Proses Pemulihan Bencana Fukushima Masih Butuh Waktu
Meski sudah dilakukan rekonstruksi, banyak keluarga yang belum boleh tinggal di daerah dekat PLTN Fukushima, Jepang. Tingkat radiasi di sana masih tinggi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Masyarakat yang tinggal di sepanjang pinggir pantai dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima bersama-sama berdoa sambil menghadap ke laut. Setiap 11 Maret dalam sembilan tahun ini mereka berdoa bersama dan mengenang bencana gempa bumi dan tsunami yang menyebabkan kebocoran di PLTN Fukushima, 11 Maret 2011. Kebocoran nuklir PLTN Tokyo Electric Power Co itu merupakan kecelakaan terparah sejak Chernobyl, Uni Soviet (kini masuk wilayah Ukraina). Ratusan ribu warga harus meninggalkan rumahnya.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, Rabu (11/3/2020), mengatakan, upaya rekonstruksi masih dilakukan hingga kini. Namun, tantangan terbesarnya tetap pada layanan psikolog dan penyiapan mitigasi bencana lainnya. Meski sudah dilakukan rekonstruksi, banyak keluarga yang belum boleh tinggal di daerah dekat PLTN Fukushima. Tingkat radiasi di sana masih tinggi padahal sudah berulang kali ”dibersihkan”.
Tahun ini tidak ada upacara peringatan tsunami. Tak hanya di ibu kota Tokyo, tetapi juga di hampir semua kota. Ini karena adanya wabah penyakit Covid-19. Biasanya warga dan aparat pemerintah berdoa bersama di kantor-kantor pemerintah. Di Tokyo, pemerintah juga mengadakan acara peringatan yang dihadiri anggota keluarga kerajaan.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta semua acara ditunda, dibatalkan, atau dibuat sederhana saja tanpa banyak orang berkumpul untuk mencegah virus. Abe dan para menteri berkumpul di kantor PM berdoa bersama tepat pukul 02.46 waktu setempat. Pada jam itulah gempa bumi dahsyat terjadi, 9 tahun lalu. Abe meminta maaf karena tak bisa mengizinkan doa bersama skala besar.
Tahap rekonstruksi
Upaya rekonstruksi daerah-daerah bencana sudah hampir selesai. ”Saya ingin orang dari banyak negara merasakan dan melihat daerah bencana yang kembali pulih jika mereka ke sini saat Olimpiade dan peristiwa lainnya,” kata Abe.
Namun, bagi masyarakat Fukushima, pemulihan rasanya masih jauh dari selesai. Dua kota yang lokasinya dekat dengan PLTN Fukushima masih ditutup dan belum bisa ditinggali. Banyak warga di permukiman sekitar PLTN harus merelakan tanah milik mereka untuk tempat menyimpan limbah nuklir selama bertahun-tahun.
Gempa dan tsunami sembilan tahun lalu itu menewaskan 18.000 orang dan menghancurkan banyak rumah dan perkantoran. Kebocoran PLTN Fukushima memaksa 160.000 orang meninggalkan rumahnya. Selain itu, sekitar 40.000 orang masih belum bisa kembali ke rumah karena kontaminasi radiasi serta khawatir gempa dan tsunami akan kembali terjadi.
Bagi keluarga atau siapa saja yang ingin berdoa mengenang korban dan bencana itu, di lokasi-lokasi bencana, seperti Iwate, Miyagi, dan Fukushima, disediakan buku untuk menulis pesan dan meja untuk meletakkan bunga. Kiminari Suzuki (44), warga yang mengungsi dari Fukushima, ikut berdoa di taman kota. Ia merasa warga yang tinggal di daerah bencana mulai lupa akan bencana itu.
”Saya datang ke sini karena saya tidak tahu harus ke mana lagi untuk berbagi apa yang saya rasakan ini. Kehidupan saya belum bisa kembali seperti dulu. Saya tidak tahu apa itu karena bencana atau salah saya sendiri,” kata Suzuki yang sudah meninggalkan rumahnya yang rusak dan pindah ke penampungan sementara. Kini ia tinggal di Tokyo.
Sampai kini, Suzuki masih ketakutan dan khawatir jika terjadi tsunami dan kebocoran nuklir lagi. Suzuki berkumpul bersama dengan puluhan orang di Taman Hibiya, Tokyo, dan berdoa bersama. Di kejauhan terdengar lirih suara musik menemani masyarakat berdoa. (REUTERS/AFP/AP)