Tiga poros besar yang saat ini sedang bertarung di Timur Tengah, yakni Turki, Iran, dan Arab Saudi, seakan melupakan konflik mereka dengan lebih fokus menghadapi musuh bersama, yakni wabah Covid-19.
Oleh
Musthafa Abd Rahman
·5 menit baca
Merebaknya wabah Covid-19 di Timur Tengah saat ini dengan serta-merta mengubah peta konflik kawasan itu. Tiga poros besar, yakni poros Turki, Iran, dan Arab Saudi, yang bertarung dalam konteks geopolitik Timur Tengah saat ini seakan melupakan konflik mereka. Tiga poros besar itu kini lebih fokus menghadapi musuh bersama, yakni Covid-19.
Dalam konteks menghadapi Covid-19, cara pikir dan pandang terkait pertarungan tiga poros besar tersebut seakan tidak berlaku saat ini. Negara-negara Arab yang berada dalam satu poros pun kini saling menutup perbatasan dan saling mencegah warga dari negara-negara lain berkunjung ke negara mereka. Sebaliknya negara-negara yang selama ini bermusuhan melupakan permusuhan dan bekerja sama melawan Covid-19.
Arab Saudi menjadi negara yang paling keras dan ketat melarang warga negara lain masuk ke Arab Saudi untuk mencegah penyebaran Covid-19 ke negara itu. Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengakui, sampai hari Sabtu (14/3/2020), sebanyak 86 orang telah positif terinfeksi Covid-19 di Arab Saudi.
Arab Saudi sejak pekan lalu mengumumkan menutup perbatasan darat dengan negara-negara sekutunya dalam geopolitik kawasan, yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Kuwait. Di UEA, jumlah warga yang positif terinfeksi Covid-19 mencapai 85 orang, di Bahrain 197 orang, dan di Kuwait 80 orang.
Pada Kamis (12/3), Arab Saudi juga mengumumkan untuk melarang warga dari 51 negara masuk ke Arab Saudi. Di antara 51 negara itu, yakni sejumlah negara yang dikenal sekutu Arab Saudi, seperti UEA, Bahrain, dan Mesir, serta sejumlah yang punya hubungan sangat baik dengan Riyadh, seperti Kesultanan Oman, Sudan, dan Djibouti.
Arab Saudi juga melarang warganya dan warga asing yang berdomisili di negara itu bepergian ke negara-negara Arab yang selama ini dikenal sekutunya, seperti UEA, Mesir, dan Bahrain, serta negara-negara Arab yang memiliki hubungan baik dengan Riyadh, seperti Lebanon, Irak dan Suriah. Riyadh mengumumkan, menghentikan penerbangan internasional dari dan ke Arab Saudi selama dua pekan terhitung mulai, Minggu (15/3).
Poros Iran
Adapun Irak sejak hari Minggu (8/3) menutup lima pintu gerbang perbatasan dengan Iran untuk mencegah penyebaran Covid-19 dari Iran ke Irak. Pemerintah Baghdad juga menyerukan semua warga Irak yang berdomisili atau sedang berkunjung ke Iran untuk segera kembali ke Irak. Baghdad melarang pula warga Irak berkunjung ke Iran saat ini.
Padahal, Irak dan Iran selama ini memiliki hubungan strategis. Dua negara tersebut sama-sama berpenduduk mayoritas Syiah. Iran juga mempunyai pengaruh besar di Irak.
Pemerintah Irak sampai hari Jumat (13/3) mengakui, sebanyak 83 orang positif terinfeksi Covid-19 di negara itu, sebanyak delapan orang di antaranya meninggal dunia.
Sedangkan Iran dikenal sebagai pusat penyebaran Covid-19 terbesar di Timur Tengah, dan terbesar ketiga di dunia setelah China dan Italia. Pemerintah Iran mengakui, sampai hari Jumat (13/3) jumlah korban positif Covid-19 mencapai 10.075 orang dan 429 di antaranya meninggal.
