Sistem Instex akhirnya digunakan untuk pertama kali. Instex adalah sistem perdagangan yang diciptakan dan diatur menyiasati sanksi Amerika Serikat terhadap Iran.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BERLIN, SELASA — Perancis, Jerman, dan Inggris untuk pertama kalinya mengekspor barang-barang medis ke Iran melalui mekanisme Instex. Mekanisme itu adalah sistem perdagangan yang diciptakan dan diatur untuk menukar barang-barang kemanusiaan dan makanan setelah Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2015.
Kementerian Luar Negeri Jerman dalam pernyataannya di Berlin, Selasa (31/3/2020), mengatakan barang-barang medis itu telah sampai di Iran. Transaksi itu menandai keberhasilan sistem tersebut. Pemerintah Jerman menambahkan bahwa Berlin-Teheran akan bertransaksi lebih banyak melalui mekanisme perdagangan Instex. Jerman juga bertekad meningkatkan sistem itu.
Menurut salah satu sumber, pengiriman itu adalah pengiriman barang medis dari eksportir Eropa. Tidak diungkapkan rincian barang-barang yang dikirim maupun sifat pengirimannya. Hal-hal teknis terkait ekspor itu sendiri diungkapkan masuk dalam klausul kerahasiaan kontrak para pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Menurut sumber itu, transaksi tersebut terpisah dari inisiatif awal bulan ini yang diinisiasi Inggris, Jerman, dan Perancis untuk membantu Iran memerangi wabah Covid-19. Dalam program itu, barang-barang yang dikirimkan mencakup bahan medis, termasuk peralatan untuk tes laboratorium, jas pelindung tubuh, dan sarung tangan. Nilai barang-barang itu diperkirakan mencapai 5 juta euro.
Tiga negara itu yang merupakan sekutu besar Washington menentang keputusan Presiden AS Donald Trump pada 2018 untuk membatalkan perjanjian nuklir dengan Iran. Sanksi internasional terhadap Iran dapat dicabut dengan imbalan Teheran menerima pembatasan dalam program nuklirnya.
Saat sanksi diberlakukan, sistem Instex dikembangkan dan dimiliki sahamnya oleh Jerman, Perancis, dan Inggris.
Sistem atau mekanisme perdagangan Eropa itu disusun sebagai cara untuk membantu menyinkronkan aktivitas ekspor minyak dan gas Iran terhadap pembelian barang Uni Eropa. Namun, ambisi-ambisi itu kemudian telah diredam. Sejumlah diplomat menyatakan secara realistis sistem semacam Instex digunakan hanya untuk perdagangan yang lebih kecil, misalnya untuk produk-produk kemanusiaan atau makanan.
Menurut Deutsche Welle, Instex dirancang lebih dari setahun lalu. Ini tepat setelah Washington menerapkan kembali sanksi terhadap industri minyak Iran, seusai Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015. Dampak langkah unilateral AS, perusahaan-perusahaan Eropa seolah tidak punya pilihan selain berhenti berhubungan dagang dengan Iran dan membatalkan proyek-proyek usaha patungan karena takut terkena hukuman AS.
Media DW melaporkan sistem ini dirancang lebih dari setahun lalu. Ini tepat setelah Washington menerapkan kembali sanksi terhadap industri minyak Iran, seusai Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara enam kekuatan dunia dan Teheran.
Instex bertujuan untuk setidaknya mempertahankan sebagian relasi dan transaksi perdagangan dengan Iran, sekaligus menyelamatkan perjanjian nuklir. Transaksi itu saat ini dapat dilakukan melalui Instex. Sistem itu ibarat menjadi perisai pelindung yang memastikan tidak ada uang yang berpindah tangan secara langsung.
Sikap Iran
Terkait sanksi terhadap Iran, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada Rabu (1/4/2020), Pemerintah AS telah melewatkan kesempatan bersejarah untuk mencabut sanksi terhadap negaranya. Rouhani juga sesumbar sanksi AS tidak menghambat usaha negaranya melawan wabah Covid-19.
”Amerika Serikat kehilangan kesempatan terbaik untuk mencabut sanksi,” kata Rouhani. ”Itu adalah kesempatan besar bagi orang Amerika untuk meminta maaf dan untuk mencabut sanksi yang tidak adil terhadap Iran.”
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengemukakan kemungkinan Washington dapat mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Iran dan negara-negara lain untuk membantu memerangi epidemi. Namun, dia tidak memberikan tanda konkret terkait rencana itu.
Di Iran, Covid-19 telah menyebabkan sekitar 48.000 orang terinfeksi dan sebanyak 3.000 orang di antaranya meninggal. Kondisi itu menjadikan Iran sebagai negara yang paling terpukul di Timur Tengah serta membuat China dan PBB mendesak AS agar mengurangi sanksinya. Beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab, China, Inggris, Perancis, Qatar, dan Turki, telah mengirim pasokan medis, termasuk sarung tangan dan masker bedah, ke Iran.
Sebelumnya, Washington menawarkan bantuan kemanusiaan kepada musuh lamanya itu. Namun, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak tawaran tersebut.
Presiden Rouhani mengatakan, ”Sanksi telah gagal menghambat upaya kami untuk melawan wabah Covid-19. Kami hampir secara mandiri memproduksi semua peralatan yang diperlukan untuk memerangi virus korona. Kami telah jauh lebih sukses daripada banyak negara lain dalam memerangi penyakit ini.” (AFP/REUTERS)