Investor Global Nantikan Stimulus Hadapi Dampak Wabah Covid-19
Sebulan ini, modal yang keluar dari pasar saham global diperkirakan mencapai 14 triliun dollar AS. Perlu diingat, kemungkinan penurunan indeks-indeks saham masih terbuka lagi.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, SABTU — Investor global menantikan aneka stimulus yang menurut rencana diluncurkan bank-bank sentral dan pemerintah dari Amerika Serikat hingga Australia. Stimulus-stimulus itu diharapkan dapat memompa likuiditas ke dalam sistem keuangan sehingga dapat mengurangi kekhawatiran terhadap dampak ekonomi akibat wabah Covid-19.
Pasar saham Eropa di awal perdagangan dan future indeks-indeks saham AS berada di zona positif pada Jumat (13/3/2020) seiring dengan menanjaknya sejumlah pasar saham di Asia menjelang penutupan pasar. Hal itu, menurut para analis, menjadi gambaran dari harapan akan diluncurkannya sejumlah stimulus dan paket kebijakan menghadapi Covid-19. Ini menjadi harapan baru setelah tengah pekan ini para pelaku pasar kecewa dengan langkah Bank Sentral Eropa yang memilih untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Seperti diwartakan, sejumlah negara meluncurkan paket kebijakan bernilai hingga ratusan miliar dollar AS untuk mengendalikan dampak penyakit Covid-19 terhadap perekonomian. Paket itu bervariasi, mulai dari pembebasan pajak hingga pinjaman lunak. Presiden AS Donald Trump mengumumkan pembebasan pajak sementara bagi yang terdampak wabah.
Penundaan itu akan berlaku tiga bulan dan diklaim akan memberikan 200 miliar dollar AS pada arus kas pebisnis dan perseorangan. Di Australia, Perdana Menteri Scott Morrison juga mengumumkan stimulus dengan dana total 11,4 miliar dollar AS. Ini setelah Australia menunjukkan gejala resesi untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir.
Indeks Nikkei Jepang sempat anjlok hingga 10 persen sebelum kemudian hanya turun 6 persen di akhir perdagangan. Indeks saham ASX200 di Australia mencatat hari perdagangan ”terliar”, jatuh melewati 8 persen sebelum melonjak di menit-menit terakhir perdagangan dan berakhir dengan kenaikan 4,4 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,3 persen di akhir perdagangan setelah ambles lebih dari 5 persen pada pagi hari.
Tidak ada yang dapat memastikan apakah pergerakan saham di akhir-akhir perdagangan itu mengisyaratkan pemulihan sentimen di pasar saham global. Sebulan ini, modal yang keluar dari pasar saham global diperkirakan mencapai 14 triliun dollar AS. Namun, diingatkan pula bahwa kemungkinan penurunan indeks-indeks saham masih terbuka lagi.
”Birokrasi pemerintah sama sekali tidak sejalan dengan upaya penanggulangan wabah dan harapan pasar,” kata Tai Hui, kepala strategi pasar Asia pada lembaga JP Morgan Asset Management. ”Kita berharap kasus infeksi (Covid-19) baru yang relatif stabil, juga melihat implementasi dukungan kebijakan fiskal dan moneter.”
Sebulan ini, modal yang keluar dari pasar saham global diperkirakan mencapai 14 triliun dollar AS.
Di pasar komoditas, harga emas dan minyak telah relatif stabil. Namun, di pasar surat utang masih terlihat efek dari anjloknya indeks saham Wall Street, kondisi penurunan terburuk sejak ”Black Monday” pada tahun 1987 silam. Sementara di pasar mata uang, posisi dollar AS relatif tertahan karena para investor cemas tentang risiko sistemik pada perekonomian global sehingga mendorong permintaan.
Reaksi negatif investor global sebelumnya memuncak setelah Presiden AS Donald Trump menekan pasar dengan langkah untuk membatasi perjalanan dari Eropa. Bank Sentral Eropa juga mengecewakan pasar dengan menahan penurunan suku bunga.
Dalam pidato yang disiarkan pada Rabu malam lalu, Trump memberlakukan pembatasan perjalanan dari Eropa ke AS, sesuatu yang mengejutkan para investor dan pelancong. Pelaku pasar juga kecewa setelah berharap melihat langkah-langkah yang lebih luas untuk memerangi penyebaran penyakit Covid-19. (AFP/REUTERS)