Industri Penerbangan Butuh Suntikan Dana Pemerintah
Pandemi Covid-19 menyebabkan perjalanan antarwilayah antarnegara berkurang drastis berkisar 80-90 persen. Industri penerbangan global meminta pemerintah menyuntikkan dana bagi keberlangsungan hidup mereka.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BERLIN, KAMIS — Kebijakan penutupan atau lockdown yang dikeluarkan oleh banyak negara untuk mengurangi penyebaran virus SARS-CoV2, virus penyebab penyakit Covid-19, membuat industri penerbangan global merana. Pengurangan jumlah penumpang secara drastis dalam beberapa pekan terakhir berdampak pada pengurangan jumlah penerbangan secara global.
Beberapa perusahaan penerbangan Eropa menyebutkan, pengurangan jumlah penumpang berkisar 80-90 persen. Kondisi itu mengakibatkan maskapai penerbangan juga mengurangi jumlah penerbangannya hingga 90 dan bahkan 95 persen.
Lufthansa, maskapai penerbangan Jerman, menyebutkan rencana untuk memarkir 700 dari 763 pesawat dalam beberapa hari ke depan karena jumlah penumpang turun drastis hingga 95 persen. Manajemen juga telah memutuskan untuk menghentikan seluruh penerbangan jarak jauh dari Munich. Untuk penerbangan jarak jauh, Lufthansa memusatkan penerbangannya di Frankfurt.
Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas, menyebutkan, sekitar 30.000 anggota stafnya sudah dirumahkan karena kondisi yang tidak kondusif.
Delta Air juga mengumumkan akan memarkir 600 pesawat milik maskapai tersebut seiring menurunnya jumlah penumpang. Manajemen juga akan memotong gaji manajemen pada level direktur hingga maksimal separuhnya. Lufthansa berencana pula melakukan pemotongan gaji level direkturnya sebanyak 20 persen.
CEO Lufthansa Carsten Spohr mengatakan, Covid-19 yang sudah menyebar ke lebih dari 100 negara dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat industri penerbangan global dalam kondisi darurat. Industri penerbangan sendiri tidak dapat memprediksi kapan kondisi ini akan berakhir.
”Kalau kondisi ini terus berlangsung dan tidak ada kepastian kapan berakhirnya, industri penerbangan tidak akan dapat bertahan tanpa ada suntikan dana dari pemerintah,” kata Spohr.
Menurut perkiraan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), industri penerbangan global bisa mengalami kerugian hingga 113 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 1.948 triliun akibat pandemi Covid-19. Tanpa suntikan dana pemerintah dan langkah cepat untuk mencegah semakin meluasnya Covid-19, masa depan industri ini akan suram.
Manajemen Lufthansa telah bertemu dengan Pemerintah Jerman untuk membicarakan kemungkinan suntikan dana pemerintah, termasuk mendapatkan pinjaman dari bank pemerintah KfW. Untuk menjaga keseimbangan likuiditasnya, manajemen Kelompok Lufthansa juga telah menyuntikkan dana senilai 600 juta euro atau sekitar 650 juta dollar AS. Kini, cadangan dana likuid kelompok ini telah mencapai 4,3 miliar euro.
Meski demikian, manajemen masih berupaya untuk mendapatkan suntikan dana tambahan.
Beberapa negara juga telah menyiapkan dana talangan untuk membantu keberlangsungan industri penerbangan di negara masing-asing. Pemerintah India, misalnya, telah menyiapkan dana hingga 1,6 miliar dollar AS untuk menyelamatkan industri penerbangan mereka.
Pemerintah AS berencana untuk menyuntikan dana senilai 50 miliar dollar dalam bentuk pinjaman bagi industri penerbangan lokal yang terimbas pandemi Covid-19. Pemerintan Selandia Baru telah memutuskan akan menggelontorkan dana senilai 600 juta dollar Selandia Baru atau setara dengan 344 juta dollar AS untuk menyelamatkan industri penerbangan mereka.
Sementara Pemerintah Taiwan belum memastikan suntikan dana bagi industri penerbangannya. Mereka masih menunggu perhitungan dana yang diusulkan oleh industri penerbangan di dalam negeri. (AFP/REUTERS)