Orang yang terinfeksi virus korona baru bisa saja tidak menimbulkan gejala tapi tetap bisa menularkannya ke orang lain. Pasien positif tanpa gejala ini bahkan berpotensi menimbulkan gelombang penularan baru.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
SHANGHAI, SELASA — Pemerintah China kini memutuskan untuk mengambil langkah aman daripada menyesal di kemudian hari. Beijing akan fokus untuk melihat seberapa besar jumlah pasien positif Covid-19 tanpa gejala. Hal ini dilakukan sebab bisa saja mereka menjadi sumber penularan yang jika dibiarkan dapat memicu gelombang infeksi baru.
Dalam rapat yang dipimpin oleh Perdana Menteri China Li Keqiang, Senin (30/3/2020), gugus tugas virus korona baru Pemerintah China menyatakan, pemerintah perlu memperhatikan potensi ”kebobolan” dalam pengendalian dan pencegahan penyakit.
Majalah keuangan Yicai melaporkan, penapisan yang luas yang menyasar pasien positif tanpa gejala dan penelusuran kontaknya perlu dilakukan. Komisi Kesehatan Nasional juga bisa mulai membuka jumlah pasien tanpa gejala yang berhasil ditelusuri.
Rapat itu juga menjanjikan untuk ”mencegah pelaporan yang terlambat dan diagnosis negatif yang keliru” serta memeriksa sampel di wilayah-wilayah kunci untuk memastikan seberapa besar kasus positif tanpa gejala.
Keputusan itu diambil menyusul kekhawatiran warga dan tenaga medis di China serta para pakar kesehatan terhadap pasien positif Covid-19 tanpa gejala yang mungkin saja tidak dilaporkan dalam data resmi pemerintah.
China kini mulai melonggarkan kebijakan pembatasan perjalanannya dan mengizinkan warga di kota Wuhan dan kota lain di Provinsi Hubei untuk kembali bekerja setelah dua bulan menjalani kebijakan penutupan wilayah menyusul tidak adanya kasus baru selama seminggu ini.
Akan tetapi, sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa keputusan untuk melonggarkan kebijakan penutupan wilayah terlalu dini dilakukan dan bisa membawa pada gelombang kedua penularan.
Pemerintah China mengatakan bahwa risiko akan tetap ada. Untuk itu, penapisan akan ditingkatkan, cakupan pemeriksaan juga diperluas, dan memastikan pasien tidak bergejala terdeteksi lebih awal serta informasi tentang ini akan dibuka kepada publik.
Kasus Covid-19 di China mencapai 81.518 kasus dengan kematian 3.305 kasus. Akan tetapi, dengan tingginya kasus positif dan meninggal di Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat para pakar khawatir data dari Beijing tidak menunjukkan gambaran seluruhnya wabah Covid-19. ”Bahkan jika China memiliki 100 kali lipat kasus yang dilaporkan, tetap kurang dari 1 persen populasi yang terinfeksi,” kata Raina McIntyre, Kepala Penelitian Biosekuriti di Kirby Institute, University of New South Wales, Australia.
McIntyre menyatakan, memperluas pemeriksaan adalah langkah yang perlu dilakukan. ”Mayoritas populasi rentan, jadi pemeriksaan dan surveilans yang kuat diperlukan untuk deteksi dini wabah baru,” ujarnya.
Warga dan tenaga medis di Wuhan menyampaikan bahwa adanya persoalan pemeriksaan di sejumlah rumah sakit berarti bahwa ada orang yang terinfeksi tidak teridentifikasi sehingga tidak masuk dalam data resmi.
Persoalan pasien positif tidak bergejala yang mungkin saja tidak terlaporkan dalam data resmi ini kemudian menjadi kekhawatiran publik. Sejumlah warga bahkan mengekspresikan kekhawatirannya melalui media sosial dan menyatakan bahwa pemerintah telah menutupi sumber penularan.
Pada 12 Maret 2020, misalnya, seorang warga menyatakan di media sosial bahwa ada beberapa kasus baru Covid-19 di kota Yueyang ”tapi laporan kasus baru tetap nol”.
Sehari kemudian, pemerintah daerah setempat menyatakan ada lima warga yang diketahui positif. Namun, karena mereka tidak menunjukkan gejala, pemerintah tidak wajib untuk melaporkan angkanya kepada publik.
Selain soal pasien positif tak bergejala, warga kota Wuhan juga khawatir kebijakan penutupan wilayah yang perlahan mulai dilonggarkan bisa memicu infeksi baru. ”Sepertinya tidak begitu aman,” ujar Zhang, seorang pejaga toko mengomentari rencana pemerintah mencabut kebijakan penutupan pada 8 April nanti.
Bulan lalu, Komisi Kesehatan Nasional menolak keputusan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China untuk memasukkan pasien positif tanpa gejala ke dalam data penyakit. Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa metodologi China dalam menangani pasien positif tanpa gejala selama ini konsisten.
Namun, kasus baru termasuk pada tenaga medis yang bersumber dari pasien positif tanpa gejala yang tidak terdiagnosis muncul di Hubei dan Provinsi Henan. Mengutip data rahasia, South China Morning Post, menemukan ada lebih dari 43.000 kasus positif tanpa gejala hasil penelusuran kontak.
Para pejabat dan pakar kesehatan tidak terlalu mengkhawatirkan risiko penularan dari pasien positif tanpa gejala. Seorang penasihat medis senior, Zhong Nanshan, menyampaikan kepada media bahwa China tidak memiliki kasus positif tanpa gejala yang besar.
Pekan lalu, dalam sebuah jumpa pers, ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove, menuturkan bahwa pada mayoritas kasus sumber penularan utama Covid-19 berasal dari pasien dengan gejala dan mereka termasuk ”positif tanpa gejala” akan mengalami gejala beberapa hari setelah didiagnosis.(REUTERS)