Ribuan Orang Terdampak Pembatasan Penerbangan di Sejumlah Negara
Pembatasan atau pembatalan penerbangan dapat berlanjut karena wabah Covid-19 yang terus meluas. Kebijakan itu dipilih untuk membatasi penyebaran virus korona pembawa Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
RABAT, SENIN — Kebijakan penghentian, penundaan, dan pembatasan penerbangan yang diambil sejumlah negara terkait upaya penanggulangan wabah Covid-19 menimbulkan kekacauan bagi calon penumpang, penyelenggara bandara, dan membuat bingung maskapai-maskapai.
Kondisi tersebut diperkirakan terus berlanjut karena wabah yang terus meluas sehingga makin bertambah pula negara yang menerbitkan aturan pembatasan hingga larangan terbang.
Ribuan turis dilaporkan terdampar di Maroko pada Sabtu (14/3/2020) pekan lalu setelah kerajaan itu tiba-tiba mengumumkan pembatasan perbatasan yang ketat merespons wabah Covid-19. Para turis dilaporkan terjebak di sejumlah perbatasan, pelabuhan, dan bandara.
”Kita tersesat!” kata David, turis Italia yang menunggu di perbatasan tertutup dengan daerah kantong Ceuta di Maroko utara.
Pada akhir pekan lalu, Rabat mengumumkan penangguhan hubungan udara dengan 21 negara, termasuk Austria, Denmark, Yunani, Norwegia, Swedia dan Swiss di Eropa, serta Turki dan Bahrain, Mesir, Jordania, Lebanon, Oman, Tunisia, dan Uni Emirat Arab. Chad Afrika, Mali, Mauritania, Niger dan Senegal, serta Kanada dan Brasil juga ada dalam daftar.
Penerbangan ke dan dari Aljazair, Spanyol, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Portugal, dan Italia ditangguhkan ”sampai pemberitahuan lebih lanjut”. Pada saat bersamaan, hubungan laut bagi penumpang dan perbatasan darat Maroko dengan Ceuta dan daerah kantong Spanyol kedua, Melilla, juga ditutup.
Namun, Pemerintah Perancis mengumumkan bahwa Rabat telah setuju mengizinkan penerbangan repatriasi bagi warga negara Perancis. ”Penerbangan baru sedang diatur untuk memungkinkan (wisatawan Perancis yang terdampar) kembali ke Perancis,” demikian pernyataan Presiden Emmanuel Macron, melalui media sosial Twitter pada Sabtu.
Dari Spanyol dilaporkan, penyedia layanan navigasi udara Spanyol, Enaire, melaporkan ”penundaan signifikan di wilayah udara Spanyol” mulai Sabtu lalu. Ini sebagai bagian langsung dari langkah-langkah pencegahan terhadap penyebaran wabah Covid-19.
Otoritas itu meminta para wisatawan memeriksa dan memastikan status penerbangan mereka dengan maskapai mereka. Perdana Menteri Pedro Sanchez mengumumkan serangkaian tindakan darurat terkait mitigasi dan penanggulangan Covid-19.
Rancangan dekrit yang disiapkan mencakup memberi tahu operator penerbangan dan kereta api bahwa mereka perlu mengurangi layanan mereka setidaknya hingga separuh dari kondisi normal.
Pembatasan penerbangan telah diberlakukan Austria. Pemerintah Australia pada Jumat lalu mengumumkan penutupan wilayah perbatasan dengan Swiss dan melarang koneksi penerbangan dengan Perancis, Spanyol, dan Swiss mulai Senin pekan ini untuk memperlambat wabah Covid-19.
Pembatasan penerbangan telah diberlakukan Austria. Pemerintah Australia pada Jumat lalu mengumumkan penutupan wilayah perbatasan dengan Swiss dan melarang koneksi penerbangan dengan Perancis, Spanyol, dan Swiss mulai Senin pekan ini untuk memperlambat wabah Covid-19.
”Kami mulai mengendalikan perbatasan ke Swiss dan Liechtenstein dengan cara yang sama seperti yang kami lakukan dengan Italia,” kata Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer dalam sebuah konferensi pers. ”Mulai Senin, akan ada larangan terbang ke Perancis, Spanyol, dan Swiss.”
Imbas bagi maskapai
Pembatasan perjalanan, termasuk melalui udara, berpotensi menekan pendapatan maskapai-maskapai global. Dari Berlin dilaporkan manajemen maskapai Lufthansa siap membatalkan pembagian dividen tahunannya, memangkas jadwal penerbangannya lebih lanjut dan juga mempertimbangkan permintaan bantuan negara untuk membantunya mengatasi dampak wabah Covid-19.
”Beberapa waktu mendatang, jadwal penerbangan dapat dikurangi lebih jauh hingga 70 persen dibandingkan dengan rencana semula,” kata maskapai itu.
Pihak maskapai itu juga menambahkan bahwa mereka akan mengusulkan kepada pemegang saham agar tidak membayar dividen untuk tahun bisnis 2019 guna menjaga likuiditas perusahaannya.
Kelompok maskapai itu, yang juga memiliki Swiss International, Austrian Airlines, dan Brussels Airlines, sebelumnya mengatakan mereka berbicara kepada pemerintah negara-negara itu. Intinya, kemungkinan pihak maskapai meminta dukungan dari pemerintah di masing-masing negara.
”Kami telah memutuskan berbicara dengan pemerintah negara asal kami tidak hanya tentang meringankan beban seperti sebelumnya, tetapi juga tentang dukungan aktif ketika diperlukan,” kata Kepala Eksekutif Lufthansa Carsten Spohr dalam pesan video kepada para pegawainya.
Secara terpisah, manajemen British Airways mengatakan kepada stafnya bahwa kelangsungan hidup perseroan juga dipertaruhkan. Serupa hal itu, maskapai berbiaya rendah Norwegian Air Shuttle memperingatkan kemungkinan tekanan lebih jauh bagi pihak perseroan jika tanpa bantuan negara. (AFP/REUTERS)