Sekitar 70.000 Warga Afghanistan Pulang dari Iran di Tengah Wabah Covid-19
Banyak petugas kesehatan dikerahkan di perbatasan Iran-Afghanistan untuk mengecek kondisi kesehatan mereka yang pulang di tengah kekhawatiran merebaknya Covid-19 di Afghanistan.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
KABUL, SELASA — Setelah Iran dihantam wabah virus korona baru penyebab Covid-19, sebanyak 70.000 warga Afghanistan pulang kampung dari perantauan di Iran. Pejabat Afghanistan pada Senin (16/3/2020) menyatakan, banyak petugas kesehatan dikerahkan di perbatasan Iran-Afghanistan untuk mengecek kondisi kesehatan mereka yang pulang di tengah kekhawatiran merebaknya Covid-19 di Afghanistan.
Banyak warga Afghanistan yang bekerja di Iran kembali pulang ke kampung halaman mereka di Afghanistan ketika Covid-19 melumpuhkan ekonomi Iran yang sebelumnya sudah diperberat oleh sanksi Amerika Serikat (AS). Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, musim panen pada musim semi Afghanistan juga menarik pekerja untuk kembali ke Afghanistan.
Warga Afghanistan yang merantau di Iran itu diizinkan pulang dan masuk ke Afghanistan setelah Pemerintah Afghanistan membuka kembali perbatasan darat. Sebelumnya Pemerintah Afghanistan menutup hubungan udara dan darat dengan Iran untuk mencegah penularan Covid-19.
Jawed Nadim, Kepala Departemen Repatriasi Pengungsi di Provinsi Herat, yang berbatasan dengan Iran, mengatakan, diperlukan lebih banyak petugas kesehatan dan fasilitas pengujian yang lebih baik untuk mengatasi meningkatnya jumlah warga Afghanistan yang pulang dan untuk menghindari bencana kesehatan.
Saat ini petugas kesehatan di Afghanistan, kata Nadim, ”hanya mengajukan beberapa pertanyaan dan menguji suhu mereka” sebagai prosedur pemeriksaan guna mencegah penyebaran wabah Covid-19. ”Dan ini tidak cukup,” ujarnya.
Kematian di Iran
Sejak Covid-19 merebak di Iran pada 19 Februari 2020, hingga saat ini Iran telah mencatat 853 kematian dari hampir 15.000 kasus. Karena itu, pejabat Iran pada Senin, 16 Maret, menyerukan agar warga Iran berhenti bepergian.
Kantor berita IRNA melaporkan pada Senin bahwa Pemerintah Iran menutup empat situs ziarah utama Syiah untuk menghentikan wabah Covid-19, antara lain tempat suci Imam Reza di Masyhad, Fatima Masumeh di Qom, dan Shah Abdol-Azim di Teheran. Tempat-tempat suci bagi kaum Syiah itu ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Masjid Jamkaran Qom juga akan ditutup. Penutupan tersebut atas perintah pusat penanggulangan antivirus korona dan Kementerian Kesehatan Iran.
Namun, banyak warga marah atas keputusan tersebut. Mereka menggelar unjuk rasa di luar tempat suci Fatima Masumeh, Qom. Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel dan merusak pintu masuk.
Kasus di Afghanistan
Di Afghanistan sekarang ini terdapat 21 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi, sebagian besar di Provinsi Herat. Namun, jumlah resmi tersebut kemungkinan lebih kecil dari kenyataan yang ada karena upaya pengujian di Afghanistan tidak memadai dan infrastruktur kesehatan yang buruk.
Pada saat pihak berwenang berjuang untuk mencegah penularan Covid-19, puluhan warga Afghanistan justru meninggalkan ruang isolasi di rumah sakit Herat pada Senin lalu. Mereka ”melarikan diri” dengan bantuan kerabat mereka setelah memukuli para dokter dan memecahkan jendela.
Informasi tersebut disampaikan juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Wahidullah Mayar. Ditambahkan bahwa polisi juga ”tidak membantu” menangani mereka yang kabur dari ruang isolasi.
Ebrahim Mohammadi, Direktur Layanan Ambulans Herat, mengatakan, sebanyak 37 orang telah melarikan diri. Dua orang telah dites positif Covid-19, sementara yang tersisa masih menunggu hasil pengujian.
”Mereka menjadi tidak sabar karena setelah lebih dari lima hari menunggu, hasil tes mereka masih belum keluar,” ujar Mohammadi.
Melonjak
Jumlah warga Afghanistan yang kembali pulang melonjak 106 persen di dua pelintasan perbatasan pada minggu pertama Maret 2020 dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sebanyak 90 persen dari mereka pulang secara sukarela, sedangkan 10 persen sisanya dideportasi oleh Pemerintah Iran.
Gubernur Provinsi Herat Abdul Qayum Rahimi pekan lalu menyebutkan, Afghanistan perlu bertindak cepat untuk menghindari krisis yang meningkat.
”Dengan jumlah orang yang pulang dari Iran memasuki Afghanistan dari beberapa titik masuk, jika kita tidak mengambil tindakan apa pun sekarang dan tidak bekerja bersama, kita akan menyaksikan situasi yang lebih buruk daripada Iran,” ucap Rahimi pada Sabtu lalu. ”Saya khawatir suatu hari nanti kita tidak akan menghitung jumlah jenazah,” lanjutnya.
Mereka yang kembali ke Afghanistan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa di perbatasan, mereka diperiksa untuk mencari tahu apakah pada diri mereka ada gejala Covid-19, terutama demam. ”Para dokter di perbatasan menggunakan termometer untuk menguji demam dan memberi tahu kami cara melindungi diri dari virus korona,” ujar Malik (46), seorang buruh.
Menteri Kesehatan Masyarakat Afghanistan Ferozuddin Feroz mengumumkan, Senin lalu, pemerintah akan membangun fasilitas 300 tempat tidur di Provinsi Herat untuk mengatasi wabah tersebut. ”Dengan tambahan itu, kapasitas fasilitas kesehatan di Herat akan meningkat menjadi 1.000 tempat tidur,” kata Feroz. (AFP)