Menjelang peringatan Tahun Baru Iran, dan saat pandemi Covid-19, Iran akan melepaskan 85.000 tahanan, termasuk tahanan politik dari penjara di seluruh negeri.
Pandemi Covid-19 membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS) menyerukan kepada Iran agar membebaskan tahanan politik, termasuk warga negara asing dan warga dengan kewarganegaraan ganda. Bahkan, Washington mengingatkan Iran bahwa AS akan meminta pertanggungjawaban Teheran jika ada warga AS yang meninggal di penjara Iran (Kompas, 20/3/2020).
Pengadilan akan melepaskan sedikitnya 85.000 tahanan di seluruh Iran, khususnya tahanan yang terkait dengan kriminalitas. ”Mereka yang akan diampuni tidak akan kembali ke penjara. Hampir separuh dari tahanan itu terkait keamanan (politik) akan diampuni juga,” kata juru bicara bidang kehakiman, Gholamhossein Esmaili.
AS memuji pembebasan warganya di Iran dan Lebanon ketika pandemi Covid-19 meningkatkan kekhawatiran global akan kesehatan para tahanan. Namun, pekerja bantuan Inggris-Iran, Nazanin Zaghari-Ratcliffe, yang dibebaskan sementara pada Selasa selama dua minggu, termasuk yang tidak akan kembali ke penjara lagi. Begitu juga nasib akademisi Inggris-Australia, Kylie Moore-Gilbert, yang tak dilaporkan di antara tahanan yang dibebaskan akibat pandemi ini.
Belum ada pejabat Iran yang memberikan daftar resmi tahanan yang dibebaskan dan alasan mengapa orang tersebut dibebaskan, dan yang lain tidak dibebaskan. ”Sekitar 50 persen dari mereka yang dibebaskan adalah tahanan terkait keamanan,” kata Esmaili.
Berapa jumlah tahanan di Iran, tak ada satu pun pejabat Iran yang bisa memastikan. Namun, menurut laporan Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di Iran, Javaid Rehman, Iran memiliki sekitar 189.500 tahanan, termasuk ratusan orang yang ditahan selama atau setelah protes antipemerintah pada November 2019.
Banyak tahanan di Iran mengalami batuk terus-menerus dan demam tinggi, persis seperti gejala Covid-19. Namun, tidak ada alat uji dan tidak ada isolasi buat mereka. Rehman sangat prihatin dengan kepadatan penghuni, gizi buruk, dan kurangnya kebersihan di penjara Iran. ”Semua tahanan politik harus dibebaskan dengan alasan kemanusiaan dan sejumlah warga negara ganda dan asing berisiko nyata terpapar Covid-19,” kata Rehman.
Hingga Jumat (20/3/2020), Covid-19 menginfeksi sedikitnya 18.407 warga Iran dan 1.284 orang meninggal akibat pandemi ini. Meski tengah mengalami sanksi dari AS, Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan, Iran berhasil menahan sanksi AS terhadap sektor minyak vital negara itu. ”Kami juga akan segera bisa mengatasi Covid-19,” katanya.
Menghadapi sanksi AS, Iran terbukti bisa membuat negaranya bertahan meski diwarnai demonstrasi di dalam negeri. Namun, apakah mampu mengatasi pandemi Covid-19, Iran masih perlu waktu membuktikannya.