Kamboja Tunda Pembangunan Bendungan di Sungai Mekong
Pemerintah Kamboja mencari alternatif pengembangan pembangkit listrik. Otoritas setempat untuk sementara waktu tidak akan mengembangkan pembangkit tenaga air di Sungai Mekong.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
PNOM PHENH, RABU — Pemerintah Kamboja memutuskan menunda sementara waktu pembangunan bendungan di Sungai Mekong selama 10 tahun ke depan. Pemerintah Kamboja akan meninjau ulang kebijakannya ini dan mencari alternatif sumber energi baru dari batubara, gas alam, dan tenaga matahari.
Dengan penundaan ini, membuat Laos menjadi satu-satunya negara yang sudah membangun bendungan di aliran Sungai Mekong bagian tengah dalam enam bulan terakhir.
Victor Jona, Direktur Jenderal Energi pada Kementerian Pertambangan dan Energi Kamboja, Rabu (18/3/2020), mengatakan, kebijakan penundaan yang dikeluarkan pemerintah berdasarkan masukan yang diperoleh dari perusahaan konsultan asal Jepang, yang merekomendasikan pencarian sumber energi alternatif baru bagi negara tersebut.
”Berdasarkan kajian mereka, Kamboja perlu mengembangkan produksi listrik dari bahan dasar batubara, gas alam cair, dengan cara mengimpor dari negara lain dan mengembangkan listrik yang berasal dari tenaga matahari,” kata Jona.
Sebelumnya, Pemerintah Kamboja telah mengumumkan rencana pembangunan dua bendungan dan pembangkit listrik tenaga air di Sungai Mekong, yaitu Sambor dan Stung Treng. Rencana penambangan dua bendungan dan PLTA itu diambil setelah beberapa tahun terakhir Kamboja mengalami pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat. Namun, hal itu tidak dibarengi dengan ketersediaan pasokan listrik yang memadai.
Sejak lima tahun terakhir, kebutuhan listrik di negara ini terus meningkat. Rata-rata peningkatan kebutuhan pasokan listrik itu di atas 15 persen.
Berdasarkan data Electric Authority of Cambodia, dua tahun terakhir peningkatan kebutuhan listrik di atas 20 persen. Sementara kemampuan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan domestik hanya sekitar 75 persen dari total kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di dalam negeri, Pemerintah Kamboja mengimpor listrik dari Thailand, Vietnam, dan Laos sebesar 3 gigawatt pada tahun 2019.
Dampak lingkungan
Untuk kebutuhan domestik, pembangkit listrik yang berasal dari batubara dan air menjadi dua pemasok utama listrik di Kamboja, yang menyumbang sekitar 65 persen pasokan listrik di negara ini. Pembangunan dua bendungan dan PLTA ini diharapkan bisa mengurangi impor listrik Kamboja.
Sejumlah ahli lingkungan memberikan peringatan kepada Pemerintah Kamboja bahwa apabila rencana itu direalisasikan, akan terjadi bencana terhadap lingkungan di bagian bawah aliran Sungai Mekong sepanjang 2390 kilometer. Tidak hanya lingkungan, warga yang tinggal di sekitar aliran sungai juga akan merasakan dampak dari kerusakan tersebut.
Selama ini, Sungai Mekong menjadi sumber kehidupan bagi sekitar 60 juta orang yang tinggal di sekitarnya, mulai dari Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, hingga Vietnam. Namun, perubahan iklim dan cuaca mengakibatkan arus air di sungai ini menjadi lebih kecil dibandingkan beberapa dekade silam.
Ketinggian muka air di beberapa tahun terakhir merupakan yang terendah dan membuat warga yang tinggal di sekitar aliran sungai merasakan dampaknya.
Selain karena faktor perubahan iklim dan cuaca, adanya 11 bendungan di sepanjang Sungai Mekong yang terletak di wilayah China diduga menjadi penyebab turunnya ketinggian air pada hilir Sungai Mekong. Lima negara, yaitu Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, dan Vietnam, terkena imbasnya.
Pemerintah China sendiri menyadari tindakannya membangun bendungan di hulu Sungai Mekong menyebabkan ketinggian air di hilir menjadi berkurang. Pada pertengahan Februari lalu, Pemerintah China mengupayakan membuka aliran di beberapa bendungan agar ketinggian air di hilir lebih baik. Namun, China juga tidak ingin disalahkan sepenuhnya dengan semakin menurunnya tinggi air di hilir Sungai Mekong.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, musim kemarau telah mengurangi debit air di hulu Mekong, yang oleh China disebut Sungai Lancang. ”Kami telah berhasil mengatasi permasalahan debit air di hilir dan akan berupaya meningkatkan aliran air dari hulu ke hilir untuk membantu negara-negara sekitar mengatasi kekeringan,” kata Yi. (REUTERS)