Warren Mundur, Capres Partai Demokrat Mengerucut pada Sanders-Biden
Setelah Elizabeth Warren mundur, Demokrat berpeluang memilih di antara Sanders atau Biden untuk menghadapi Donald Trump, calon petahana yang disokong Republikan itu juga berkulit putih dan berusia 74 tahun pada 2020.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Amerika Serikat hampir dipastikan mendapatkan presiden pria berkulit putih dan berusia di atas 70 tahun. Hal itu menyusul keputusan Senator Elizabeth Warren mengundurkan diri dari proses seleksi bakal calon presiden yang akan diusung Demokrat.
Warren, senator AS dari Massachusetts, mengumumkan keputusannya pada Kamis (5/3/2020) sore waktu Washington atau Jumat dini hari WIB. Ia memutuskan itu setelah gagal merebut dukungan memadai dalam proses seleksi di 14 negara bagian. Bahkan, dalam seleksi di Massachusetts yang selama ini jadi kampung halaman sekaligus daerah pemilihannya, ia hanya menempati peringkat ketiga.
Dengan keputusan Warren, seleksi bakal capres AS dari Demokrat menyisakan Joe Biden (77), Bernie Sanders (78), dan Tulsi Gabbard (39). Masalahnya, Gabbard yang anggota DPR AS dari Hawaii itu hanya mendapat 2 delegasi atau pemilik suara di pemilihan capres AS dari Demokrat. Sebaliknya, Sanders meraih 463 delegasi dan Biden 526 delegasi. Dengan rentang dukungan sejauh itu, sulit bagi Gabbard mengejar batas minimum 1.991 dukungan delegasi untuk bisa ditetapkan sebagai capres AS dari Demokrat.
Demokrat berpeluang memilih di antara Sanders atau Biden untuk menghadapi Donald Trump. Calon petahana yang disokong Republikan itu juga berkulit putih dan berusia 74 tahun pada 2020.
Belum diketahui Warren akan menyokong siapa setelah mundur. Bakal capres lain yang pernah mengejar rekomendasi Demokrat lalu mundur, Pete Buttigieg dan Amy Klobuchar, memutuskan mendukung Biden. Sementara Michael Bloomberg, yang juga mundur dari seleksi capres AS melalui Demokrat, menyatakan siap mendukung siapa pun yang direkomendasikan Demokrat menjadi lawan Trump di pemilu November 2020.
Presiden Organisasi Nasional Wanita AS Toni Van Pelt mendesak Warren tidak menyokong Sanders. Di sisi lain, Van Pelt juga menyebut Biden ikut meloloskan Undang-Undang Antikekerasan terhadap Perempuan. ”Kami yakin dia membuat keputusan tepat. Kami tidak mau menggesa dia. Sanders tidak punya rekam jejak dan tidak terlihat melakukan apa pun untuk perempuan,” ujarnya.
Pada 2016, Warren tidak menyokong Sanders. Kala itu, Warren menyokong Hillary Clinton selepas Demokrat mengumumkan rekomendasi untuk mantan Senator New York tersebut. Selama proses seleksi menuju 2020, Warren dan Sanders terlibat pertikaian terbuka. Warren menuduh Sanders berbohong gara-gara Sanders menyangkal telah menyatakan perempuan tidak bisa jadi Presiden AS.
Secara terpisah, Bloomberg dikabarkan akan membentuk tim kampanye terpisah dari Demokrat ataupun para bakal capres AS dari Demokrat. Meskipun demikian, tim itu dipastikan fokus mengalahkan Trump. Setelah mengumumkan mundur dari proses seleksi, Bloomberg memang menyatakan fokusnya adalah mengalahkan Trump. Ia siap membelanjakan uangnya demi tujuan itu.
Selama proses seleksi, Bloomberg menghabiskan sedikitnya 500 juta dollar AS untuk membayar tim kampanye dan iklan. Sayangnya, belanja sebesar itu tidak menghasilkan dukungan memadai di proses seleksi sehingga ia memutuskan mundur.
Pria dengan kekayaan yang ditaksir mencapai 60 miliar dollar AS itu disebut akan membelanjakan banyak uang lewat tim kampanye independen yang tengah dibentuknya. Menanggapi hal itu, Sanders menyatakan tidak akan menerima bantuan Bloomberg. ”Itu bentuk sistem politik yang korup,” ujarnya.
Sementara Biden menyatakan siap menerima dukungan dari siapa pun. Dibandingkan Sanders, Biden memang moderat dan berpeluang meluaskan basis dukungan. (AP/REUTERS)