WHO memperingatkan, ada penipuan dengan modus informasi perkembangan pandemi Covid-19. Penipu membuat laman yang seolah-olah milik WHO atau lembaga kesehatan lainnya. Padahal, isinya virus dan program pencuri.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Solidaritas, juga kekhawatiran, di tengah pandemi SARS-CoV-2 membuat banyak orang ingin mengetahui, lalu membagikan, sebanyak mungkin informasi soal virus itu. Tindakan yang bisa memicu bahaya baru.
Badan Infrastruktur dan Keamanan Siber (CISA) Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan soal penipuan dengan modus informasi perkembangan pandemi Covid-19. Sejumlah penipu membuat laman yang seolah-olah milik WHO atau lembaga kesehatan lainnya. Pranala laman-laman itu lalu dimasukkan dalam pesan singkat yang mudah disebar melalui berbagai platform media sosial dan percakapan dunia maya.
Padahal, laman-laman itu dipakai untuk menyusupkan virus dan program pencuri data gawai atau komputer yang mengakses laman-laman tersebut. Informasi yang dicuri bisa beragam: kata sandi, data kartu kredit, hingga aktivitas rutin di gawai atau komputer.
Selain itu, ada pula pranala yang berujung pada penyusupan program pemeras. Program ini bekerja dengan cara mengunci komputer atau gawai. Pemilik program meminta imbalan tertentu untuk membuka kunci itu.
Serangan itu, antara lain, dialami Kementerian Kesehatan Amerika Serikat dan Dinas Kesehatan di Illinois, Amerika Serikat. Sejumlah komputer yang terhubung dengan jaringan dinas kesehatan setempat terinfeksi setelah ada akses ke pranala yang seolah-olah berisi informasi soal SARS-CoV-2. Serangan sejenis dialami oleh rumah sakit di Brno, Republik Ceko.
Hal itu amat merepotkan di tengah upaya mengatasi dampak virus korona baru. Sebab, sistem pelayanan kesehatan masa kini mengandalkan komputer dan gawai sebagai pengolah dan penyimpan aneka data. Gangguan pada perangkat itu membuat pengolahan dan penyimpanan informasi sulit dilakukan.
Sejumlah perusahaan teknologi keamanan mengingatkan, banyak perangkat lunak jahat disusupkan di berbagai potongan informasi soal Covid-19. Pada pekan pertama Maret 2020 saja, perusahaan keamanan bernama CheckPoint menemukan 93 laman berbahaya dan 2.200 diduga mencurigakan.
Berhenti
Sejumlah peretas mengakui, serangan terhadap jaringan komputer fasilitas kesehatan masih terus terjadi. Panti jompo, rumah sakit, hingga komputer di pusat layanan darurat jadi sasaran serangan. Sejumlah peretas berdalih, serangan dilakukan secara tidak sengaja. Mereka menyatakan akan berhenti menyerang fasilitas kesehatan dan perawatan.
Sejumlah perusahaan keamanan, seperti Emsisoft dan Coveware, berjanji membantu mengatasi dampak serangan di komputer-komputer berbagai fasilitas kesehatan. Layanan itu diberikan secara gratis selama periode pandemi. Emsisoft menyebut, layanan itu untuk memastikan layanan bagi korban Covid-19 tidak terganggu.
Layanan yang disediakan mulai dari analisis teknis program pemeras, pembukaan komputer yang terkunci, dan, jika semua gagal, merundingkan tebusan dengan pemeras. Layanan itu juga akan membantu memulihkan data sehingga layanan tidak terganggu.
Dalam pernyataan resminya, Emsisoft menyatakan khawatir serangan justru meningkat kala jumlah penularan terus bertambah. Pemimpin Coveware Bill Siegel menyatakan sangat khawatir bahwa serangan pada fasilitas kesehatan akan terus terjadi dan dampaknya akan sangat mengerikan. ”Kala komputer terkunci, mungkin layanan terganggu sehingga ada korban jiwa,” ujarnya.
Orang jahat mencari kesempatan kapan pun untuk melancarkan aksinya. Tetap waspada dan berhati-hati dengan cara tidak sembarangan menyebarkan informasi dan mengakses pranala yang dibagikan di grup Whatsapp. Apalagi jika sumbernya tidak jelas dan dibumbui kata-kata: ”meneruskan”, ”dapat dari sebelah”. (AP/REUTERS)