Dunia Didesak Bantu Jutaan Migran dan Pengungsi Venezuela
Keadaan darurat kesehatan publik global saat ini telah memperparah situasi yang sudah sangat menyedihkan bagi banyak pengungsi dan migran Venezuela dan juga bagi negara yang menampung mereka.
NEW YORK, KAMIS — Masyarakat internasional didesak untuk ikut peduli dengan memberikan bantuan kepada jutaan migran dan pengungsi Venezuela. Setelah lari dari krisis politik dan ekonomi yang mendera negara itu tahun lalu, kini mereka terancam lagi oleh dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.
Desakan dan harapan disampaikan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). Dua organisasi ini menyerukan peningkatan bantuan bagi para imigran dan pengungsi Venezuela. Sebab, dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 di Amerika Latin dapat memperburuk keadaan jutaan orang tersebut.
Eduardo Stein, Perwakilan Khusus PBB untuk Migran dan Pengungsi Venezuela, pada Rabu (1/4/2020) mengatakan, pandemi Covid-19 telah memperparah situasi yang harus dihadapi jutaan pengungsi dan migran akibat keterpurukan ekonomi Venezuela.
Hampir 5 juta warga Venezuela telah mengungsi di negaranya atau melarikan diri ke negara-negara tetangga sejak 2015. Sebagian besar kini menjadi imigran di Kolombia dan negara-negara Amerika Selatan lainnya, sementara sistem kesehatan di negara-negara itu juga kurang memadai.
Baca juga: Wabah Covid-19 Mulai Masuk Amerika Latin
”Pada saat perhatian dunia terfokus pada Covid-19, dan ketika pemerintah dan semua penduduk, terutama tenaga medis, secara heroik bersatu untuk memerangi virus ini, kita tidak boleh lupa akan kebutuhan jutaan pengungsi dan migran Venezuela,” kata Eduardo Stein.
Terhenti
Menurut Stein, Covid-19 telah membuat banyak aspek kehidupan terhenti, tetapi implikasi kemanusiaan dari krisis ini belum berhenti dan tindakan bersama tetap lebih diperlukan dari sebelumnya.
”Kami mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan dukungannya untuk program-program kemanusiaan, perlindungan dan integrasi, di mana kehidupan dan kesejahteraan jutaan orang bergantung, termasuk masyarakat setempat,” ucap Stein.
Memparah situasi
Laman unhcr.org melaporkan, keadaan darurat kesehatan publik global saat ini telah memperparah situasi yang sudah sangat menyedihkan bagi banyak pengungsi dan migran dari Venezuela dan juga bagi negara yang menampung mereka. Pendanaan untuk mendukung mereka sangat dibutuhkan.
Banyak yang bergantung pada upah harian yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti tempat tinggal, makanan, dan perawatan kesehatan, terutama bagi yang tidak memiliki tempat tinggal. Dengan meningkatnya rasa takut dan keresahan sosial, para pengungsi dan migran Venezuela juga berisiko mengalami stigmatisasi.
Pemerintah di kawasan telah memimpin dan mengoordinasikan respons untuk memastikan mereka yang meninggalkan Venezuela dapat mengakses hak-haknya. Akan tetapi, ketika kapasitas nasional menjadi melebar ke titik puncaknya, kesejahteraan dan keselamatan rakyat Venezuela dan penduduk di negara yang menampung mereka juga terancam.
Jutaan pengungsi dan migran, serta penduduk negara yang menampung mereka terus membutuhkan dukungan yang sangat mendesak, terutama karena dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 mulai dirasakan di seluruh Amerika Latin dan Karibia.
Baca juga: Intelijen Satroni Kantor Oposisi, Politik Venezuela Memanas
Koordinasi respons kemanusiaan untuk pengungsi dan migran dari Venezuela dilakukan melalui platform Koordinasi Antar-Badan Regional (Respon for Venezuela atau R4V), dilengkapi dengan delapan platform nasional atau subregional.
Platform tersebut beroperasi melalui pendekatan sektor dengan partisipasi 137 mitra. Selain itu, WHO-PAHO memimpin aspek terkait kesehatan dari tanggapan Covid-19.
Platform Regional telah mengaktifkan revisi kritis semua operasi di wilayah tersebut untuk memprioritaskan perlindungan esensial dan tindakan penyelamatan jiwa serta mempromosikan penyertaan pengungsi dan migran dalam program nasional.
Dalam koordinasi erat dengan WHO-PAHO, R4V juga berkolaborasi dengan otoritas nasional dan lokal untuk mengatasi tantangan baru dan memberikan dukungan dasar kepada para pengungsi dan migran Venezuela serta untuk menampung masyarakat.
Kegiatan-kegiatan ini untuk memastikan orang agar dapat mengakses informasi, air bersih, sabun, dan pembuangan limbah secara memadai.
Sambil mempertahankan langkah-langkah menjaga jarak secara fisik, para mitra menerapkan sejumlah kegiatan pencegahan dan respons di lokasi-lokasi utama tempat para pengungsi dan migran dari Venezuela ditampung. Kegiatan-kegiatan ini untuk memastikan orang agar dapat mengakses informasi, air bersih, sabun, dan pembuangan limbah secara memadai.
