Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak (92) meninggal dunia.Mubarak merupakan presiden ke-4 di Mesir. Mubarak menjadi presiden terlama, berkuasa pada 1981 hingga 2011.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·2 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Mesir berduka setelah stasiun televisi negara itu, Selasa (25/2/2020), mendadak menghentikan acara regulernya dan mengumumkan wafatnya mantan Presiden Hosni Mubarak (92).
Sebelumnya, anak sulungnya, Alaa Mubarak, menyampaikan, Mubarak dirawat intensif di rumah sakit militer Al-Galaa setelah kesehatannya memburuk.
Mubarak adalah presiden keempat. Sebelum dia, Mesir dipimpin Presiden Muhammad Naguib (1953-1954), Gamal Abdel Nasser (1954-1970), dan Anwar Sadat (1970-1981). Mubarak menjadi presiden untuk menggantikan Sadat yang tewas pada 6 Oktober 1981 oleh berondongan tembakan kelompok ekstrem dalam parade militer peringatan kemenangan perang Arab-Israel.
Mubarak menjadi presiden terlama, berkuasa pada 1981 hingga 2011. Ia ditumbangkan oleh revolusi rakyat yang dikenal dengan Musim Semi Arab 2011. Bintang Mubarak bersinar pasca-Perang Arab-Israel 1973. Saat perang ini, ia menjabat kepala staf angkatan udara yang sukses melancarkan serangan udara pertama terhadap berbagai sasaran basis militer Israel di Semenanjung Sinai.
Mubarak berbeda dari Sadat. Ia memilih diplomasi lunak dalam menghadapi negara-negara Arab.
Sadat lalu menunjuknya sebagai wakil presiden pascaperang ini. Ketika menjadi presiden, Mubarak meneruskan banyak kebijakan Sadat. Ia menerapkan kebijakan ekonomi terbuka yang dimulai oleh Sadat. Ia pun dekat dengan Barat, khususnya Amerika Serikat. Namun, dalam kebijakan di dunia Arab, Mubarak berbeda dari Sadat. Ia memilih diplomasi lunak dalam menghadapi negara-negara Arab.
Hal itu menyebabkan Mubarak mengeluarkan Mesir dari keterkucilan di dunia Arab setelah Mesir menandatangani kesepakatan damai dengan Israel di Camp David, AS, 1979. Mubarak kemudian dikenal dekat dengan pemimpin Arab, khususnya negara-negara Arab kaya. Setelah ditumbangkan, Mubarak ditawari suaka politik oleh Uni Emirat Arab, tetapi ia menolaknya. Mubarak memilih tetap berada di Mesir hingga wafat.