Menanti Langkah Konkret Menteri Keuangan G-20 Lawan Covid-19
Negara-negara G-20 bertekad secara progresif membahas tanggapan global yang terkoordinasi melawan pandemi Covid-9 dan implikasinya terhadap manusia dan ekonomi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Para menteri keuangan negara-negara yang tergabung dalam forum G-20 akan mengadakan pembicaraan virtual lanjutan tentang pandemi Covid-19, Selasa (31/3/2020). Publik global sangat berharap forum ini bisa menghasilkan langkah-langkah konkret melawan pandemi.
Arab Saudi yang menjadi ketua bergilir G-20 saat ini mengatakan, para menteri dan gubernur bank akan bersidang untuk kedua kalinya. Mereka bertekad secara progresif membahas tanggapan global yang terkoordinasi melawan pandemi Covid-9 dan implikasinya terhadap manusia dan ekonomi.
Hal itu menjadi tindak lanjut dari konferensi tingkat tinggi yang menghadirkan secara virtual para pemimpin G-20 pekan lalu. Konferensi itu menjanjikan ”front persatuan” dalam perang melawan pandemi, dengan mengatakan mereka menyuntikkan 5 triliun dollar AS ke dalam ekonomi global untuk mencegah perkiraan kondisi resesi yang dalam.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bergabung dalam KTT darurat yang dipimpin Raja Salman dari Arab Saudi itu. Forum itu juga menyerukan tindakan terkoordinasi sambil menghadapi tekanan untuk mengakhiri perang harga minyak antara Riyadh dan Moskwa yang telah mengguncang pasar energi.
Pembicaraan tersebut digelar setelah muncul kritik bahwa G-20 telah lambat untuk mengatasi pandemi Covid-19. Pandemi itu sejauh ini telah menewaskan lebih dari 37.500 orang di seluruh dunia dan memicu gelombang guncangan keuangan.
Angka 5 triliun dollar AS adalah jumlah total paket stimulus fiskal yang diadopsi oleh setiap negara G-20, kata Kementerian Luar Negeri China. Disebutkan bahwa Beijing menyiapkan stimulus senilai 344 miliar dollar AS.
Di saat kekhawatiran meningkat untuk negara-negara miskin tanpa akses ke pasar modal atau fasilitas kesehatan yang memadai, para pemimpin G-20 juga berjanji untuk bekerja dengan badan-badan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menyebarkan paket keuangan ”kuat” guna mendukung negara-negara berkembang.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan di Twitter bahwa ”inisiatif yang kuat” akan diluncurkan untuk membantu negara-negara Afrika menangani krisis saat-saat ini.
Putin di sisi lain menyerukan moratorium sanksi selama pandemi. Ia mengatakan kepada para pemimpin G-20 kelindan moratorium sanksi dan pandemi masalah ”hidup dan mati”. Rusia telah menghadapi berbagai putaran sanksi Barat setelah aneksasi Krimea pada 2014.
Presiden Preancis Emmanuel Macron mengatakan di Twitter bahwa ”inisiatif yang kuat” akan diluncurkan untuk membantu negara-negara Afrika menangani krisis saat-saat ini.
Para menteri perdagangan dan investasi G-20 juga mengadakan pertemuan luar biasa pada hari Senin kemarin. Mereka menilai dampak krisis terhadap perdagangan global. Mereka mengatakan tengah bekerja untuk memastikan rantai pasokan melintasi perbatasan.
Peralatan medis, produk pertanian, serta barang dan jasa penting lainnya juga masuk dalam materi pembahasan. ”Kami akan menjaga terhadap kenaikan harga yang keterlaluan dan maka tidak dibenarkan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Para menteri G-20 juga memperingatkan bahwa langkah-langkah darurat yang diambil di tengah krisis harus ”proporsional, transparan, dan sementara”. Ditegaskan bahwa mereka tidak menciptakan hambatan perdagangan atau gangguan pada rantai pasokan global.
Suara negara 3G
Sementara itu kelompok Global Governance Group (3G) secara terpisah menyatakan mendukung langkah-langkah G-20 yang diinisiasi Arab Saudi, termasuk lewat penyelenggaraan KTT secara virtual.
Langkah-langkah konkret memang mendesak diperlukan mengingat pandemik Covid-19 adalah sebuah kondisi krisis kesehatan publik global paling serius saat-saat ini.
Dalam pernyataan bersama tertulis, sebagaimana dikutip dari laman Kemenlu Singapura, negara-negara 3G sepakat bahwa seluruh negara sepatutnya mendukung semua langkah-langkah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menanggulangi pandemi kali ini. Di dalam proses itu, hal itu menyangkut dukungan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam melawan pandemi Covid-19.
”PBB adalah organisasi internasional yang paling inklusif dan resmi, dengan keanggotaan universal, secara global berperan dalam mengoordinasikan respon global menghadapi pandemi Covid-19,” kata negara-negara 3G.
Negara-negara 3G adalah kumpulan 30 negara-negara anggota PBB, di antaranya Brunei Darrusalam, Chile, Kosta Rika, Kuwait, dan Malaysia. Selain itu, ada pula Senegal, Vietnam, Uruguay, Peru, Qatar, dan Filipina.
Di bidang perekonomian, negara-negara 3G mendukung G-20, khususnya para menteri keuangan dan pimpinan bank-bank sentral, dalam memonitor evolusi pandemi Covid-19, termasuk efeknya bagi perekonomian dan pasar keuangan maupun komoditas.
Mereka mendukung langkah-langkah yang dihasilkan guna mendukung tetap terjaganya kondisi perekonomian global sekaligus negara-negara yang terpengaruh secara langsung atas pandemi kali ini.
Negara-negara 3G itu mendorong G-20 secara lebih lanjut untuk memikirkan langkah-langkah lanjutan dari yang telah diambil pemerintah-pemerintah, khususnya yang rentan dalam menghadapi pandemi Covid-19 itu. Salah satu yang didorong adalah kemungkinan pembatalan utang, baik secara bilateral maupun multilateral. (AFP/REUTERS)