WASHINGTON, MINGGU — Laju penularan dan kematian yang terus meningkat akibat Covid-19 membuat sejumlah negara semakin mengeraskan kebijakan untuk menanggulangi wabah itu. Hingga Minggu (29/3/2020) malam, wabah tersebut telah menulari hampir 700.000 orang dan merenggut 32.144 jiwa di sejumlah negara.
Kanada, misalnya, melarang siapa pun yang terindikasi sesak napas untuk naik pesawat domestik dan kereta. Setiap calon penumpang akan ditanyai riwayat kesehatannya. Di sejumlah wilayah, polisi membuat pos-pos pemeriksaan untuk memastikan orang tidak keluar rumah tanpa alasan kuat.
Pembatasan bepergian dengan pesawat domestik berlaku mulai Senin siang waktu setempat. Namun, Wakil Gubernur Quebec Genevieve Guilbault menyebut pembatasan perjalanan di Quebec telah berlaku sejak Sabtu. Pejabat kesehatan Kanada menyebutkan, hingga Minggu terdapat 5.153 kasus, dan 55 orang meninggal.
Adapun Irlandia Utara memastikan siapa pun dilarang keluar rumah tanpa izin. Semua perusahaan dan pelaku usaha diminta mengoptimalkan kerja dari rumah. Pelanggar dapat didenda hingga 5.000 pound sterling atau sekitar Rp 101 juta. Menteri Utama Irlandia Utara Arlene Foster mengatakan bahwa kebijakan itu terpaksa diputuskan. ”Kami tahu, kami telah meminta hal yang berat pada masyarakat. Akan tetapi, hal ini layak untuk menghadapi virus mematikan, tidak ada yang kebal,” ujarnya.
Secara terpisah, Perdana Menteri India Narendra Modi mempertahankan kebijakan isolasi total di negaranya. Namun, ia meminta maaf karena kebijakan itu menimbulkan kekacauan. ”Pertama-tama, saya memohon ampun dari seluruh negeri. Orang miskin jelas akan bertanya PM macam apa ini, membuat kami susah. Langkah ini jelas akan membawa India menang atas korona,” ujarnya.
Modi menyampaikan hal itu setelah di berbagai penjuru India ada keluhan orang miskin meninggalkan kota-kota besar karena mereka tidak mendapat penghasilan setelah isolasi diberlakukan pekan lalu. ”Pemerintah tidak punya rencana darurat menghadapi eksodus ini,” demikian pernyataan oposisi India, Rahul Gandhi, melalui media sosial.
Di Amerika Serikat, Presiden AS Donald Trump memutuskan tidak ada isolasi di New York, New Jersey, dan Connecticut. Ia memilih menerapkan anjuran keras soal perjalanan ke tiga wilayah yang menjadi lokasi bagi lebih dari separuh kasus korona di AS. Siapa pun dianjurkan tidak pergi ke tiga negara bagian tersebut selama dua pekan ke depan.
Trump menyatakan, dirinya sudah berkonsultasi dengan gugus tugas penanganan korona. Pusat Pengendalian Penyakit Menular diminta menerbitkan anjuran perjalanan yang keras dan diatur oleh gubernur atas konsultasi dengan pemerintah federal. ”Tidak perlu karantina,” katanya. Sebelumnya, Sabtu siang, Trump menyatakan akan memberlakukan larangan keluar- masuk New York serta beberapa wilayah di New Jersey dan Connecticut. Rencana itu dikritik oleh banyak kalangan, termasuk Gubernur New York Andrew Cuomo.
Tiga wilayah itu merupakan mesin ekonomi AS bagian timur, mengingat 10 persen populasi AS dan 12 persen PDB dari tiga wilayah itu. Beberapa jam setelah dihujani kritik, Trump mencabut rencananya. Hingga Minggu, AS mencatat lebih dari 122.000 kasus, dengan lebih dari 2.100 korban jiwa atau dua kali lipat dari dua hari sebelumnya.
Tuntutan kepada UE
Dari Eropa dilaporkan, Italia dan Spanyol menuntut Uni Eropa (UE) bertindak lebih besar membantu kedua negara itu menghadapi Covid-19. ”Eropa harus mampu menghadapi tugas bersejarah ini. Saya berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapat tanggapan Eropa yang kuat, bersatu, dan berani,” kata PM Italia Giuseppe Conte.
Italia bolak-balik kecewa kepada UE yang dinilai tidak cukup membantu negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Eropa itu. Roma membandingkan UE dengan China dan Rusia yang sigap mengirimkan tenaga medis, aneka peralatan kesehatan, hingga obat. Roma juga kecewa karena UE tidak menyepakati penerbitan obligasi khusus untuk menangani wabah.
PM Spanyol Pedro Sanchez menyebut UE kini di periode tersulit sejak didirikan. ”Harus bangkit menghadapi tantangan,” ujarnya. Dengan hampir 79.000 kasus, Madrid semakin mengetatkan karantina. Sejak Minggu, hampir semua pekerja diliburkan untuk diam di rumah. Kepala Layanan Gawat Darurat Spanyol Fernando Simón menyatakan, jumlah orang di unit perawatan intensif terus meningkat di beberapa daerah.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Amelie de Montchalin mengatakan, cara UE menanggapi wabah ini akan menentukan kredibilitas di masa depan. Bersama Madrid dan Roma, Paris menyokong rencana penerbitan obligasi khusus untuk menanggulangi dampak Covid-19. Namun, Jerman dan Belanda menentang ide itu. (AP/REUTERS/RAZ)