Baru 4 Hari Pasca-Kesepakatan, AS-Taliban Sudah Nyalakan Serangan
Kondisi Afghanistan kembali diwarnai ketidakpastian setelah terjadi aksi saling serang Taliban terhadap militer Afghanistan dan militer AS terhadap Taliban dalam dua hari terakhir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
KABUL, RABU -- Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap kelompok Taliban di Provinsi Helmand, Afghanistan, Rabu (4/3/2020), hanya empat hari setelah kesepakatan damai AS-Taliban ditandatangani di Doha, Qatar. Situasi itu menambah kondisi ketidakpastian di Afghanistan. Beberapa saat sebelum serangan udara AS tersebut, Taliban menyerang tentara Afghanistan, menewaskan 20 orang.
Juru bicara militer AS di Afghanistan, Sonny Leggett, menyatakan, serangan udara AS itu dilancarkan untuk melindungi dan mempertahankan pasukan pemerintah Afghanistan. Sejumlah anggota Taliban dikatakan menyerang sebuah pos pemeriksaan pasukan Afghanistan di Helmand.
"Ini adalah serangan defensif untuk mengacaukan serangan itu," kata Leggett melalui media sosial Twitter. "Kami menyerukan kepada Taliban untuk menghentikan serangan yang tidak perlu dan menjunjung tinggi komitmen mereka. Seperti yang telah kami tunjukkan, kami akan membela mitra kami saat diminta."
Juru bicara kepolisian di tingkat provinsi, Mohammad Zaman Hamdard, mengungkapkan bahwa pihaknya dalam dua hari terakhir menyaksikan serangan Taliban paling intens di Helmand. "Mereka telah menyerang beberapa distrik dan banyak pangkalan militer," tambahnya.
Juru bicara militer AS di Afghanistan, Sonny Leggett, menyatakan serangan udara AS itu dilakukan untuk melindungi dan mempertahankan pasukan Afghanistan.
Serangan itu juga digelar hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya telah melakukan pembicaraan sangat baik dengan petinggi politik Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar. Trump menjadi Presiden AS pertama yang berhubungan langsung dengan pemimpin Taliban sejak serangan 11 September 2001.
”Diskusi yang terjadi antara kami dan pimpinan Taliban hari ini sangatlah menyenangkan. Mereka berharap kondisi ini (konflik) segera berakhir dan kami juga berniat untuk mengakhiri (keberadaan AS) di Afghanistan. Saya pikir kami memiliki kepentingan yang sama,” kata Trump.
Isu tukar tawanan
Serangan AS atas Taliban itu menjadi serangan pertama dalam kurun waktu 11 hari terakhir. Periode itu sejatinya termasuk dalam bagian dari kesepakatan gencatan senjata para pihak sejak persiapan hingga ditandatanganinya kesepakatan damai AS-Taliban. Penandatanganan kedua pihak dilakukan di Doha, Qatar, Sabtu.
Berdasarkan kesepakatan itu, pasukan AS dan negara-negara asing lainnya akan ditarik dari Afghanistan dalam kurun 14 bulan, tergantung jaminan keamanan Taliban dan janji kelompok itu menggelar perundingan dengan Kabul. Kesepakatan tersebut juga mencakup komitmen untuk saling tukar tawanan—5.000 tahanan Taliban di penjara pemerintahan Kabul ditukar dengan 1.000 tahanan yang di penjara Taliban.
Taliban menganggap tukar- menukar tawanan itu sebagai prasyarat perundingan. Namun, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak membebaskan 5.000 tawanan Taliban sebelum perundingan dimulai.
Di sisi lain, sejak penandatanganan di Doha, kubu Taliban dikatakan Leggett justru telah meningkatkan kekerasan terhadap pasukan Afghanistan. Sepanjang Selasa saja, menurut dia, pasukan Taliban telah menyerang 43 pos pemeriksaan di Helmand. Taliban juga dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 tentara dan polisi Afghanistan dalam serangkaian serangan semalam di provinsi lain di Afghanistan.
"Milisi Taliban menyerang setidaknya tiga pos tentara di Distrik Imam Sahib di Kunduz semalam, menewaskan sedikitnya 10 tentara dan empat polisi," kata Safiullah Amiri, seorang anggota dewan provinsi.
Juru bicara Gubernur Provinsi Uruzgan, Zergai Ebadi, mengungkapkan, Taliban juga telah menyerang polisi di Uruzgan pada Selasa tengah malam. Serangan itu mengakibatkan enam anggota polisi tewas dan tujuh polisi lainnya cedera.
Pascaaaneka serangan Taliban itu, Leggett mempertanyakan komitmen kubu Taliban atas perdamaian di Afghanistan. Menurut dia, AS dan Pemerintah Afghanistan berkomitmen. Namun, Taliban tampak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah dimulai.
Analis politik di Kabul, Atta Noori, mengatakan bahwa AS seperti "sejauh ini gagal meyakinkan Taliban—yang berpikir sebagai pemenang—untuk hadir di meja perundingan bersama pemerintahan Afghanistan." "Semua pihak (akan) unjuk gigi masing-masing, tetapi pada akhirnya mereka harus duduk dan berunding," katanya.