logo Kompas.id
InternasionalStrategi AS Memborong Minyak...
Iklan

Strategi AS Memborong Minyak Saat Harga Minyak Dunia Jatuh

Kapasitas cadangan minyak AS sendiri saat ini diperkirakan mencapai 713 juta barel. Washington diperkirakan dapat menambah cadangan hingga 77 juta barel.

Oleh
BENNY D KOESTANTO
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yVBDBHweQV-1c2GmRletDjfSr50=/1024x681/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200320AFP-minyak-AS_1584691220.jpg
AFP/DAVID MCNEW

Kompleks pengolahan minyak berlokasi di Carson, California, seperti terlihat pada 9 Maret 2020. Saat harga minyak dunia jatuh, Amerika Serikat memborong minyak mentah guna menambah cadangan minyak.

WASHINGTON, JUMAT — Amerika Serikat membuka opsi membeli minyak mentah yang diproduksinya guna menambah cadangan minyak strategis negara itu secepat-cepatnya dalam dua pekan ini. Selain menambah cadangan minyaknya, strategi yang dilakukan Washington—saat harga minyak dunia jatuh—ini juga diharapkan menopang industri produksi minyak dalam negeri AS.

Presiden AS Donald Trump tengah meminta persetujuan penambahan anggaran hingga 3 miliar dollar AS kepada Kongres AS. Ia mengirimkan perintah itu secara langsung pada akhir pekan lalu kepada Kementerian Energi AS.

Kapasitas cadangan minyak AS sendiri saat ini diperkirakan mencapai 713 juta barel. Washington diperkirakan dapat menambah cadangan hingga 77 juta barel. Dengan harga sebutlah 30 dollar AS per barel, diperlukan setidaknya dana hingga 2,3 miliar dollar AS.

Langkah ini bertujuan membantu produsen energi dalam negeri AS secara langsung ataupun tidak langsung. Mereka saat ini cukup menderita karena anjloknya harga minyak akibat sebaran cepat wabah coronavirus disease (Covid)-19 dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia.

Baca juga : Arab Saudi Layani Tantangan Perang Minyak

Kongres AS kemungkinan harus mengesahkan rancangan undang-undang tentang penyediaan dana yang dibutuhkan. Belum dapat dipastikan besaran dana yang bisa diatur melalui undang-undang itu nantinya.

https://cdn-assetd.kompas.id/6RN8HAi7_dCIoQcQCFRO6I3TSSQ=/1024x708/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200320AFP-minyak-AS_1584694094.jpg
MARIO TAMA/GETTY IMAGES/AFP

Harga bahan bakar tercantum pada sebuah stasiun pengisian bahan bakar Shell di Los Angeles, AS, 10 Maret 2020.

Harga minyak kembali jatuh pada Rabu (19/3/2020) ke level terendahnya dalam kurun waktu 18 tahun terakhir, mendekati level 20 dollar AS per barel. Meski mencoba rebound seiring terbitnya langkah Bank Sentral Eropa (ECB) dalam penanggulangan wabah Covid-19 pada Kamis pagi waktu Indonesia, kejatuhan harga minyak masih membayangi dan dapat kembali terjadi sewaktu-waktu.

Baca juga : Harga Minyak Mendekati 20 Dollar AS Per Barel, Terendah dalam 18 Tahun

Lembaga Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak secara global dapat turun 8 juta-9 juta barel per hari (bph) pada akhir Maret ini. Hal ini merupakan pengaruh langsung dari langkah-langkah yang diambil negara-negara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sejumlah pemerintah mempercepat langkahnya menutup atau mengisolasi wilayah-wilayahnya, mengakibatkan turunnya permintaan minyak secara global.

Presiden Trump menyatakan kesiapannya terlibat dalam perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia pada waktu yang tepat.

Iklan

Beberapa anggota parlemen di DPR AS, yang dikendalikan oleh Demokrat, dapat mencari langkah-langkah untuk mempromosikan energi hijau sebagai bagian dari kompromi. Namun, merujuk pada sejumlah sumber, muncul keyakinan bahwa proses itu akan berlangsung dengan relatif cepat. ”Berdasarkan diskusi dengan pelaku industri, kami yakin bahwa proses (penambahan cadangan) itu dapat dilakukan dalam beberapa bulan,” kata salah satu sumber.

