PARIS, SENIN —Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan akan terjadi perlambatan tajam pada kinerja perekonomian global, terutama pada paruh pertama tahun 2020. Perlambatan itu dipicu oleh terpukulnya rantai pasok dan turunnya permintaan atas komoditas.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tumbuh sekitar 2,4 persen, lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 2,9 persen. Perekonomian global diperkirakan bakal naik menjadi 3,3 persen pada tahun 2021.
”Virus (korona tipe baru) berisiko memberikan pukulan lebih lanjut pada ekonomi global yang sudah dilemahkan oleh ketegangan perdagangan dan politik,” kata Kepala Ekonom OECD Laurence Boone dalam pernyataannya yang dirilis di Paris, Perancis, Senin (2/3/2020).
Boone mendorong pemerintah-pemerintah di dunia untuk segera bertindak mengatasi epidemi, mendukung sistem perawatan kesehatan, sekaligus melindungi warga masyarakat. Mewakili OECD, Boone mendorong perlunya penopang dan kemudahan akses finansial bagi rumah tangga dan bisnis yang paling terpengaruh wabah Covid-19.
Menurut OECD, meskipun lemah, pertumbuhan ekonomi global sejatinya relatif stabil, hingga akhirnya wabah Covid-19 menyentak. Pembatasan pergerakan orang serta barang dan jasa, juga langkah-langkah antisipasi lebih lanjut atas wabah itu, seperti penutupan pabrik, telah memotong tajam permintaan manufaktur dan domestik di China. Dampaknya, antara lain, terasa pada sektor pariwisata, rantai pasok, dan turunnya permintaan komoditas akibat melemahnya kepercayaan konsumen.
Tak dapat dimungkiri, Covid-19 telah mengganggu kelancaran arus pengiriman barang dan jasa, menyebabkan kepercayaan bisnis serta konsumen jatuh dan produksi melambat.
Prospek pertumbuhan ekonomi China telah direvisi turun, menjadi di bawah 5 persen tahun ini, setelah menggapai pertumbuhan di angka 6,1 persen pada 2019. Dalam proyeksi OECD, penularan Covid-19 yang lebih luas di kawasan Asia-Pasifik dan negara maju, seperti yang terjadi di China, dapat memangkas pertumbuhan global hingga 1,5 persen. Itu artinya jika terealisasi bakal mengurangi separuh proyeksi OECD untuk tahun 2020 yang diumumkan November tahun lalu. Hilangnya kepercayaan bakal memukul produksi dan belanja. Berlarutnya kondisi itu dapat mengakibatkan beberapa negara jatuh dalam resesi, termasuk Jepang dan negara di kawasan euro.
Ragu
Sejumlah analis di pasar keuangan mengatakan, para pelaku pasar dan investor hingga saat ini masih meragukan upaya-upaya pemerintah dan terutama bank-bank sentral. Intervensi prima dengan perhitungan matang sangat diperlukan untuk menopang perekonomian global.
”Ada kesadaran—mungkin terbatas sifatnya—atas hal-hal yang dapat dilakukan bank sentral terkait stimulus,” kata Richard Hunter, ekonom kepala pada lembaga Investor Interactive.
Pasar saham Eropa sempat melonjak pada awal perdagangan pekan ini karena terdorong langkah bank-bank sentral, termasuk The Federal Reserve. Namun, indeks saham kemudian melempem lagi karena kekhawatiran atas wabah Covid-19 bertambah.
(AFP/BEN)