Mengantisipasi Penyebaran Covid-19, Proses Peradilan Dilakukan Tertutup
Sidang yang mendudukkan terdakwa kasus insiden penembakan Malaysia Airlines, dengan nomor penerbangan MH17, terus digelar. Sidang lanjutan akan dilakukan secara tertutup.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
AMSTERDAM, SELASA — Persidangan empat terdakwa yang diduga terlibat dalam insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airline MH17 pada tahun 2014 akan dilakukan secara tertutup pada 23 Maret mendatang. Pelaksanaan persidangan secara tertutup ini untuk mengantisipasi penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
Selain mengumumkan rencana persidangan yang tertutup, Selasa (17/3/2020), pengadilan yang terletak di Schipol Judicial Complex, Pengadilan Distrik The Hague, juga mengumumkan jika proses peradilan tersebut hanya akan dihadiri para hakim, satu terdakwa, dua penasihat hukumnya, serta satu jaksa penuntut.
Keluarga pada saat proses persidangan pertama hadir diminta mengikuti jalannya persidangan melalui layanan daring yang disediakan pengadilan. Para jurnalis juga diminta mengikuti jalannya persidangan melalui layanan live streaming.
Majelis hakim yang memimpin persidangan juga akan memutuskan beberapa hal yang menjadi tuntutan dari jaksa serta permintaan pembela para terdakwa, yang telah dibacakan pada saat pra-persidangan, 9 dan 10 Maret lalu. Setelah itu, persidangan berikutnya baru akan dilaksanakan pada 8 Juni 2020.
Pihak jaksa penuntut, dalam prapersidangan pertama yang lalu, meminta agar majelis hakim menginvestigasi lebih lanjut para saksi, termasuk juga membuka kemungkinan adanya penyelidikan tentang manipulasi dokumen, berupa foto, oleh Pemerintah Rusia. Tidak hanya itu, jaksa juga menuntut adanya rekonstruksi kejadian serta tambahan substansi penyelidikan jatuhnya pesawat MH17.
Sebaliknya, pada saat persidangan pertama tersebut, pembela menyatakan tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan substansi pembelaan atas klien mereka.
Keempat terdakwa itu, yakni Igor Girkin, Sergey Dubinskiy, dan Oleg Pulatov yang warga Rusia dan Leonid Kharchenko, warga Ukraina, tidak hadir dalam proses persidangan itu.
Ancaman
Jaksa penuntut, dalam persidangan awal, menyebutkan adanya upaya Pemerintah Rusia mengintervensi jalannya penyelidikan insiden MH17. Thijs Berger, jaksa penuntut, dalam persidangan awal mengatakan, intelijen Rusia melacak gerak-gerik setiap saksi yang akan dihadirkan dalam persidangan kasus tersebut dan akhirnya memuat mereka merasa terancam. Tidak hanya para saksi yang terancam jiwanya, menurut Berger, pihak keamanan Rusia juga mencoba meretas proses penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang dari Malaysia dan Belanda.
”Ada indikasi yang sangat kuat bahwa pihak keamanan dan intelijen Rusia secara aktif menghalang-halangi proses pencarian kebenaran di balik jatuhnya pesawat MH17,” kata Berger dalam persidangan.
Untuk melindungi para saksi yang akan dihadirkan di persidangan, identitas mereka tidak akan dimunculkan. Para saksi itu diberi nama khusus sebagai pengganti nama asli mereka untuk melindungi keamanannya.
Saksi M58, salah satunya, adalah saksi penting untuk kasus ini. Dia adalah relawan Pemerintah Rusia yang saat kejadian berada di dekat lokasi peluncuran roket yang menghancurkan pesawat MH17.
Jaksa penuntut lainnya, Dedy Woei a Tsoi, mengatakan, saksi tersebut mengakui bahwa militer Rusia berada di lokasi peluncuran saat rudal ditembakkan ke udara. ”Beberapa saat kemudian mereka sadar bahwa yang menjadi sasaran rudal tersebut bukanlah pesawat militer, melainkan pesawat terbang sipil MH17,” kata Woei.
Tim penyidik internasional menyatakan, pesawat Boeing 777-200ER milik maskapai penerbangan Malaysia Airline dengan nomor penerbangan MH17 ditembak rudal BUK yang diproduksi Rusia. Rudal tersebut ditembakkan dari wilayah Kiev yang dikuasai pemberontak yang didukung oleh Kremlin.
Pemerintah Rusia berulang kali membantah keterlibatan mereka di dalam insiden yang menewaskan 298 penumpang pesawat yang terbang dari Schipol menuju ke Kuala Lumpur itu. Kuasa hukum salah satu terdakwa, Boudewijn van Eijck, mengatakan, kliennya sama sekali tidak terlibat dalam insiden tersebut.
Keluarga salah satu korban meminta pengadilan menyelidiki lebih jauh keterlibatan Pemerintah Rusia dalam kejadian tersebut. ”Pengadilan telah secara jelas menyatakan bahwa Pemerintah Rusia mencoba menyebarluaskan informasi yang tidak tepat mengenai insiden ini. Dan kami, pihak keluarga, harus bersiap-siap mendengarkan lebih jauh disinformasi yang akan muncul sepanjang persidangan ini berlangsung,” kata Anton Kotte. Kotte kehilangan putranya, menantunya, dan cucunya dalam insiden tersebut. (AFP/REUTERS)