Kelompok ekstremis melakukan serangan bom bunuh diri terhadap seorang gubernur di Somalia dan membuat terluka. Serangan bom rakitan juga melukai tiga polisi paramiliter dan tiga warga lain di Burkina Faso.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
MOGADISHU, SENIN — Gubernur Nugaal, Somalia, Abdisalan Hassan Hersi, Minggu (29/3/2020), diserang bom bunuh diri dan mengalami luka serius. Serangan tersebut segera diklaim oleh kelompok ekstremis Al Shabaab.
Serangan terhadap Hersi terjadi di ibu kota Puntland, Garowe. Seorang mantan komandan polisi dan seorang warga sipil juga terluka dalam ledakan tersebut. Menteri Dalam Negeri Puntland Mohamed Abdirahmane mengatakan bahwa ketiganya kini dirawat di rumah sakit.
Para saksi mata mengatakan, penyerang bom bunuh diri itu berlari ke arah kendaraan yang digunakan Hersi untuk bepergian sebelum meledakkan rompinya.
”Gubernur dan mantan komandan polisi terluka serius dalam ledakan itu, polisi menutup daerah itu setelah ledakan,” kata Adan Suleyman, saksi mata.
Abdikarim Ahmed, saksi lainnya, mengatakan, pengebom berlari ke arah kendaraan Gubernur Hersi saat kendaraan itu diparkir di dekat kantor polisi sebelum meledakkan perangkat bom bunuh dirinya.
Kelompok Al Shabaab mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri itu. Kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda tersebut telah diusir dari Mogadishu pada 2011 dan kehilangan sebagian besar wilayah yang mereka kuasai, tetapi masih mengendalikan sebagian besar wilayah perdesaan.
Kelompok Al Shabaab tersebut telah menyatakan akan menggulingkan Pemerintah Somalia yang didukung dunia internasional. Kelompok tersebut telah melakukan banyak serangan di Mogadhshu, ibu kota Somalia.
Bom rakitan
Dari Burkina Faso dilaporkan, serangan bom rakitan menewaskan tiga polisi paramiliter yang sedang berpatroli dan melukai tiga orang lainnya, Minggu (29/3/2020) waktu Burkina Faso.
Serangan terhadap polisi paramiliter yang sedang berpatroli itu terjadi di Gomboro, wilayah Boucle du Mouhoun. Tiga orang yang terluka telah dievakuasi untuk mendapatkan perawatan dan di wilayah tersebut sedang dilakukan pencarian pelaku serangan bom rakitan tersebut.
Sumber keamanan di Burkina Faso membenarkan adanya serangan bom rakitan itu. Sumber tersebut mengatakan, dua polisi tewas di lokasi kejadian dan satu dari empat lainnya yang terluka kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Perangkat peledak atau bom rakitan (IED) telah menjadi senjata pilihan bagi pemberontak di kawasan itu. Sejak 2018, mereka telah membunuh 150 orang melalui serangan bom-bom rakitan. Serangan seperti itu juga sering diikuti dengan penyergapan.
Empat tentara Burkinabe terbunuh dan delapan lainnya terluka pada awal Maret karena bom rakitan meledak ketika kendaraan mereka melewatinya. Serangan itu terjadi di wilayah utara Burkina Faso.
Burkina Faso di sisi barat laut berbatasan dengan Mali dan di sebelah timur laut berbatasan dengan Niger. Ketiga negara tersebut telah memerangi pemberontakan kelompok ekstremis sejak lama. Menurut data PBB, serangan kelompok ekstremis di Burkina Faso, Mali, dan Niger telah menewaskan hampir 4.000 orang pada tahun 2019. (AFP)