WHO Perkirakan Virus Korona di Malaysia Memuncak Pertengahan April
Malaysia memiliki jumlah infeksi tertinggi di Asia Tenggara dengan 2.908 kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Jumlah pasien yang sakit kritis karena virus korona diperkirakan mencapai puncaknya pada minggu depan.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, KAMIS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (2/4/2020), memperkirakan jumlah kasus virus korona baru di Malaysia akan mencapai puncaknya pada pertengahan April 2020. Perkiraan puncak penyebaran virus pada pertengahan April itu didasarkan pada tanda-tanda kurva infeksi yang dilihat WHO mulai merata.
”Berdasarkan data yang tersedia, WHO memproyeksikan bahwa Malaysia akan mencapai puncak kasus virus korona yang dirawat di rumah sakit pada pertengahan April,” kata Ying-Ru Lo, Kepala Misi dan Perwakilan WHO untuk Malaysia, Brunei, dan Singapura.
Jumlah pasien yang sakit kritis karena virus korona diperkirakan mencapai puncaknya pada minggu depan. Malaysia memiliki jumlah infeksi tertinggi di Asia Tenggara dengan 2.908 kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pada Rabu (1/4), Malaysia melaporkan 142 kasus baru.
Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan telah mencatat total 45 kematian, dua kematian di antaranya dilaporkan pada Rabu kemarin.
Sementara itu, dari Thailand dilaporkan ada 104 kasus baru virus korona sehingga total menjadi 1.875 kasus. Juru Bicara Pusat Administrasi Situasi Covid-19 Pemerintah Thailand Taweesin Wisanuyothin mengatakan, Kamis (2/4), ada tiga kematian baru di Thailand sehingga total menjadi 15 kematian.
Tiga kematian baru, semuanya pria Thailand, termasuk seorang pria berusia 57 tahun yang memiliki penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi. Kematian baru kedua adalah pria berusia 77 tahun yang menjalin kontak dengan pasien yang terinfeksi, sedangkan kasus ketiga adalah pengemudi berusia 55 tahun di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok.
Stimulus Taiwan
Di Taipei, Perdana MenteriTaiwan Su Tseng-chang, Kamis (2/4), mengatakan, Pemerintah Taiwan berharap tidak perlu menghabiskan lebih dari 1,05 triliun dollar Taiwan atau 35 miliar dollar AS (Rp 560 triliun) untuk melindungi ekonomi Taiwan dari dampak pandemi virus korona. Namun, hal itu sulit dihindari lantaran virus korona telah menyebar secara global.
Taiwan melaporkan 339 kasus infeksi dan lima kematian akibat Covid-19. Mereka memperoleh pujian untuk langkah-langkah awal yang diambil dan dinilai sangat efektif melawan virus korona. Namun, akibat penyebaran Covid-19 ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat, ketergantungan Taiwan pada ekspor telah menyebabkan ekonomi mereka merosot.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen hari Rabu (1/4) mengatakan, Taiwan akan mengeluarkan total 1,05 triliun dollar Taiwan (Rp 560 triliun) untuk dialokasikan sebagai stimulus ekonomi.
Melihat dampak global akibat pandemi Covid-19, Taiwan harus menghabiskan 1,05 triliun dollar Taiwan atau setara dengan sekitar 5 persen dari produk domestik bruto (PDB). ”Namun, apakah itu akan terjadi. Kami harap tidak perlu menambahnya. Namun, sulit untuk mengatakan dengan pasti karena epidemi masih berkembang,” kata PM Su Tseng-chang.
Fase berikutnya dari paket stimulus adalah anggaran khusus sebesar 150 miliar dollar Taiwan untuk disetujui parlemen. Bulan lalu, Bank Sentral Taiwan memangkas prospek pertumbuhan setahun penuh menjadi 1,92 persen dari perkiraan pada Desember lalu sebesar 2,57 persen.
Bank Sentral juga memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun ke level terendah, yakni 1,125 persen. Mereka juga menyatakan akan memberikan bank-bank pembiayaan sebesar 200 miliar dollar Taiwan untuk mendukung perusahaan memerangi dampak virus korona. (REUTERS)