Pandemi Covid-19 Bisa Terkendali dengan Intervensi yang Tepat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Namun, dengan sejumlah intervensi yang tepat oleh negara-negara penyakit ini bisa dikendalikan.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·4 menit baca
GENEVA, KAMIS - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (12/3/2020) di hadapan para diplomat di Geneva, Swiss, menyatakan keprihatianannya terhadap sejumlah negara yang tak memiliki komitmen politik yang diharapkan dalam mengatasi wabah penyakit Covid-19.
Padahal, dengan sejumlah intervensi yang tepat, Covid-19 bisa dikendalikan. "Ini adalah pandemi yang bisa dikendalikan," tegasnya.
Ghebreyesus juga menyatakan bahwa status Covid-19 sebagai pandemi global tidak berarti membuat negara-negara lantas menyerah dan tidak melakukan upaya untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Apabila deteksi, pemeriksaan, perawatan pasien positif, isolasi, pelacakan kasus, dan mobilisasi sumber daya oleh negara-negara dilakukan dengan baik maka kasus yang banyak bisa dicegah menjadi klaster penularan dan klaster penularan pun tidak menjadi penularan antarmanusia.
Ghebreyesus pun mendesak negara-negara membawa semua yang terduga positif untuk menjalani pemeriksaan. "Jika anda tidak bisa menghentikan penularan, Anda bisa memperlambatnya," kata Tedros.
Lebih dari 4.500 orang telah meninggal oleh pandemi Covid-19. Sejak akhir Desember 2019 hingga kini terdapat sekitar 125.000 kasus positif yang dilaporkan dari 118 negara di dunia. "Untuk menyelamatkan nyawa kita harus menekan penularan," kata Tedros.
Sebanyak 90 persen kasus Covid-19 global berada di China, Iran, Italia, dan Korea Selatan.
Beragam respons
Pasca-penetapan status pandemi oleh WHO, negara-negara di dunia meresponnya secara beragam. Denmark yang melaporkan 514 kasus positif memulai isolasi. Semua sekolah, penitipan anak, dan perpustakaan ditutup. Pegawai pemerintah yang tidak menjalankan fungsi penting diperintahkan tetap di rumah selama dua minggu. Fasilitas kesehatan agar memperketat kunjungan.
Sementara India telah menunda sementara penerbitan visa bagi warga asing kecuali visa diplomatik, pejabat pemerintah, dan visa kerja hingga 15 April nanti sebagai upaya mengendalikan Covid-19.
Selain itu, pelancong yang tiba dari atau yang telah berkunjung ke China, Italia, Iran, Korea Selatan, Perancis, Jerman, Spanyol setelah 15 Februari harus menjalani karantina selama 14 hari.
Di Eropa, para pejabat Uni Eropa mengecam keras larangan masuk yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap warga dari 26 negara Eropa yang termasuk dalam zona Schengen, tidak termasuk Inggris dan Irlandia.
Hal ini dikhawatirkan akan memukul perekonomian yang telah terganggu akibat pandemi. Langkah ini juga dinilai tidak akan efektif karena virus korona baru sudah menyebar luas.
"Pandemi Covid-19 adalah krisis global, tidak terbatas pada benua tertentu dan penanganannya pun membutuhkan kerja sama bukan sikap sepihak," tutur unsur pimpinan Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Charles Michel.
Membatasi perjalanan
Negara-negara di Timur Tengah telah memberlakukan pembatasan perjalanan berbeda-beda. Arab Saudi, misalnya, melarang perjalanan ke 39 negara, termasuk dari dan ke Indonesia. Sementara Kuwait menghentikan semua penerbangan komersialnya.
Iran, salah satu negara terparah dilanda pandemi, telah mengajukan pinjaman darurat 5 miliar dollar AS kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memerangi wabah Covid-19 yang telah menjangkiti lebih dari 10.000 warganya.
Direktur Bank Sentral Iran Abdolnasser Hemmati mengatakan, pihaknya telah mengirimkan pengajuan pinjaman pekan lalu kepada Direktur IMF Kristalina Georgieva. IMF sendiri menyatakan bahwa lembaga itu siap membantu negara-negara dalam memerangi pandemi Covid-19.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mendesak negara-negara untuk membantu Iran dengan mengirim masker N95, ventilator, baju bedah, alat diagnosis, alat Sinar-X digital yang bisa dibawa, dan alat kesehatan lain yang diperlukan.
Adapun Rusia telah mengirimkan alat diagnosis Covid-19 ke berbagai negara termasuk Iran, Korea Utara, dan negara-negara eks Soviet seperti Uzbekistan dan Azerbaijan.
Karantina mandiri
Kamis kemarin, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menjalani pemeriksaan setelah bertemu dengan sejumlah menteri yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19. Duterte yang tidak menunjukkan gejala apa pun kini menjalani karantina mandiri.
Duterte juga meningkatkan level kewaspadaan kode merah level 2 di Filipina dan mengumumkan mengkarantina kawasan Metro Manila. Langkah ini termasuk menghentikan transportasi darat, laut, udara domestik dari dan ke Metro Manila. Namun, transportasi publik di dalam kawasan tetap beroperasi.
Di Spanyol para tim sepakbola dan basket Real Madrid menjalani karantina menyusul salah seorang pemain basket di tim tersebut positif Covid-19. Klub Real Madrid menyatakan, tim sepakbola turut terdampak karena mereka berbagai fasilitas latihan bersama tim bola basket.(AP/AFP/REUTERS)