AS mengakui jumlah pasukannya di Irak melebihi kemampuan negara itu melindungi mereka. Karena itu, AS akan menambah sistem pertahanan di sana.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
BAGHDAD, SELASA — Pangkalan tentara asing di Irak kembali menjadi sasaran roket. Penembakan kembali terjadi setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke sejumlah lokasi di Irak.
Tentara Irak menyebut, pangkalan Basmaya diserang pada Senin (16/3/2020) malam waktu setempat atau Selasa dini hari WIB. Belum ada laporan korban jiwa ataupun cedera akibat ledakan dua roket di pangkalan yang terletak di selatan Baghdad tersebut. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pangkalan itu diketahui ditinggali sejumlah tentara Spanyol. Mereka berada di sana sebagai anggota pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bersama AS, NATO dan sejumlah negara lain mengerahkan pasukan ke Irak untuk memerangi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Serangan ke Basmaya terjadi tiga hari selepas pangkalan Taji, di utara Baghdad, disasar 33 roket Katyusha. Serangan pada Sabtu (14/3/2020) pagi melukai sejumlah tentara Irak. Sebelum serangan Sabtu, pangkalan Taji juga menjadi sasaran serangan roket Katyusha pada Rabu dini hari. Akibatnya, dua warga AS dan seorang warga Inggris tewas. Sejumlah warga Irak juga tewas dan terluka dalam serangan pada Rabu dini hari itu.
AS membalas serangan Rabu lewat pengeboman di daerah perbatasan Irak-Suriah pada Kamis dini hari. Akibatnya, sejumlah tentara dan warga Irak tewas. Sebagian lagi terluka karena serangan itu. Washington menyebut, seluruh lokasi sasaran dikendalikan oleh Brigade Hezbollah yang merupakan salah satu kelompok dari Pasukan Rakyat atau Hashed al-Shaabi. Pasukan Rakyat dibentuk sebagai organisasi gabungan aneka milisi Syiah di Irak. AS berkeras, Brigade Hezbollah Irak bertanggung jawab atas peluncuran roket di pangkalan-pangkalan yang didiami pasukan asing di Irak.
Pemindahan
Serangkaian serangan roket ke berbagai lokasi yang ditinggali warganya di Irak membuat AS merencanakan pemindahan tentara. Sejumlah pangkalan akan dikosongkan dan pangkalan lain akan dikecilkan jumlah anggotanya.
”Pangkalan-pangkalan ini tetap dikendalikan Irak dan kami akan terus membantu mereka sampai NIIS benar-benar kalah. Prajurit akan ditempatkan ulang dengan berkoordinasi bersama Pemerintah Irak. Karena alasan keamanan, kami tidak mengumumkan waktu pasti pemindahan,” demikian pernyataan resmi pasukan koalisi asing di Irak.
”Faktanya adalah kita memiliki lebih banyak lokasi di tempat kita memiliki tentara, pelaut, pilot, dan marinir melebihi kemampuan untuk melindungi mereka. Fakta itu tidak menyenangkan, walakin akan bisa diatasi pada waktunya,” kata Panglima Komando Operasi Tengah AS Jenderal Kenneth F McKenzie.
Irak menjadi wilayah operasi komando itu. McKenzie menyebut, AS tidak bisa menempatkan sistem penangkal rudal, mortir, dan artileri (C-RAM) di semua tempat di Irak. C-RAM bisa menangkal roket Katyusha dan senjata berpeluncur kecil lain seperti yang menyasar Taji dan Basmaya. Sementara rudal Patriot dirancang untuk menangkal serangan udara dengan rudal balistik seperti yang terjadi di pangkalan Asad al-Ain pada Januari 2020.
AS menempatkan C-RAM sebelum pelindung Patriot yang kerap jadi sasaran. Sejumlah batalion C-RAM telah ditempatkan di Irak dan segera beroperasi di sejumlah pangkalan. Sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan AS menyebut pengiriman C-RAM sudah lama direncanakan. Keamanan prajurit AS di aneka pangkalan di Irak semakin mencemaskan sehingga butuh sistem pertahanan lebih memadai.
Pangkalan Irbil menjadi salah satu lokasi penempatan C-RAM dan Patriot. Tambahan pasukan juga akan ditempatkan di sana. AS juga berencana memindahkan tentara dari Al-Qaim ke Ain al-Asad. Dengan penempatan C-RAM dan Patriot, AS bisa menarik sebagian pasukan dari Irak lalu dibawa ke tempat lain. Pangkalan yang akan dikosongkan, Taqaddum, berada di barat Baghdad. Bahkan, struktur pasukan di Irak akan dikecilkan dan pangkat komandannya diturunkan dari Letnan Jenderal menjadi Mayor Jenderal. (AFP/REUTERS)