Siap terlibat perang minyak

Presiden Trump pada Kamis (19/3/2020) mengatakan, ia akan terlibat dalam perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia pada waktu yang tepat. Ia mengklaim harga minyak yang rendah adalah hal yang baik bagi konsumen AS, bahkan ketika kondisi itu akan merugikan industri minyak AS. Pernyataan itu muncul menyiratkan bahwa strategi dan rencananya untuk membeli minyak di saat harganya jatuh itu tengah berjalan.

Arab Saudi dan Rusia telah memperebutkan pangsa pasar minyak setelah perjanjian tiga tahun mereka untuk menahan produksi runtuh awal bulan ini. Produksi minyak mentah mereka cenderung tetap pada saat permintaan global sangat berkurang. Sebaran wabah Covid-19 telah mendorong harga minyak mentah mendekati posisi terendah dalam kurun waktu 20 tahun pada pekan ini.

https://cdn-assetd.kompas.id/ufFdoD8LfsKeFniKKCcFUT9VETo=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FFILES-SAUDI-ENERGY_88053771_1583943905.jpg
AFP/FAYEZ NURELDINE

Kawasan pengolahan minyak Abqaiq milik perusahaan Arab Saudi, Aramco, seperti terlihat dalam foto yang diambil pada 20 September 2019. Aramco, Rabu (11/3/ 2020), mengumumkan keputusan untuk menaikkan kapasitas produksi minyaknya hingga 13 juta barel per hari.

”Kami berusaha mencari semacam jalan tengah,” kata Trump kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Ia mengaku telah berbicara dengan beberapa orang tentang perselisihan Saudi-Rusia itu, tanpa menyebutkan siapa saja mereka.

”(Perang harga) ini sangat menghancurkan bagi Rusia karena ketika Anda melihatnya, seluruh ekonomi mereka didasarkan pada sektor itu, dan kita mengalami harga minyak terendah dalam beberapa dekade sehingga sangat menghancurkan bagi Rusia,” kata Trump.

”Saya akan mengatakan itu sangat buruk bagi Arab Saudi, tetapi mereka terlibat langsung dalam pertarungan. Mereka bertarung pada harga, mereka bertarung pada hasil. Pada waktu yang tepat saya akan terlibat,” ujarnya.

Baca juga : Kala Kalah dalam Perang Harga Minyak

Ekonomi Rusia sejatinya lebih beragam daripada Arab Saudi. Moskwa tidak semata bergantung pada minyak dibandingkan dengan pihak Kerajaan Saudi. Di sisi lain harga minyak yang rendah sangat menghancurkan produsen minyak mentah AS yang memiliki biaya lebih tinggi daripada ”lawan-lawan” mereka di Arab Saudi dan Rusia serta cenderung memacu konsolidasi di industri ini.

https://cdn-assetd.kompas.id/Z1wN8YywThkzzbjfoAuY6jHMX-Y=/1024x682/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200320AFP-minyak-AS2_1584694833.jpg
AFP/DAVID MCNEW

Pompa pengebor minyak mentah pada ladang minyak Long Beach di dekat sebuah restoran McDonald’s di Signal Hill, California, AS, 9 Maret 2020.

Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan dorongan diplomatik untuk membuat Arab Saudi mengurangi produksinya. Washington juga pada saat bersamaan bakal menggunakan ancaman sanksi terhadap Rusia untuk memaksa mereka mengurangi produksi. Hal itu dilaporkan media Wall Street Journal yang mengutip sejumlah sumber tanpa diungkap identitas mereka.

Pemerintah AS sebelumnya telah memberikan sanksi pada pipa gas alam, Nord Stream 2, dari Rusia ke Jerman dan unit perusahaan minyak negara, Rosneft, untuk pemasaran minyaknya di Venezuela. Sanksi pada pipa menghentikan proyek perusahaan-perusahaan itu hanya sesaat sebelum selesai.

Beberapa anggota parlemen AS mengatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi dengan sengaja menargetkan industri minyak serpih AS setelah pemerintahan Trump mengejar kebijakan ”dominasi energi” untuk mengekspor minyak dan gasnya ke Eropa dan Asia.

(AFP/REUTERS)

Editor:
samsulhadi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000