Kebutuhan tenaga medis di Jerman meningkat seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19. Negara Bagian Saxony, Jerman, mengumumkan membuka kesempatan bagi dokter dan paramedis migran untuk turut membantu.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
BERLIN, RABU — Lima tahun yang lalu, kedatangan gelombang imigran pengungsi membuat khawatir Pemerintah Jerman, sekaligus menambah dukungan terhadap kelompok kanan di Jerman. Kini situasi berbalik. Kehadiran imigran justru dibutuhkan untuk menambah jumlah tenaga medis yang tengah berjuang menangani pandemi Covid-19.
Menyikapi peningkatan ancaman dan kasus positif Covid-19, Pemerintah Jerman akan menambah dua kali lipat jumlah ranjang khusus untuk perawatan intensif pasien positif Covid-19 berikut alat bantu pernapasan.
Namun, masalahnya, jumlah tenaga medis kurang. Di Negara Bagian Saxony, markas kelompok nasionalis Alternatif untuk Jerman (AfD), dewan medis regional, Rabu (25/3/2020), ”membuka lowongan” bagi imigran yang berprofesi dokter untuk membantu menangani pasien positif Covid-19.
”Dokter-dokter asing yang berada di Saxony tetapi belum punya izin praktik bisa membantu merawat pasien Covid-19,” tulis AfD dalam akun media sosial Facebook mereka.
Berubah sikap
AfD memberikan kesempatan kepada tenaga medis imigran di Negara Bagian Saxony meski partai kanan itu menikmati lonjakan dukungan dalam pemilihan regional wilayah tahun lalu. Kala itu, mereka memanfaatkan kemarahan pemilih terhadap imigran pengungsi yang berada di urutan kedua setelah partai konservatif Kanselir Angela Merkel.
Keputusan Merkel pada tahun 2015 untuk membuka perbatasan Jerman kepada sekitar 1 juta pengungsi dari konflik Timur Tengah dikecam oleh AfD, bahkan dari kalangan konservatif sendiri. Film baru berjudul Merkel - Anatomy of a Crisis menceritakan cara Merkel menangani gelombang pengungsi.
Namun, dengan pandemi Covid-19, Jerman mau tak mau membutuhkan bantuan sebanyak-banyaknya dari siapa pun. Dewan medis regional Negara Bagian Saxony, Senin lalu, melaporkan sekitar 300 relawan menerima ”panggilan” itu, termasuk dokter-dokter asing yang belum mengantongi izin praktik.
Institut Robert Koch menyatakan, kebutuhan tim medis mendesak seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19 yang kini mencapai 36.508 kasus dengan 198 orang yang tewas.
Shadi Shahda (29) adalah salah satu imigran yang bersedia membantu. Ia tiba di Jerman, April lalu, dengan visa khusus untuk pencari kerja dengan kualifikasi tinggi. Ia mengantongi pengalaman tiga tahun sebagai dokter magang telinga, hidung, dan tenggorokan di Suriah. Namun, sebelum bisa praktik di Negara Bagian Saxony, ia harus mengikuti ujian bahasa terlebih dahulu. Masalahnya, ujian yang semestinya dilakukan bulan ini harus dibatalkan gara-gara Covid-19.
”Saya menunggu panggilan. Saya sangat senang karena akhirnya bisa berbuat sesuatu bagi negeri tempat tinggal saya sekarang,” tulis Shahda dalam Facebook AfD. (AFP/REUTERS)