Pemulihan Konsumsi Lambat, China Pilih Luncurkan Stimulus Bidang Infrastruktur
Stimulus di bidang infrastruktur dipilih China sebagai tumpuan di tengah terbatasnya pilihan stimulus dan ancaman makin tertekannya proyeksi pertumbuhan. Defisit anggaran jadi risiko yang harus ditanggung.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — Pemerintah China menyiapkan anggaran serta meluncurkan surat utang pemerintah-pemerintah daerah setidaknya senilai 394 miliar dollar AS sebagai bumper perekonomian yang tengah tertekan menghadapi wabah coronavirus disease 2019 atau Covid-19. Stimulus di bidang infrastruktur dipilih sebagai tumpuan di tengah terbatasnya pilihan stimulus dan ancaman makin tertekannya proyeksi pertumbuhan China untuk pertama kali dalam empat dekade terakhir.
Sejumlah sumber dari kalangan Pemerintah China pada Kamis (19/3/2020) mengungkapkan, Beijing menargetkan investasi infrastruktur karena pemulihan konsumsi diperkirakan berjalan lambat. Pada saat yang sama tengah terjadi tekanan di bidang ketenagakerjaan.
Perlambatan konsumsi dan perekonomian secara umum menghadirkan kekhawatiran atas terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja. Ekspor China pun dapat terpukul akibat terhuyung-huyungnya perekonomian global menyusul anjloknya permintaan seiring pandemi Covid-19.
Pemerintah daerah pun akan diizinkan untuk menerbitkan lebih banyak surat utang khusus. Salah satu sumber mengungkapkan, nilai surat utang pada tahun ini diperkirakan dapat mencapai 2,5-2,8 triliun yuan sepanjang tahun ini. Sepanjang tahun lalu surat-surat utang pemerintah daerah nilainya mencapai 2,15 triliun yuan. Itu artinya, surat utang pemerintah daerah untuk tahun ini direncanakan naik dibandingkan pada tahun lalu.
Pemerintah China bergegas mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur utama yang telah direncanakan sebelumnya. Namun, terbuka kemungkinan juga diluncurkannya beberapa proyek baru. Bidangnya bervariasi, mulai dari kesehatan masyarakat, pasokan bahan dalam kondisi darurat, hingga jaringan 5G dan pusat data. Pilihan bidang ataupun sektor-sektor itu telah mendapatkan izin langsung dari pemimpin tertinggi di pemerintahan China.
”Kita perlu menemukan proyek infrastruktur yang vital bagi perekonomian, tetapi kali ini tampak lebih sulit untuk menemukan proyek yang lebih prima dibandingkan pada 1998 dan 2008,” kata sumber kedua, merujuk pada krisis keuangan Asia dan krisis global.
Pemerintah China sadar sepenuhnya atas risiko-risiko yang masih ada di depan mata. Beijing, antara lain, menghadapi kendala dari naiknya tingkat utang dan tidak optimalnya imbal hasil investasi-investasi mereka. Ini antara lain berdasarkan dari pengalaman sebelumnya.
Upaya stimulus telah dicoba dan diluncurkan sejak krisis keuangan global 2008. Paket belanja besar-besaran pun termasuk yang telah diluncurkan Beijing beberapa kali. Rasio defisit anggaran nasional dapat naik ke tingkat rekor di negeri itu.
Koreksi target pertumbuhan
Beijing sendiri kemungkinan harus menurunkan target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2020 mengingat dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Salah satu sumber mengungkapkan, para pemimpin China sedang mempertimbangkan proposal dari para penasihatnya untuk memangkas target pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen.
Target itu turun dari target semula sekitar 6 persen yang disepakati pada bulan Desember tahun lalu. Belum ada komentar dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, perencana negara bagian teratas di China, kementerian keuangan, ataupun bank sentral China.
Namun, rencana-rencana peluncuran stimulus itu memang hadir di saat sejumlah analis swasta memangkas perkiraan pertumbuhan mereka atas China ke posisi terendah yang tidak terlihat sejak Revolusi Kebudayaan berakhir pada 1976. Kontraksi tajam bahkan diproyeksikan menimpa China pada triwulan I-2020 mengingat serangan Covid-19 yang mengharuskan negara itu berjibaku sekuat tenaga.
Pertumbuhan China mencapai titik terendah dalam 30 tahun dengan pertumbuhan 6,1 persen pada 2019. Lanskap ekonomi pun suram secara signifikan pada tahun ini karena wabah virus korona tipe baru. ”Ketika ekonomi menderita kejutan besar, perlu untuk meningkatkan dukungan kebijakan fiskal mengingat kebijakan moneter akan memiliki efektivitas yang terbatas,” kata sumber di bidang kebijakan.
Pengeluaran yang lebih tinggi dapat mendorong rasio defisit anggaran 2020 setinggi 3,5 persen atau naik dari 2,8 persen pada tahun lalu.
Pengeluaran yang lebih tinggi dapat mendorong rasio defisit anggaran 2020 setinggi 3,5 persen atau naik dari 2,8 persen pada tahun lalu. Pemerintah telah lama mempertahankan pagu 3 persen pada rasio defisit anggaran tahunan, yang terakhir dicapai pada 2017. Maka, level 3,5 persen akan menjadi rekor tertinggi rasio defisit anggaran di China.
Pada awal pekan ini, juru bicara Biro Statistik Nasiona, Mao Shengyong, mengatakan bahwa ada ruang untuk secara tepat meningkatkan rasio defisit anggaran tahunan. Bank sentral dapat memotong rasio persyaratan cadangan bank dan suku bunga lebih lanjut untuk membantu memacu pinjaman dan menurunkan biaya pendanaan bagi perusahaan.
China telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah fiskal dan moneter untuk memberikan kredit dan keringanan pajak kepada perusahaan, terutama usaha kecil yang telah menanggung beban paling besar dari wabah Covid-19.
Dihadapkan dengan ruang yang terbatas untuk merangsang ekonominya yang sangat kuat, para pemimpin China mungkin harus menurunkan target pertumbuhan yang direncanakan untuk tahun 2020 akibat pandemi. Penasihat kebijakan mengusulkan target revisi 5-5,5 persen atau sekitar 5 persen dari target yang direncanakan sekitar 6 persen.
Tahun ini bisa menjadi sangat penting bagi Partai Komunis yang berkuasa. Presiden Xi Jinping sangat berambisi memenuhi tujuannya menggandakan produk domestik bruto dan pendapatan dalam dekade dari 2010 hingga 2020. Tingkat pertumbuhan sekitar 5,6 persen pada tahun ini akan cukup untuk mencapai tujuan tersebut. (REUTERS)