Organisasi-organisasi bekerja sepanjang waktu untuk menemukan cara-cara inovatif untuk terus mendukung individu-individu yang paling rentan dalam konteks saat ini, sementara juga mendukung otoritas nasional untuk menyiapkan ruang observasi dan isolasi untuk kasus Covid-19 yang positif.
Baca juga: Peraturan Baru Sebabkan Pengungsi Venezuela Kian Sengsara
Sejauh ini, Rencana Respons Pengungsi dan Migran Regional (RMRP) hanya menerima 3 persen dari dana yang diminta, yang bisa mempertaruhkan kesinambungan program penyelamatan jiwa di seluruh Amerika Latin dan Karibia. RMRP diluncurkan pada November 2019 untuk menanggapi kebutuhan mendesak para pengungsi dan migran dari Venezuela di 17 negara serta komunitas lokal yang menampung mereka.
Dua kali lipat
Lebih dari 20.000 kasus Covid-19 telah tercatat di Amerika Latin dan Karibia hari Rabu (1/4/2020). Jumlah ini dua kali lipat dari lima hari yang lalu.
Ketika ancaman pandemi itu tumbuh di seluruh wilayah itu, seorang migran Guatemala meninggal dunia. Lebih dari 20 orang terluka dalam kerusuhan di sebuah fasilitas penampungan bagi para migran Amerika Tengah di Meksiko.
Unjuk rasa atau protes dilancarkan sebagian besar migran Honduras di fasilitas penampungan di Negara Bagian Tabasco, Meksiko tenggara. Protes tersebut berubah menjadi kerusuhan, Selasa (31/3) malam, ketika ada tempat tidur yang terbakar di tengah kekhawatiran menyebarnya virus.
Pada Rabu sore tercatat 537 kematian dan 20.081 kasus di seluruh wilayah Amerika Latin dan Karibia.
Brasil mencatat infeksi pertama di Amerika Latin pada 26 Februari 2020. Dengan populasi 210 juta, Brasil sekarang menjadi negara yang paling terkena dampak dengan 5.717 kasus, termasuk 201 kematian.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah berulang kali menentang langkah-langkah sosial untuk mengisolasi diri yang, menurut dia, justru akan merugikan ekonomi. Pandangan Bolsonaro ini ditentang beberapa pihak karena dinilai menyebarkan informasi yang salah. Termasuk ditentang Menteri Kesehatan Brasil yang mengutamakan isolasi diri untuk mencegah penularan Covid-19.
Baca juga: Kampanye ”Tak Perlu Isolasi Diri” di Brasil Dilarang Hakim Federal
Pemimpin lain yang dikritik karena menganggap remeh pandemi ini adalah Presiden Nikaragua Daniel Ortega. Pemerintah Nikaragua belum memberlakukan tindakan pencegahan yang umum dilakukan negara-negara lain, termasuk menutup perbatasan atau melarang orang banyak berkerumun.
Ortega kemudian memecat Menteri Kesehatan Nikaragua Carolina Davila. Namun, Davila tetap ditugaskan sebagai penasihat presiden. Sejauh ini di Nikaragua telah dilaporkan lima kasus positif Covid-19 dengan satu kematian.
Sementara itu, lebih dari 300 warga Bolivia dan puluhan warga Peru terdampar di sebuah kamp sementara di Huara di Chile hari Rabu (1/4/2020) setelah perbatasan negara mereka ditutup karena virus korona.
Menteri Dalam Negeri Chile Gonzalo Blumel memohon pengertian, dengan mengatakan bahwa ”semua negara harus menghadapi ini dari perspektif kemanusiaan, terutama yang berkaitan dengan kembalinya warga yang berniat kembali ke negaranya”.
Kementerian Kesehatan Meksiko pada Rabu lalu melaporkan ada 37 kematian akibat Covid-19. Jumlah itu naik dari 29 pda hari sebelumnya. Ia juga mengatakan bahwa jumlah kasus positif Covid-19 di Meksiko naik menjadi 1.378 dari 1.215 hari sebelumnya.
Baca juga: Wabah Covid-19 Mulai Masuk Amerika Latin
Diplomat Meksiko mengucapkan terima kasih kepada dua badan amal China karena telah menyumbangkan persediaan medis untuk membantu membendung wabah virus korona. Pesan online tersebut menjadi viral.
”Terima kasih China!!!” demikian Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard menulis di Twitter pada Selasa (31/3) malam. Ucapan tersebut menaut sebuah laporan berita lokal tentang pasokan yang disumbangkan oleh China itu.
Menurut Pusat Kebudayaan China di Meksiko, Yayasan Jack Ma dan Yayasan Alibaba memberikan 100.000 masker, 50.000 alat uji dan 5 respirator, yang tiba di Meksiko tengah malam pada hari Selasa lalu. (AFP/REUTERS)