Krisis politik di Malaysia diperkirakan belum akan berakhir meski Raja telah menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai PM baru. Kubu Mahathir menyiapkan perlawanan.
KUALA LUMPUR, SABTU —Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah secara mengejutkan, Sabtu (29/2/2020), mengumumkan mantan Menteri Dalam Negeri Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri baru negara itu. Keputusan ini tidak hanya memudarkan ambisi Pelaksana Tugas PM Mahathir Mohamad menjabat PM lagi dan harapan Anwar Ibrahim menjadi pemimpin di Malaysia, tetapi juga memberi celah bagi kebangkitan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
UMNO, partai penguasa enam dekade di Malaysia, bersama Partai Islam se-Malaysia (PAS), berada di barisan pendukung Muhyiddin menjadi PM setelah pemerintahan Mahathir bubar sepekan terakhir. Dominasi UMNO terhenti melalui pemilu Mei 2018 saat mereka disingkirkan aliansi Mahathir dan Anwar. Beberapa pemimpin UMNO, termasuk mantan PM Najib Razak, kini diadili dalam kasus korupsi.
”Saya minta warga Malaysia untuk menerima keputusan yang diumumkan Istana Negara,” ujar Muhyiddin di rumahnya. Ia akan dilantik pada Minggu ini.
Melalui pernyataan tertulis yang dirilis Istana Negara, Raja Malaysia membuat keputusan itu atas dasar bahwa Muhyiddin kemungkinan mendapat dukungan mayoritas di parlemen. ”Yang Mulia memutuskan, proses penunjukan perdana menteri tidak bisa ditunda,” sebut Istana.
Muhyiddin (72) adalah politisi berpengalaman, menjabat berbagai posisi di pemerintahan, termasuk wakil PM pada era pemerintahan Najib dan menteri dalam negeri pada era PM Mahathir. Berasal dari Negara Bagian Johor, ia bergabung dengan UMNO pada 1971. Ia dipecat oleh PM Najib sebagai wakil PM pada 2015 setelah mengkritik penanganan skandal korupsi dana investasi negara 1MDB.
Pada 2016, Muhyiddin membantu Mahathir di Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang kemudian bekerja sama dengan Pakatan Harapan (PH) pimpinan Anwar pada pemilu 2018 dengan perjanjian bahwa Mahathir akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar. Janji belum ditunaikan, pemerintahan Mahathir bubar setelah sejumlah politisi PH keluar dari koalisi itu, termasuk Muhyiddin, Presiden PPBM.
Di tengah krisis politik, Muhyiddin bermanuver membentuk aliansi baru yang didominasi mayoritas etnis Melayu. Pada Sabtu siang, Mahathir sempat meraih dukungan Anwar untuk kembali menjabat PM guna menghadang kekuatan lama, UMNO.
Mahathir melawan
Mahathir juga mendesak agar digelar sidang istimewa di parlemen untuk memilih PM baru. Permintaan ini ditolak Ketua Parlemen Mohamad Ariff Md Yusof yang disepakati Raja. Di Malaysia, Raja dimungkinkan menunjuk kandidat yang dinominasikan jika merasa kandidat itu mendapat dukungan mayoritas di parlemen.
Kubu Mahathir belum menyerah. Mereka menggelar pertemuan darurat pada Sabtu malam. Sejumlah pejabat menuturkan, mereka tengah mengumpulkan bukti-bukti untuk meyakinkan Raja bahwa Mahathir mendapat dukungan mayoritas. Jika hal tersebut gagal, mereka akan mengupayakan mosi tidak percaya kepada Muhyiddin saat parlemen bersidang pada 9 Maret.
”Keputusan (penunjukan PM) ini tidak memberikan sinyal akhir dari konflik,” kata Bridget Welsh, peneliti kehormatan pada University of Nottingham di Malaysia. ”Saya kira bakal semakin meningkat tuntutan menggelar pemilu.”
(AP/AFP/REUTERS/LOK/SAM)