Virus Korona Bisa Bertahan Berhari-hari, Patuhi Panduan Pencegah Penularannya
Virus korona baru penyebab Covid-19 ternyata bisa bertahan hidup selama berjam-jam atau berhari-hari di atas permukaan sejumlah benda. Itu sebabnya penting bagi kita untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Virus korona baru penyebab Covid-19 bisa bertahan di atas permukaan sejumlah benda selama berhari-hari dan di udara selama beberapa jam. Hal ini menunjukkan bahwa virus korona baru ini memiliki tingkat bertahan hidup di luar tubuh yang sama dengan virus korona penyebab sindrom pernapasan akut parah (SARS).
Temuan ini kembali menegaskan panduan dari para ahli kesehatan masyarakat terkait pembatasan sosial, menghindari menyentuh wajah, menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, serta membersihkan benda-benda menggunakan disinfektan.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan para pakar dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, University of California, Los Angeles, serta Princeton University dan didanai Pemerintah Amerika Serikat. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal kedokteran, New England Journal of Medicine (NEJM), Selasa (17/3/2020).
Hasil penelitian itu menunjukkan, virus korona baru masih bisa terdeteksi di permukaan tembaga hingga empat jam, 2-3 hari di atas permukaan plastik dan besi tahan karat (stainless steel), serta 24 jam di atas kardus.
Tim peneliti menggunakan nebulizer untuk menyimulasikan batuk atau bersin. Mereka menemukan virus korona baru ini menjadi aerosol, yang artinya partikelnya melayang di udara dan masih terdeteksi setelah hampir tiga jam.
Studi ini pertama kali diunggah di laman NEJM, minggu lalu, sebelum dikaji (peer review) dan menarik banyak perhatian, termasuk ilmuwan yang mengkritik bahwa studi itu terlalu melebih-lebihkan ancaman penularan Covid-19 melalui udara.
Mereka menemukan virus korona baru ini menjadi aerosol, yang artinya partikelnya melayang di udara dan masih terdeteksi setelah hampir tiga jam.
Mereka mempertanyakan, apakah nebulizer bisa secara akurat meniru bersin atau batuk manusia. Mereka juga menyebutkan bahwa ada bukti lain virus korona baru bisa menjadi aerosol dalam kejadian yang langka.
Virus korona baru ditularkan melalui percikan dari bersin atau batuk. Dalam bentuk ini, virus korona baru ini mampu bertahan hidup hanya beberapa detik.
Sebuah hasil studi dari China yang dimuat pekan lalu dan masih menunggu peer review menemukan bahwa bentuk aerosol dari virus korona baru ditemukan di kamar mandi pasien-pasien di rumah sakit di Wuhan karena virus itu tercecer dari tinja.
Bentuk aerosol dari SARS disebut sebagai penyebab infeksi SARS terhadap ratusan orang di sebuah apartemen di Hong Kong tahun 2003 ketika pipa pembuangan di sana bocor ke kipas di langit-langit.
Tim peneliti di balik studi di jurnal NEJM ini juga melakukan pengujian daya tahan virus SARS. Mereka menemukan virus SARS dan virus korona baru memiliki perilaku yang serupa.
Akan tetapi, kesamaan tingkat daya tahan kedua virus itu tidak bisa menjelaskan mengapa virus korona baru telah menginfeksi hampir 200.000 orang dan menyebabkan hampir 8.000 kematian, sementara epidemi SARS menginfeksi sekitar 8.000 orang dan menewaskan hampir 800 orang.
”Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan karakter epidemiologi dari kedua virus mungkin berasal dari faktor lain, termasuk jumlah virus yang tinggi di saluran pernapasan atas dan potensi seseorang menularkan Covid-19 meski tanpa gejala,” demikian tulis para peneliti itu. (AFP)