Kemampuan Negara Batasi Penyebaran Virus Percepat Pemulihan Ekonomi
Dana Moneter Internasional memperkirakan dampak pandemi global Covid-19 bakal cukup parah bagi perekonomian dunia. Ketahanan setiap negara diuji.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan dampak dari pandemi global Covid-19 bakal cukup parah bagi perekonomian di dunia. Namun, periode ekspansi perekonomian yang relatif panjang sebelum pandemi dan angka kecukupan ketenagakerjaan yang tinggi diharapkan mampu menahan efek gempur Covid-19 bagi perekonomian global.
Martin Muehleisen, yang mengepalai kebijakan dan departemen strategi IMF, mengatakan dalam podcast IMF, Jumat (20/3/2020), pemerintah-pemerintah di negara-negara harus mampu membatasi penyebaran virus korona tipe baru penyebab Covid-19. Hal itu akan memberikan keyakinan bahwa guncangan ekonomi akibat wabah Covid-19 akan bersifat sementara.
Muehleisen mengatakan, bank dan pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyediakan likuiditas ke pasar dan menjaga mereka berfungsi. Ia menyebutkan kemungkinan lebih banyak langkah lain yang harus dilakukan sebagai bagian dari respons terhadap efek wabah Covid-19.
Diingatkan pula bahwa langkah-langkah tersebut harus dikoordinasikan secara internasional untuk memperkuat efeknya. ”Semakin terorganisasi dan semakin terkoordinasi respons kesehatan terhadap krisis ini, semakin cepat mungkin kepercayaan diri kembali,” kata Muehleisen.
Para pemimpin kelompok negara-negara G-7 telah mengatakan, mereka akan melakukan ”apa pun yang diperlukan” untuk merespons wabah itu. Namun,
G-7 tidak memberikan rincian rencana atas langkah-langkah itu. Akibatnya, pasar keuangan global pun mengalami aksi jual sebagai bagian dari cerminan kegelisahan investor dan pelaku pasar.
Sementara itu, para pemimpin dari 20 ekonomi utama dunia (G-20) akan mengadakan pertemuan puncak virtual mereka pada pekan depan. Namun, para analis melihat aneka perpecahan dalam kelompok itu meredupkan harapan atas sebuah tindakan terkoordinasi yang kuat.
Hingga akhir pekan ini, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 254.700 orang di seluruh dunia dan membunuh 10.451 orang di antaranya. Penyebaran virus penyebab penyakit itu masif dan cepat, termasuk di Eropa. Upaya untuk menahan penyebaran penyakit ini telah mengakibatkan guncangan hebat pada pasokan dan permintaan di seluruh dunia. Kondisi pasar keuangan pun guncang.
Semakin terorganisasi dan semakin terkoordinasi respons kesehatan terhadap krisis ini, semakin cepat mungkin kepercayaan diri kembali.
Muehleisen menyatakan keyakinannya bahwa lembaga-lembaga keuangan lebih tangguh daripada sebelum krisis keuangan global 2008-2009. Pertumbuhan yang stabil dan tingkat pekerjaan yang tinggi diyakininya mampu menciptakan kondisi semacam penyangga.
”Krisis telah datang di waktu kita sudah siap dengan kejutan semacam ini,” kata Muehleisen dengan menyebut dampaknya masih bakal cukup parah.
Muehleisen mengatakan, IMF sedang berupaya untuk mengatasi krisis melalui pinjaman dan hibah tingkat bunga rendah dan bahkan mencapai nol persen. Lembaga itu juga siap membantu pasar negara-negara berkembang berurusan dengan arus keluarnya modal secara deras.
Ia memperkirakan harga komoditas, terutama penurunan tajam harga minyak, bakal menimbulkan tantangan lebih lanjut bagi banyak negara eksportir produk-produk itu. Pada saat yang sama, kondisi menguntungkan akan dialami negara-negara pengimpor komoditas.
Namun, ia mengatakan, krisis memberi perhatian pada perlunya, baik pemerintah maupun sektor swasta, untuk memiliki bumper yang cukup. Dalam hal itu, IMF akan terus melihat tingkat utang setiap negara ataupun sektor swastanya.
”Penting kiranya setiap negara bertindak secara bertanggung jawab, dan bahwa kita memiliki ruang untuk merespons jika memang ada kebutuhan untuk merespons melalui aneka kebijakan publik atas kondisi saat-saat ini,” kata Muehleisen.
Perang dagang
Pemerintah AS mengatakan bahwa pihaknya tengah meminta pandangan dan usulan publik tentang kenaikan tarif tambahan atas impor China. Topik itu menjadi perbincangan di tengah aneka kemungkinan atas upaya AS memerangi pandemi wabah Covid-19. Hal ini membuka kemungkinan atas babak baru lagi dalam perang dagang AS-China.
Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengatakan akan mengizinkan anggota masyarakat, bisnis, dan lembaga pemerintah untuk mengirimkan komentar terkait perkembangan tarif. Dikatakan bahwa langkah itu adalah bagian dari upaya menjaga perkembangan ”perang nasional” AS melawan pandemi Covid-19. USTR dalam beberapa pekan terakhir telah memberikan pengecualian tarif atas produk medis tertentu dari China. Hal itu termasuk masker medis, sarung tangan pemeriksaan, dan tisu antiseptik.
Presiden AS Donald Trump menganggap tekanan perdagangannya pada China di antara prestasi terbesar dalam masa kepresidenannya. Hal itu pun menjadi argumen utama kampanyenya pada pemilihan presiden kembali pada November mendatang.
Perang perdagangan telah menghantam berbagai barang China dengan tarif, mulai dari mesin dan bahan baku kimia untuk semikonduktor dan barang-barang konsumen. Beijing pun membalas lewat aneka tarif ada produk-produk pertanian AS. Namun, China berjanji meningkatkan pembelian barang-barang AS di bawah kesepakatan perdagangan ”fase 1” yang mulai berlaku 15 Februari lalu. (REUTERS)