Sebagian Oposisi Tolak Patroli Bersama Turki-Rusia di Idlib
Selama tiga hari terakhir, sejumlah warga dan pasukan oposisi memprotes keberadaan militer Rusia di Idlib terkait dengan dukungan penuh militer Rusia terhadap pasukan pemerintahan Bashar al-Assad.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
ANKARA, SENIN — Pasukan Rusia dan Turki mulai melaksanakan patroli bersama di sepanjang Jalan Raya M4 di wilayah barat laut Suriah, Senin (16/3/2020), sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang disetujui pada 5 Maret lalu. Namun, jarak tempuh dan rute patroli bersama itu terpaksa diperpendek karena sebagian kelompok oposisi dukungan Turki menolak kehadiran tentara Rusia di Idlib.
Kementerian Pertahanan Turki, dalam keterangannya, Senin, mengatakan, patroli bersama merupakan tindak lanjut setelah gencatan senjata berlangsung. Patroli bersama itu tak hanya melibatkan pasukan darat, tetapi juga melibatkan kekuatan udara dari dua belah pihak.
Patroli bersama tersebut akan mengawasi Jalan Raya M4 sepanjang lebih kurang 12 kilometer, yang membentang dari barat sampai ke timur wilayah Provinsi Idlib. Jalan Raya M4 merupakan jalan raya vital karena menghubungkan wilayah di pinggiran Laut Tengah hingga ke perbatasan Suriah-Irak.
Sebelum dibuka belum lama ini, jalan tersebut ditutup sejak tahun 2012. Beberapa perbaikan telah dilaksanakan di beberapa titik agar jalan itu bisa digunakan untuk lalu lintas barang dan orang. Meski begitu, sampai saat ini sebagian jalan tersebut masih dikuasai oleh pasukan oposisi bersenjata dukungan Turki. Adapun beberapa titik di Jalan Raya M5 dikuasai pasukan Pemerintah Suriah yang didukung Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia, dalam keterangan yang disiarkan kantor berita TASS, mengatakan bahwa waktu dan jarak tempuh patroli bersama di Jalan Raya M4 terpaksa diperpendek karena sejumlah anggota kelompok militan menggunakan perempuan dan anak-anak untuk menghadang mereka.
Selama tiga hari terakhir, sejumlah warga dan pasukan oposisi memprotes keberadaan militer Rusia di Idlib terkait dengan dukungan penuh militer Rusia terhadap pasukan pemerintahan Bashar al-Assad. Mereka memblokade jalan dengan cara membakar ban-ban di sekitar Desa Nairab, yang berbatasan langsung dengan Jalan Raya M4, sebagai protes terhadap Rusia.
Osama Rahal, salah satu komandan pasukan oposisi, Tentara Nasional Suriah, mengatakan bahwa mereka akan menghalangi kehadiran militer Rusia jika patroli bersama tersebut menghalang-halangi warga untuk kembali ke daerah asal. Kelompok oposisi itu menilai, kesepakatan gencatan Rusia-Turki sama sekali tak memberikan jaminan bagi rakyat Suriah untuk bisa menempati lagi rumah-rumah mereka.
Menurut beberapa saksi mata, sebagian warga pengunjuk rasa itu menaiki tank-tank milik militer Turki sambil mengibarkan bendera kelompok Tentara Nasional Suriah. Foto-foto yang diambil lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) memperlihatkan sejumlah warga menyalakan obor sambil membentuk rantai manusia.
Ahmad Shehad (22), salah satu pengunjuk rasa, mengatakan, sangat aneh bagi rakyat Suriah menerima kehadiran militer Rusia di negara mereka. ”Mereka (militer Rusia) telah menghilangkan puluhan ribu nyawa rakyat Suriah dengan melontarkan bom kepada rakyat Suriah selama enam tahun terakhir. Itu sebabnya, kami menolak kehadiran mereka di kota kami,” kata Shehad.
Kelompok oposisi lain yang juga menolak kehadiran militer Rusia adalah Hayat Tahrir Al-Sham. Kelompok ini memiliki keterkaitan dengan jaringan Al Qaeda. Mereka dikabarkan mengancam akan menyerang militer Rusia di Idlib jika Rusia terus melasanakan patroli.
Kementerian Pertahanan Rusia telah meminta Ankara untuk mendekati kelompok-kelompok oposisi tersebut untuk mengurangi potensi terjadi serangan terhadap patroli bersama. Tanpa memberikan rincian, Kemhan Rusia menyatakan, serangan terhadap militer Rusia akan mengancam kehidupan masyarakat sipil di wilayah tersebut.(AFP/REUTERS)