Disrupsi global dalam tiga dekade terakhir kian kerap terjadi. Teknologi digital, perlawanan terhadap globalisasi, politik identitas, sikap populis elite, perubahan iklim, hingga Covid-19 adalah beberapa contohnya.
Oleh
·4 menit baca
Pengantar Redaksi
Menyambut kemerdekaan ke-75 tahun Indonesia pada 17 Agustus 2020 dan ulang tahun ke-55 Harian “Kompas” pada 28 Juni mendatang, Harian “Kompas” mengadakan rangkaian diskusi panel menyosong 100 tahun Indonesia pada 2045. Diskusi pertama berlangsung Januari 2020 dengan panelis Rektor Unika Atmajaya Jakarta A Prasentyantoko, pengajar Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika, Executive Director CSIS Philip J Vermonte, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro; dan Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Turro S Wongkaren. Laporan diskusi dirangkum Ninuk M Pambudy, A Tomy Trinugroho, Dewi Indriastuti, Anthony Lee, dan M Zaid Wahyudi.
Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pertama virus korona pada Rabu (11/3/2020). Hingga Kamis kemarin jumlah orang terinfeksi 219.012 di antaranya 8,953 orang meninggal. Indonesia mencatat 309 kasus dan 25 kasus di antaranya meninggal.
Dampak virus korona terasa secara global. Harga saham dan minyak bumi, dua indikator ekonomi global, jatuh. Resesi global membayangi. Pemerintah negara-negara mengeluarkan triliunan dollar AS untuk mendukung perekonomian.
Dana yang seyogyanya dipakai membangun harus digeser untuk memitigasi dampak wabah Covid-19. Peluang meningkatkan kesejahteraan terancam hilang karena pandemi.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dua stimulus fiskal, tetapi reaksi pasar hingga Kamis (19/3/2020) negatif. Tampak respons dari sisi ekonomi saja tidak cukup, tetapi penanganan nasional Covid-19.
Disrupsi global dalam tiga dekade terakhir kian kerap terjadi. Teknologi digital, perlawanan terhadap globalisasi, politik identitas, sikap populis para elite, perubahan iklim, hingga munculnya Covid-19 adalah beberapa contoh. Ke depan, disrupsi akan muncul lagi dan kemungkinan datang kian kerap sehingga memerlukan kemampuan merespons perubahan.
Tantangan bersama adalah mengubah disrupsi menjadi peluang. Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dan RUU tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan dan Penguatan Perekonomian. Kedua RUU bertujuan mendorong investasi dan membuka lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan di atas enam persen per tahun dari kisaran lima persen selama lima tahun terakhir. Dengan memanfaatkan bonus demografi saat ini, ditargetkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045.
Kemajuan pembangunan telah dinikmati, seperti menurunnya jumlah orang miskin, ketimpangan dan pengangguran terbuka, perbaikan infrastruktur fisik, serta membaiknya indeks pembangunan manusia dan daya saing bisnis. Meski demikian, sejumlah kegamangan masih menggelayut.
Global dan lokal
Beberapa kecenderungan global saat ini adalah munculnya keraguan terhadap demokrasi dan globalisasi, termasuk di negara-negara yang mengagungkan demokrasi. Kekuatan ekonomi-politik berubah menjadi multikutub dengan Amerika Serikat berhadapan dengan China sebagai kekuatan ekonomi dunia. Indonesia menjadi bagian dari adu kekuatan negara-negara kaya dari sisi militer dan ekonomi.
Ketidakpuasan masyarakat pada globalisasi melahirkan populisme dan menguatnya politik identitas. Sejumlah negara menghindari perjanjian multilateral yang lebih inklusif. Amerika Serikat tidak bergabung dalam Kemitraan Trans-Pasifik, India belum masuk dalam Regional Comprehensive Economic Partnership, dan Inggris keluar dari Uni Eropa.
Kekuatan ekonomi-politik berubah menjadi multikutub dengan Amerika Serikat berhadapan dengan China sebagai kekuatan ekonomi dunia.
Dari sisi pertahanan, terlihat minat China meluaskan pengaruh secara militer di Laut China Selatan. Menjaga perbatasan dan sumber daya alam laut Indonesia memerlukan antisipasi jangka panjang karena terbatasnya sumber daya.
Gerakan separatisme di Papua yang kaya sumber daya alam bisa menjadi masalah berkepanjangan. Kekerasan bersenjata yang masih terjadi harus ditangani hati-hati mengingat pengalaman Timor Timur.
Tantangan ekonomi-sosial adalah membangun dasar yang kuat. Belajar dari pengalaman negara maju, mengandalkan pendapatan dari komoditas akan membuat negara terperangkap menjadi negara berpenghasilan rendah-menengah. Sumber daya manusia yang melahirkan inovasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi kunci kemakmuran. Kedua hal itu memerlukan jaminan tersedia kesempatan sama untuk semua warga negara dan kepastian hukum.
Beberapa syarat
Kelembagaan harus disiapkan betul. Peraturan perundangan hanya berjalan bila kelembagaan kuat dan berperan. Demokrasi substansial, bukan berdasar uang atau korupsi, kolusi dan nepotisme, menjadi syarat mutlak. Semangat anti-KKN saat reformasi 1998 kini melemah. Kecenderungan itu bukan landasan kuat menuju Indonesia Emas. Kepemimpinan sangat penting untuk menata kelembagaan ke arah yang tepat dan mengimplementasikan.
Agar keluar dari lambatnya pertumbuhan ekonomi, Indonesia memerlukan transformasi struktural. Adopsi dan penguasaan teknologi akan meningkatkan kemakmuran yang dirasakan semua rakyat agar pertumbuhan berkelanjutan.
Kajian Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia memetakan delapan area harus dikelola untuk mencapai Indonesia Emas. Empat area di antaranya ialah identitas, keragaman dan budaya bangsa; kepulauan, kelautan dan sumber daya hayati; kehidupan, kesehatan dan nutrisi; air, pangan dan energi. Empat area lainnya: bumi, iklim dan alam semeta; bencana dan ketahanan masyarakat terhadap bencana; material dan sains komputasi; serta ekonomi, masyarakat dan tata kelola.
Di tengah perubahan begitu cepat, orang Indonesia harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan persoalan kompleks. Metode pembelajaran menghafal dan membuka petunjuk manual harus diubah. Banyak pekerjaan baru yang akan lahir tidak ada manualnya.
Dalam mengelola kompleksitas masalah seraya menjaga Indonesia tetap satu, ada baiknya memikirkan pendekatan negara peradaban. Negara peradaban mengandaikan memiliki sejarah panjang, kawasan luas, dan terdiri dari berbagai suku bangsa atau bahkan ras.
Belajar dari sejarah, Nusantara pada periode Sriwijaya dan Majapahit memiliki wilayah sangat luas. Nusantara juga memiliki banyak kerajaan dan suku bangsa yang lalu bersatu menjadi Indonesia. Masyarakat bersama para elite dituntut berani berpikir terbuka menghadapi perubahan zaman.