Koalisi enam partai pimpinan Presiden pertama dan mantan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, siap membentuk pemerintahan baru.
Oleh
·2 menit baca
DILI, SELASA — Koalisi enam partai pimpinan Presiden pertama dan mantan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, siap membentuk pemerintahan baru. Rencana koalisi telah disampaikan kepada Presiden Timor Leste Francisco Guterres dalam surat yang dikirimkan pada Selasa (10/3/2020).
Xanana (73), bulan lalu, mengumumkan pembentukan koalisi baru yang menguasai 34 dari 65 kursi parlemen. Pada waktu itu ia menyatakan tengah mempersiapkan pemerintahan baru. ”Tujuan koalisi ini menjadi alternatif solusi untuk mengakhiri kebuntuan politik selama ini,” kata juru bicara koalisi, Antonio da Conceicao.
Antonio menambahkan, keputusan untuk menunjuk Gusmao menjadi PM itu merupakan keputusan Guterres. Gusmao pernah menjabat sebagai PM 2007-2015.
Timor Leste terbelit ketidakstabilan politik akibat runtuhnya koalisi yang mendukung PM Taur Matan Ruak atau yang bernama asli Jose Maria de Vasconcelos. Ia mengundurkan diri bulan lalu karena gagal mengesahkan anggaran tahun 2020 setelah partai terbesar dalam koalisi yang dipimpinnya, Kongres Nasional Rekonstruksi Timor (CNRT) pimpinan Xanana, menarik dukungannya.
Semasa menjabat PM, Taur didukung oleh koalisi tiga partai Aliansi Perubahan untuk Kemajuan (AMP). Namun, situasi politik menjadi sering tegang dan buntu setelah Guterres yang tergabung dalam partai oposisi Fretilin menolak sejumlah menteri yang diusulkan Xanana. Alasan penolakan itu karena calon-calon yang diajukan diduga terlibat korupsi.
Xanana menjadi pahlawan revolusi bagi rakyat Timor Leste karena memimpin Front Revolusi untuk Kemerdekaan Timor Timur yang berperang melawan Indonesia yang menguasai Timor Timur pada tahun 1975 setelah dijajah Portugis.
Meski mendekam di penjara di Jakarta, Xanana tetap memimpin perjuangan kemerdekaan. Setelah hasil referendum 1999 menunjukkan rakyat Timor Timur memilih memisahkan diri dari Indonesia, Xanana kembali ke Timor Timur dan menjadi pahlawan. Ia kemudian terpilih menjadi presiden pertama Timor Leste tahun 2002.
Kaya sumber alam
Ketika Indonesia ”keluar” dari Timor Leste pada 1999, lebih dari 80 persen infrastruktur rusak dan hancur. Pada 2002, Timor Leste menjadi negara merdeka sepenuhnya setelah tiga tahun berada di bawah kendali PBB. Sampai saat ini, sumber daya alam minyak dan gas menjadi andalan sumber pendapatan, sekitar 78 persen dari anggaran negara tahun 2017. Selain mengandalkan minyak, pertanian dan perkebunan kopi juga menjadi andalan untuk memutar roda perekonomian.
Sektor energi berkontribusi sekitar 60 persen untuk pendapatan nasional bruto tahun 2014 dan lebih dari 90 persen pendapatan pemerintah.
Meski kaya akan sumber daya alam, Timor Leste didera isu kesenjangan ekonomi dan angka pengangguran yang tinggi. Situasi politik negara demokrasi termuda di Asia itu selama bertahun-tahun tidak stabil. Ini memengaruhi upaya mengatasi kemiskinan, melawan korupsi, dan mengembangkan kekayaan alamnya. (REUTERS/LUK)