakukan apa saja yang bisa kita persiapkan untuk menghadapi potensi pandemi.”
Tedros mengatakan, kenaikan yang tiba-tiba pada kasus di Italia, Iran, dan Korea Selatan menjadi perhatian serius. WHO telah mengumumkan status darurat kesehatan internasional bulan lalu, saat di luar China masih kurang dari 100 kasus virus Covid-19 dan delapan kasus penularan antarmanusia mulai terjadi di China.
”Apakah virus ini berpotensi menjadi pandemi? Pasti. Apakah saat ini kita sudah berada pada level (pandemi) itu? Dari penilaian kami, belum,” ujar Tedros.
Apakah virus ini berpotensi jadi pandemi? Pasti. Apakah saat ini kita sudah berada pada level (pandemi) itu? Dari penilaian kami, belum.
Ia menyebutkan, puncak penyebaran virus Covid-19 di China berlangsung antara 23 Januari dan 2 Februari lalu. Sejak itu, lanjutnya, ”jumlah kasus-kasus baru perlahan-lahan menurun”.
”Virus ini bisa dikendalikan,” ujar Tedros, sambil memuji langkah-langkah China mencegah penyebaran wabah itu melalui pengisolasian dan karantina wilayah di Provinsi Hubei dan sekitarnya.
Namun, di luar China tengah berlangsung akselerasi penyebaran virus Covid-19. Beberapa negara menempuh langkah pencegahan seperti di China. Italia, misalnya, mengisolasi 11 kota, sedangkan Korea Selatan memerintahkan keseluruhan 2,5 juta warga di kota Daegu untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Penyebaran virus Covid-19 ke negara-negara lain semakin meluas. Afghanistan, Bahrain, Irak, Kuwait, dan Oman masing-masing telah mengumumkan kasus infeksi Covid-19 pertamanya. Di Iran, pada Selasa ini, korban meninggal akibat virus itu bahkan bertambah dua orang sehingga kini menjadi 14 orang. Ini angka kematian tertinggi di luar China.
Di China, hingga Selasa ini, angka kematian terkait virus Covid-19 tercatat 2.663 orang dari 77.000 lebih kasus, sebanyak 71 orang di antara dicatat meninggal pada Selasa ini.
Tim WHO ke Iran
Mengenai situasi di Iran, ada perhatian bahwa kasusnya mungkin lebih buruk daripada yang secara resmi diakui pemerintah setempat. Kantor berita semiresmi ILNA melaporkan, salah satu anggota parlemen setempat di kota pusat keagamaan Qom menyebut 50 orang tewas di kota itu. Pemerintah Iran membantah laporan tersebut.
Hingga saat ini, otoritas Iran melaporkan 64 kasus infeksi Covid-19. Laporan itu dinilai janggal dan dianggap terlalu kecil jika melihat jumlah korban meninggal yang dilaporkan secara resmi.
Kepala Program Darurat Kesehatan WHO Michael Ryan mengungkapkan, tim dari WHO diperkirakan tiba di Iran pada Selasa ini. Ia memperingatkan berbagai pihak untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan terkait angka kematian di Iran. ”(Iran) mungkin baru mendeteksi kasus-kasus yang parah,” ucap Ryan, karena wabah Covid-19 di negara itu baru pada tahap-tahap awal.
”Kami perlu memahami dinamika sebenarnya tentang apa yang terjadi di Iran. Namun, jelas di sana ada acara-acara kumpulan keagamaan dan kemudian orang datang dan pergi,” ujar Ryan.
Keprihatinan Korsel
Di Korea Selatan, peningkatan jumlah kasus Covid-19 juga terjadi setelah ada acara sekte keagamaan di Daegu, pekan lalu. Senin, 24 Februari, Seoul melaporkan lebih dari 200 kasus infeksi—sehingga total kini menjadi lebih dari 830 kasus—dan dua kematian baru. Jumlah kasus di Korsel merupakan yang tertinggi di luar China. Hingga kini, delapan orang meninggal di negara itu.
Terkait situasi di Korsel, otoritas Hong Kong mengumumkan larangan kedatangan penumpang dari Korsel. Sebelumnya, Mongolia telah menyatakan tidak memberikan izin bagi maskapai-maskapai dari Korsel untuk mendarat.
Saya benar-benar prihatin atas insiden-insiden xenofobia dan kebencian, pemeriksaan imigrasi yang diskriminatif, dan repatriasi arbitrer.
Berbicara di Geneva, Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-hwa memperingatkan pemerintah-pemerintah luar untuk ”tidak mengambil langkah-langkah yang akan memicu kepanikan publik”. ”Saya benar-benar merasa prihatin atas insiden-insiden xenofobia dan kebencian, pemeriksaan imigrasi yang diskriminatif, dan repatriasi arbitrer,” kata Kang.
Sementara itu, Italia melaporkan tambahan empat orang lagi meninggal hari Senin akibat Covid-19, membuat total korban meninggal menjadi tujuh orang. Lebih dari 200 orang terinfeksi di negara itu. Sejumlah laga sepak bola kompetisi Serie A ditunda gara-gara wabah Covid-19.
Lebih dari 50.000 orang dari sekitar puluhan kota di Italia utara diperintahkan untuk tetap tinggal di dalam rumah. Untuk mencegah warga bepergian, aparat kepolisian setempat mendirikan pos-pos pemeriksaan untuk memblokade pergerakan warga. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyebutkan, warga di kota-kota itu bisa diisolasi hingga beberapa pekan. (AFP/REUTERS)