Eskalasi konflik Iran-AS kembali memanas setelah AS melancarkan serangan balasan dengan target Kataib Hezbollah, milisi dukungan Iran di Irak. Baghdad mengecam serangan AS itu.
Oleh
·3 menit baca
Eskalasi konflik Iran-AS kembali memanas setelah AS melancarkan serangan balasan dengan target Kataib Hezbollah, milisi dukungan Iran di Irak. Baghdad mengecam serangan AS itu.
TEHERAN, JUMAT—Iran memperingatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tidak bertindak ceroboh menyusul serangan balasan AS terhadap milisi dukungan Iran di Irak, Kamis (12/3/2020) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB. Serangan balasan itu meningkatkan lagi eskalasi konflik AS dengan Iran dan kelompok-kelompok proksinya.
Eskalasi konflik ini terjadi dua bulan setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik secara besar-besaran terhadap pangkalan militer AS di Irak.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, mengatakan bahwa AS tidak bisa menyalahkan pihak lain karena keberadaan AS di Irak dinilai ilegal. Ia menambahkan, serangan terhadap pangkalan militer AS di Irak merupakan reaksi atas terbunuhnya komandan dan pejuang Irak.
Pada Rabu malam waktu setempat, 18 roket Katyusha menghantam pangkalan militer AS di Taji, Irak, yang menewaskan dua tentara AS dan satu tentara Inggris. Selain itu, sebanyak 14 personel AS lainnya luka-luka. Belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab serangan itu. Para pejabat AS juga tidak menyebut secara terbuka pelaku serangan tersebut meski milisi Kataib Hezbollah dukungan Iran diyakini berada di balik serangan itu.
”Daripada bertindak ceroboh dan melancarkan tuduhan yang tidak berdasar, Trump harus mempertimbangkan kembali keberadaan dan apa yang telah dilakukan pasukan AS di wilayah itu,” kata Mousavi.
Pernyataan Mousavi itu dikeluarkan beberapa jam setelah Pentagon mengumumkan bahwa AS telah melancarkan serangan terhadap faksi bersenjata Kataib Hezbollah. Serangan itu menarget lima fasilitas senjata di seluruh Irak.
Ini merupakan serangan ketiga kali AS terhadap Kataib Hezbollah. Dalam gempuran AS sebelumnya, Desember 2019, lebih dari 20 anggota Kataib Hezbollah tewas. Gempuran tersebut merespons serangan milisi itu ke pangkalan AS di Irak yang menewaskan seorang kontraktor asal AS.
Pada Januari 2020, buntut eskalasi itu, Trump memerintahkan pembunuhan Komandan Brigade al-Quds Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani dan pendiri Kataib Hezbollah, Abu Mahdi al-Muhandis.
5 tentara Irak tewas
Akibat serangan balasan AS, Jumat dini hari WIB, menurut militer Irak, lima tentara Irak dan seorang warga sipil tewas. Sebuah kelompok milisi Syiah dukungan Iran bertekad untuk membalas dendam atas serangan AS tersebut. Serangan balasan ini berpotensi menaikkan eskalasi konflik antara AS dan Iran di tanah Irak.
Beberapa pejabat AS mengatakan bahwa serangan udara AS, terutama menyasar fasilitas senjata milik Kataib Hezbollah. ”Gudang-gudang ini, antara lain, menyimpan senjata yang dipakai menyasar pasukan AS dan koalisi. Serangan ini merupakan pembelaan diri, terarah, sepadan, dan tanggapan langsung atas ancaman dari milisi Syiah dukungan Iran yang terus menyerang pangkalan,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan AS.
AS tidak menyebutkan berapa banyak korban dari serangan-serangan. Seluruh serangan dilancarkan dengan pesawat nirawak. ”Serangan dimulai pukul 01.00 waktu setempat menggunakan sejumlah pesawat,” demikian pernyataan Pentagon seraya menekankan serangan itu dilancarkan AS tanpa melibatkan mitra koalisi.
Irak mengecam
Militer Irak mengecam serangan udara AS itu. Baghdad menyebut serangan AS tersebut melanggar kedaulatan Irak.
Militer Irak menyatakan, alasan bahwa serangan ini sebagai respons terhadap tindakan agresif yang menargetkan pangkalan udara Taji adalah alasan yang keliru. Serangan itu, lanjut militer Irak, justru bakal semakin meningkatkan eskalasi konflik tanpa memberikan solusi apa pun mengatasi situasi.
Pejabat sementara Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi telah memerintahkan penyelidikan atas serangan roket di pangkalan udara Taji dan menyebut serangan AS tersebut sebagai ”tantangan keamanan yang sangat serius dan merupakan tindakan bermusuhan”.
Seorang aparat Irak menyebut lima rudal AS menghantam kawasan Jurf al-Sakhr di selatan Baghdad. Kawasan itu dikendalikan Kataib Hezbollah.