Belajar dari pengalaman menangani SARS pada 2003, Singapura telah memiliki protokol yang lebih baik untuk menangani wabah penyakit menular, termasuk Covid-19.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
Setelah virus korona tipe baru dikabarkan mulai tersebar keluar China, tempat pertama munculnya Covid-19 adalah Singapura. Sejak pertama kali terdeteksi pada 23 Januari, hanya dalam waktu beberapa hari jumlah kasus positif mencapai puluhan orang dan hingga Rabu tercatat total 266 kasus positif Covid-19. Hanya saja sejauh ini tidak ada kasus dengan kematian.
Ketika di sejumlah negara jumlah kasus terus meroket, pada pertengahan Februari, Singapura ”mampu” mengendalikan laju penyebaran virus itu. Jumlah pasien yang pulih melebihi kasus baru. Salah satu langkah jitu yang diambil Pemerintah Singapura adalah dengan memperketat karantina.
Selain itu, sejak awal kasus positif ditemukan, otoritas setempat proaktif melacak, mengisolasi yang terinfeksi, membuka akses seluas-luasnya ke perawatan kesehatan masyarakat dasar yang terjangkau, serta pesan yang jelas dan meyakinkan dari para pemimpin Singapura.
Pengalaman Singapura saat menangani sindrom pernapasan akut parah (SARS) pada tahun 2003 juga turut membantu. Kala itu, di Singapura sebanyak 238 orang terinfeksi dan 33 orang di antaranya meninggal. Pengalaman itu membuat warga Singapura bersikap sangat serius jika ada wabah.
Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, mengatakan, negara kota itu kemudian memperbaiki sistem perawatan kesehatan yang sudah sangat baik, menulis protokol baru untuk mengatasi wabah, mendirikan ”pusat demam” untuk mengisolasi kasus, serta berinvestasi dalam peralatan dan meningkatkan pelatihan dalam menangani penyakit menular. Oleh karena itu, ketika kasus pertama Covid-19 ditemukan, Singapura telah siap bertindak.
”Hampir semua orang terlibat dan mengikutinya,” kata Leong. SARS, menurut Leong, telah membentuk Singapura menjadi lebih maju dan siap bertindak.
Salah satu wujudnya, saat wabah terus berkembang, pada 1 Februari, Singapura memblokir arus masuk dan transit bagi pengunjung baru yang telah melakukan perjalanan—dalam 14 hari terakhir—ke China. Pembatasan ini diperluas untuk pengunjung yang baru bepergian ke Iran, Italia utara, dan Korea Selatan.
Ketika penularan lokal melonjak, pada 7 Februari, Singapura segera menaikkan tingkat kewaspadaan pada posisi tertinggi, yaitu ”oranye”. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional, yang didirikan setelah SARS, dipersiapkan untuk pengujian jalur cepat, menggunakan diagnostik canggih, dan alat uji Covid-19 yang baru dikembangkan.
Tikki Pangestu, seorang profesor tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dan mantan Direktur Departemen Penelitian dan Kebijakan Kerja Sama WHO, mengatakan, pengujian cepat dan isolasi kasus-kasus yang diduga, serta penelusuran yang dilakukan secara jelimet—dibantu polisi, kamera pengawas, dan catatan ATM —terbukti membantu pencegahan wabah lokal agar tidak menjadi lebih buruk. Sejauh ini sebanyak 5.700 orang telah dikarantina.
Selain itu, sejumlah aturan ketat tentang pelaporan kesehatan dan karantina juga diterapkan. Siapa pun yang melanggar akan didenda atau dipenjara selama 6 bulan. Di sisi lain, informasi yang sahih dan tepercaya terus disosialisasikan.
Pangestu mengatakan, Singapura memiliki tingkat kepercayaan publik yang kuat kepada pemerintah. Selain itu, mereka juga memiliki sistem kesehatan yang sangat bagus serta didukung dengan sistem informasi yang baik dan dana yang memadai. ”Banyak negara lain, terutama yang berkembang, tidak memiliki kapasitas atau karakteristik ini,” kata Pangestu.
Oleh banyak pihak, peran Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang sejak awal memberi penjelasan yang lugas dan menenangkan diapresiasi banyak pihak. Dalam sebuah tayangan di televisi ia, antara lain, mengatakan bahwa situasinya terkendali dan pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah jika terjadi lonjakan kasus.
”Semua warga Singapura, merasa, kita semua terlibat bersama,” kata Lee. ”Dan kita, tidak akan meninggalkan siapa pun di belakang.” (AP)