Pandemi Covid-19 dapat diatasi dengan langkah-langkah efektif. Salah satu syarat awal agar proses pengendalian dapat berjalan optimal, yang dibutuhkan adalah tidak panik dan tetap waspada.
Oleh
Luki Aulia dan Putu Fajar Arcana
·4 menit baca
Tidak panik, tetap waspada, dan bersikap positif menjadi kunci bagi Elizabeth Schneider (37), warga Washington, terbebas dari Covid-19. Ia sembuh setelah mengarantina diri di rumah dan minum obat flu yang dijual bebas, banyak minum air putih, dan banyak istirahat.
Schneider mulai merasakan gejala-gejala flu, seperti gejala Covid-19 pada 25 Februari. Tiga hari sebelumnya, ia pergi ke pesta. Belakangan diketahui di tempat pesta itu ada lima orang yang terinfeksi Covid-19. ”Waktu bangun pagi rasanya capek sekali. Siang hari mulai sakit kepala, badan demam dan ngilu. Malamnya, demam tinggi sampai 39,4 derajat celsius. Badan saya menggigil, kedinginan, dan kesemutan di tempat-tempat tertentu. Saya mulai khawatir,” kata doktor di bidang bioteknologi itu, Rabu (11/3/2020).
Beberapa hari kemudian, demamnya turun. Schneider tidak merasa mengalami gejala Covid-19, seperti batuk dan sulit bernapas. Karena penasaran, ia minta diperiksa dan hasilnya positif Covid-19. ”Saya sedikit terkejut, tetapi tidak panik. Ibu saya yang malah menangis,” ujarnya.
Oleh dokter, Schneider diminta untuk tetap tinggal di rumah selama tujuh hari dan 72 jam setelah gejala-gejala flu hilang. Setelah sehat, ia mulai berani keluar rumah, tetapi masih tidak mau datang ke tempat banyak orang berkumpul dan memilih bekerja dari rumah.
”Kuncinya, jangan panik. Kalau sakit dan khawatir dengan Covid-19, periksa saja ke dokter,” saran Schneider.
Washington, kampung halaman Schneider, adalah kota pertama di AS, tempat kasus penularan Covid-19 ditemukan pada akhir Januari. Hingga saat ini tercatat 1.100 kasus di AS. Sebanyak 80 persen di antaranya berstatus sedang. Kasus dengan kategori berat biasanya ditemukan pada pasien berusia di atas 60 tahun dan memiliki masalah kesehatan lain, seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru.
Akan tetapi, perawatan intensif di rumah sakit dapat membantu pasien berusia lanjut pulih dari Covid-19, salah satunya Eugene Campbell (89). Ia sembuh setelah dirawat di Rumah Sakit Edmonds, Washington.
Di seluruh dunia, sekitar 60.000 dari 120.000 lebih kasus positif Covid-19 berhasil sembuh. Di China, dari lebih 80.000 kasus, sebanyak 58.000 kasus juga sembuh. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasien yang tidak terlalu sakit bisa pulih kembali dalam waktu dua pekan. Adapun pasien dengan kondisi lebih parah perlu waktu 3-6 pekan untuk sehat kembali.
Akan tetapi, proses untuk sembuh membutuhkan kesabaran dan sikap positif. Salah satu penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di Jepang, Carl Goldman, mengatakan, selama menjalani karantina, dirinya mencoba menyibukkan diri. Ketika dirawat di Omaha, Nebraska, AS, ia tetap berolahraga dengan berjalan kaki 10.000 langkah setiap hari di dalam kamarnya.
Di sisi lain, pasien pun tetap memerlukan kejelasan atas tindakan yang mereka terima.
Seorang pasien positif Covid-19 di Indonesia yang diidentifikasi dengan Kasus 2 mengaku mulai stres setelah 12 hari diisolasi. Secara fisik, ia merasa sehat, tetapi tidak ada dokter atau petugas medis yang memberi tahu kondisi sesungguhnya. ”Saya bisa gila kalau terus dalam ruangan tanpa kejelasan. Ini seperti dalam penjara ruangan 6 meter x 3 meter tanpa pernah melihat matahari,” katanya kepada Kompas lewat panggilan video, Kamis (12/3), di Jakarta.
Pasien Kasus 2 sampai kini masih diisolasi dalam satu ruang perawatan di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. Anaknya, pasien Kasus 1, juga sedang diisolasi dalam ruang berbeda di rumah sakit yang sama.
Meski mengakui mendapat pelayanan istimewa, sebagai pasien yang diisolasi, dirinya butuh kejelasan status kesehatannya. ”Sampai kapan saya di sini juga tak pernah dikasih penjelasan. Setiap dokter saya tanya, jawabnya selalu itu kewenangan pemerintah,” ujarnya.
Sebagai bukti ia sudah sehat, Kasus 2 memperlihatkan wajah segar dan mulai gemuk. ”Lihat, nih, saya sudah mulai gemuk. Segar, kan?” tanyanya.
Kasus 2 juga menunjukkan beberapa sudut dari ruang perawatannya. Ia hanya bisa melihat ke sebuah jendela kaca, yang sesekali anaknya bisa melambaikan tangannya.
Menurut Kasus 2, seharusnya pemerintah memiliki protokol tetap untuk menangani pasien positif Covid-19. ”Sudah jadi hak pasien untuk mengetahui statusnya, kan? Ini sampai sekarang enggak pernah dikasih tahu,” ujarnya.
Kasus 2 juga mempertanyakan status salah satu anaknya, selain pasien Kasus 1. ”Katanya waktu dites negatif, kok, diisolasi juga di sini, terus diidentifikasi jadi K-3, tetapi nyatanya itu nama orang lain dan sudah pulang katanya,” ujarnya.
Setelah pertama kali diketahui ada kasus positif Covid-19 pada Minggu (1/3), seharusnya, kata Kasus 2, pemerintah memiliki protokol tetap penanganan kasus positif sejak mulai diisolasi sampai pascaisolasi. ”Setidaknya saya dikasih tahu sampai kapan di sini. Saya, kan, manusia yang bisa diajak bicara,” ucapnya jengkel.
Bahkan, saking jengkelnya, atas bantuan koleganya, Kasus 2 menelepon seseorang di lingkaran dalam Istana Kepresidenan. ”Jawabnya cuma minta maaf dan berjanji segera mengurusnya. Saya akan tunggu hal itu,” ungkapnya.(REUTERS/AFP/AP)