Perubahan konstitusi yang memungkinkan Presiden Vladimir Putin mencalonkan diri lagi menjadi presiden pada 2024 disetujui majelis rendah parlemen Rusia, Rabu (11/3/2020).
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MOSKWA, RABU—Perubahan konstitusi yang memungkinkan Presiden Vladimir Putin mencalonkan diri lagi menjadi presiden pada 2024 disetujui majelis rendah parlemen Rusia, Rabu (11/3/2020). Hal ini membuka peluang Putin untuk berkuasa hingga tahun 2036 saat ia berusia 84 tahun.
Persetujuan majelis rendah itu bertentangan dengan konstitusi yang sedang berlaku di Rusia saat ini. Putin seharusnya mundur pada 2024 (setelah dua periode berturut-turut atau setelah empat periode menjadi presiden) berakhir.
Putin, mantan pejabat Badan Intelijen Rusia (KGB) berusia 67 tahun, telah mendominasi politik Rusia selama lebih dari 20 tahun baik, baik sebagai presiden maupun perdana menteri (PM). Setelah menjadi presiden selama dua periode berturut-turut (2000-2004 dan 2004-2008), Putin menjadi PM pada 2008 saat presiden dijabat Dmitry Medvedev.
Di bawah kepemimpinan Medvedev, masa jabatan presiden diperpanjang dari empat menjadi enam tahun. Itu juga untuk memuluskan langkah politik Putin yang pada 2012 menjadi Presiden Rusia. Tahun 2018, ia terpilih kembali hingga 2024.
Amendemen konstitusi yang didukung Putin secara formal akan mengatur ulang catatan masa kepresidenannya kembali ke nol. Hal ini memungkinkan Putin untuk mencalonkan diri kembali menjadi presiden pada 2024.
Didukung mayoritas
Duma Negara, majelis rendah parlemen Rusia yang terdiri atas 450 kursi, memberikan dukungan atas perubahan konstitusi itu, Rabu, melalui pemungutan suara. Sebanyak 383 suara mendukung, 43 abstain, dan 24 anggota absen.
Apabila pengadilan konstitusi memberikan persetujuan atas perubahan konstitusi ini dan pemungutan suara nasional April nanti juga memberikan dukungan atas amendemen itu, Putin memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden di tahun 2024.
Duma Negara, majelis rendah parlemen Rusia yang terdiri atas 450 kursi, memberikan dukungan atas perubahan konstitusi itu, Rabu, melalui pemungutan suara.
Apabila Putin mengambil kesempatan itu, jika kondisi kesehatannya memungkinkan, dan hasil pemilu berpihak padanya, dia berpotensi menjadi presiden dua periode lagi hingga 2036. Pada saat itu, usia Putin sudah menginjak 84 tahun dan telah mendominasi politik Rusia selama 37 tahun.
Pengkritik Kremlin dan politisi oposisi, Alexei Navalny, yakin Putin akan berusaha menjadi presiden seumur hidup. Sejauh ini Putin belum menyampaikan rencananya setelah 2024. Meski begitu, ia pernah mengatakan tidak mendukung era kepemimpinan seumur hidup seperti pada masa Soviet.
Akhir era Soviet dikenal sebagai era kepala negara berusia renta, seperti Leonid Brezhnev, Yuri Andropov, dan Konstantin Chernenko. Mereka berkuasa sampai meninggal sehingga memicu perebutan kekuasaan.
Kekuasaan parlemen
Alih-alih menyatakan rencana memperpanjang kekuasaannya seperti tahun 2011, Putin sebelumnya mengajukan proposal amendemen konstitusi yang akan memberikan kekuasaan lebih kepada parlemen Rusia.
Dalam amendemen dinyatakan, parlemen bisa memilih PM dan anggota kabinet, termasuk membatasi kekuasaan presiden. Menurut Putin, amendemen merupakan langkah memperkuat demokrasi. Konstitusi juga dapat memberikan peran yang lebih besar kepada Dewan Negara, badan konsultatif yang akan beranggotakan gubernur regional dan pejabat federal. Para pengamat melihat amendemen konstitusi sebagai ”taktik” memuluskan keinginan Putin berkuasa seumur hidup.
Januari lalu, di hadapan veteran Perang Dunia II di St Petersburg, Putin mengatakan bahwa rencana transisi kekuasaan dengan amendemen konstitusi bagi Rusia sangat krusial.