Di Lebanon yang sampai saat ini korban positif Covid-19 mencapai 82 orang, tiga orang di antaranya meninggal, masih tarik-menarik antara publik dan pemerintah Lebanon soal hubungan dengan Iran.
Publik Lebanon menuntut pemerintahnya menghentikan penerbangan dari Beirut ke Iran dan sebaliknya, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Lebanon yang diduga kuat berasal dari Iran. Namun, pemerintah Lebanon yang didominasi faksi politik pro-Iran masih menolak tuntutan publik Lebanon tersebut.
Sementara Sudan menutup perbatasan dengan Mesir dan menghentikan penerbangan dari Sudan ke Mesir serta sebaliknya. Khartoum juga melarang warga Mesir berkunjung ke Sudan, dan juga melarang warga Sudan berkunjung ke Mesir dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19 dari Mesir ke Sudan.
Padahal, Mesir dan Sudan yang bertetangga itu selama ini mempunyai hubungan bilateral yang sangat baik. Mesir juga dikenal memiliki pengaruh kuat di Sudan.
Di Sudan, baru seorang yang dinyatakan positif Covid-19 dan telah meninggal, Kamis (12/3), setelah kembali dari UEA pada awal Maret lalu.
Di Mesir, juru bicara Kementerian Kesehatan Mesir Khaled Mujahid mengakui, jumlah korban positif Covid-19 hingga Sabtu (14/3) mencapai 93 orang, dan 20 orang di antaranya dinyatakan sembuh, namun 2 orang telah meninggal dunia akibat Covid-19.
Jordania mulai hari Jumat (13/3) juga menghentikan penerbangan dari dan ke Mesir dengan dalih mencegah wabah Covid-19. Selama ini, hubungan Mesir-Jordania sangat baik.
Adapun Kuwait mengumumkan penutupan perbatasan darat dengan Arab Saudi dan Irak. Kuwait juga mengumumkan menutup semua jalur penerbangan dari dan ke Kuwait mulai hari Jumat (13/3) sampai waktu yang akan diumumkan kemudian.
Kuwait memiliki hubungan sangat baik dengan semua negara, namun terpaksa menutup jalur penerbangan dari dan ke Kuwait untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kuwait mengakui sebanyak 80 orang di negara itu dikonfirmasi positif Covid-19.
Palestina-Israel
Sementara itu, Palestina dan Israel melupakan konflik di antara mereka dan kini bekerja sama bahu-membahu melawan penyebaran Covid-19 di wilayah Palestina dan Israel. Kedua pihak kini melupakan isu proposal damai AS, yang dikenal dengan nama Transaksi Abad ini dan sempat memicu hubungan panas lagi menyusul Presiden AS Donald Trump mengumumkan proposal damai itu pada Januari lalu.
PM Palestina Mohammed Ishtayeh mengungkapkan, Palestina dan Israel kini bekerja sama melawan Covid-19 dan tukar-menukar informasi terkait virus tersebut. Israel mengklaim telah memberi bantuan peralatan medis modern ke beberapa rumah sakit di Jalur Gaza dan Tepi Barat untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Israel menganggap wilayah Tepi Barat paling berbahaya terkait penyebaran Covid-19. Di Kota Bethlehem, yang merupakan kota turis, terdapat korban Covid-19 terbesar di Tepi Barat. Dilaporkan ada 28 orang positif Covid-19 di kota Bethlehem dari 35 orang yang positif terinfeksi Covid-19 di Tepi Barat.
Otoritas Palestina telah menutup kota Bethlehem untuk mencegah penyebaran Covid-19 di kota itu dan sekitarnya. Adapun di Israel sendiri, diberitakan bahwa kasus Covid-19 mencapai 109 orang.
Pendek kata, terkait merebaknya wabah Covid-19 saat ini, tidak berlaku lagi teman dan musuh dalam geopolitik di kawasan bergolak Timur Tengah.