Presiden Joko Widodo mengajak pemimpin negara-negara G-20 bersama-sama memenangi dua ”peperangan”, yaitu perang melawan Covid-19 dan melawan pelemahan ekonomi dunia.
Oleh
adhitya ramadhan/laksana agung saputra
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak pemimpin negara-negara G-20 bersama-sama memenangi dua ”peperangan”, yaitu perang melawan Covid-19 dan melawan pelemahan ekonomi dunia. G-20 harus memotori gerakan solidaritas dunia dalam penanganan Covid-19 dan mendorong agar pandemi tidak mengganggu kemitraan serta kerja sama yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat G-20 melalui konferensi video jarak jauh dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020). KTT yang digelar secara virtual diikuti pemimpin G-20 di negara masing-masing, termasuk Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud—Ketua G-20 tahun ini—di Riyadh, Arab Saudi.
G-20 adalah forum bagi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Anggota G-20 mewakili sekitar 80 persen dari output ekonomi dunia, dua pertiga populasi global, dan tiga perempat perdagangan internasional.
KTT dimulai pukul 19.00 WIB. Presiden didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ”G-20 harus aktif memimpin upaya menemukan antivirus dan obat Covid-19, tentunya bersama WHO,” kata Jokowi, sebagaimana dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.
Terkait persoalan ekonomi, Presiden mendorong negara G-20 bekerja sama serta menyinkronkan kebijakan dan instrumen ekonomi untuk melawan keterpurukan ekonomi sebagai dampak dari Covid-19. ”Kita harus mencegah resesi ekonomi global melalui kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi serta memperluas dan memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi UMKM,” ungkapnya.
Presiden juga mendorong G-20 menjaga stabilitas sektor keuangan, termasuk menjaga ketersediaan likuiditas, serta memberikan relaksasi dan dukungan bagi dunia usaha yang terpukul akibat Covid-19. Ia menambahkan, penting bagi anggota G-20 mencegah disrupsi produksi dan menjaga kelancaran distribusi barang.
Perkuat mandat WHO
Dalam pernyataan final seusai pertemuan, G-20 menegaskan, mereka berkomitmen memperkuat mandat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Langkah global, solidaritas, dan kerja sama internasional lebih dibutuhkan dari yang pernah ada.
”Pandemi Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan pengingat yang sangat kuat bagi ketersambungan dan kerentanan kita,” demikian pernyataan G-20.
Dalam sambutan pembukanya, Raja Salman mendesak pemimpin G-20 mengambil tindakan efektif dan terkoordinasi dalam mengatasi krisis global akibat pandemi Covid-19. Ia juga menyerukan kepada pemimpin negara G-20 membantu pendanaan untuk vaksin virus, memulai kembali pasokan barang dan layanan secepat mungkin, serta membantu negara-negara berkembang.
Dinilai lamban
KTT darurat digelar di tengah kritik bahwa G-20 lamban dalam menghadapi Covid-19. Pandemi ini telah menewaskan lebih dari 21.000 jiwa di dunia dan memicu guncangan sosial ekonomi. KTT darurat digelar atas dorongan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden China Xi Jinping.
Raja Salman menyatakan, pandemi telah mengganggu ekonomi global, pasar keuangan, perdagangan, dan rantai pasok global. ”Kita harus memiliki respons efektif dan terkoordinasi guna memulihkan kepercayaan diri ekonomi global,” ujarnya.
”Krisis kemanusiaan ini membutuhkan respons global. Dunia mengandalkan kita untuk bersama dan bekerja sama menghadapi tantangan ini.”
”Dalam sektor perdagangan, G-20 harus memberikan sinyal kepercayaan diri yang kuat pada ekonomi global dengan menjaga arus barang dan jasa, terutama pasokan obat-obatan yang vital, sesegera mungkin.”
Muncul kekhawatiran, negara berkembang dan negara miskin yang tidak mempunyai akses terhadap pasar modal dan infrastruktur kesehatan memadai kesulitan menghadapi pandemi Covid-19 dan dampaknya. Maka, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia mendesak pemimpin G-20 menangguhkan pembayaran utang negara berkembang.
Raja Salman mendorong pula kerja sama dalam pembiayaan penelitian dan pengembangan vaksin serta terapi, memastikan ketersediaan dan keterjangkauan alat-alat kesehatan, dan membantu negara berkembang membangun kapasitasnya.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang turut serta dalam pertemuan itu, mendesak anggota G-20 memberikan bantuan kepada negara miskin dan berkembang, termasuk yang berada di Sub-Sahara Afrika.
Sebelumnya, saat jumpa pers di Geneva, Rabu (25/3/2020) malam, Tedros meminta pemimpin G-20 memberikan dukungan finansial dan produksi alat pelindung diri bagi petugas kesehatan yang berada di garis depan penanganan Covid-19. ”Apabila pemimpin G-20 bisa mengesampingkan politik dan mencapai kesepakatan G-20 secara kolektif, negara-negara memiliki kesempatan lebih baik untuk berhasil atau memberikan stimulus yang lebih banyak,” kata Markus Engels dari Global Solutions Initiative.
Beberapa negara G-20 saat ini berseteru. Arab Saudi dan Rusia terlibat perang harga minyak. Selain itu, AS-China berbeda pendapat soal pemicu virus korona baru. ”Koordinasi di antara sesama negara G-20 memberikan pesan kuat akan kesatuan dan kepercayaan diri, dua hal yang dibutuhkan saat ini,” ujar Engels. (AFP/REUTERS/AP)