Teknologi Pelacak Teroris untuk Melacak Jejak Covid-19
Teknologi Israel yang biasa digunakan untuk melacak kelompok teroris dan kelompok perlawanan Palestina hendak digunakan untuk mencari orang-orang yang pernah kontak dengan orang lain yang terinfeksi virus korona baru.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
JERUSALEM, SENIN -- Israel akan memanfaatkan teknologi pelacak yang biasa digunakan untuk melawan terorisme dan menghentikan sebagian perekonomiannya untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19.
Selama ini Israel menggunakan teknologi pelacak teroris untuk memonitor pergerakan kelompok perlawanan Palestina. Penggunaan teknologi ini masih membutuhkan persetujuan dari parlemen dan terutama Kementerian Kehakiman karena teknologi itu berpotensi melanggar hak privasi pasien.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (15/3/2020), menjelaskan, alat pelacak itu akan dipasang untuk mencari orang-orang yang pernah kontak dengan orang lain yang membawa virus.
“Kita akan segera memakai teknologi digital yang selama ini kita gunakan untuk melawan terorisme,” kata Netanyahu, seperti dilaporkan .
Memperketat upaya menghambat meluasnya Covid-19, Israel mengumumkan mal, hotel, restoran, dan bioskop akan tutup mulai hari Minggu lalu. Karyawan tidak diperbolehkan bekerja kecuali jika ada yang mendesak.
Namun, apotek, supermarket, dan bank tetap boleh buka. Pemerintah tetap meminta warga untuk menjaga jarak dengan orang lain dan tidak boleh berkumpul lebih dari 10 orang dalam satu ruangan.
Badan Keamanan Dalam Negeri Israel, Shin Bet, membenarkan penggunaan teknologi pelacak atas permintaan Netanyahu dan Kementerian Kesehatan. Pakar bidang keamanan di Asosiasi Hak Sipil Israel Anver Pinchuk mengatakan teknologi itu mampu melacak saat itu juga keberadaan orang positif Covid-19 melalui telepon genggamnya.
Cara tersebut digunakan untuk mengetahui jika ada pelanggaran saat karantina sekaligus melacak meta-data untuk mencari tahu jejak mereka kemana saja dan bertemu dengan siapa saja.
“Saya paham kita sedang dalam situasi tidak biasa. Tetapi penggunaan teknologi itu kelewatan karena akan mengganggu,” kata Pinchuk.
Netanyahu mengaku tidak mudah membuat keputusan seperti itu. Tetapi ini harus dilakukan karena Covid-19 termasuk musuh yang tidak terlihat namun harus diketahui keberadaannya. Toh metode serupa sudah dilakukan sebelumnya oleh Taiwan untuk melacak siapa saja yang keluar dari rumah.
“Selama menjadi PM, saya tidak pernah memakai ini tetapi sekarang tidak ada pilihan,” ujarnya.
Penggunaan teknologi pelacak ini kian genting karena menurut Kementerian Kesehatan Israel sudah ada 193 pasien positif Covid-19. Mayoritas dari pasien itu baru saja kembali dari luar negeri dua pekan terakhir.
Untuk itu, pemerintah meminta siapa saja yang masuk Israel dari luar negeri harus mengisolasi diri sendiri selama dua pekan. Saat ini terdapat puluhan ribu warga Israel yang mengkarantina diri sendiri di dalam rumah.
Pemimpin Partai Meretz Nitzan Horowitz mengatakan melacak warga menggunakan data dan teknologi jelas melanggar privasi dan hak sipil warga negara. Penggunaan teknologi seperti itu pada warga harus diawasi dan aturan penggunaan informasinya harus jelas.
Menanggapi kekhawatiran itu, Netanyahu mengubah beberapa hal seperti mengurangi jumlah data yang akan dikumpulkan dan membatasi siapa saja yang bisa melihat dan menggunakan informasi itu. Ini untuk mengantisipasi penyalahgunaan.
Kepala Pusat Penelitian Keamanan Siber di Ben-Gurion University, Yuval Elovici, mengatakan ada beberapa cara untuk meminimalisir pelanggaran privasi antara lain seperti mengumpulkan data secara anonim.
“Pasti akan ada isu pelanggaran privasi. Tetapi jika penggunaannya untuk menyelamatkan nyawa manusia, sebenarnya tidak ada masalah,” ujarnya. (REUTERS/AP)