Pandemi Covid-19 mengingatkan arti penting sains. Hanya lewat sains, manusia memahami secara baik fenomena alam, mengelola, serta menyiasatinya.
Oleh
·2 menit baca
Pandemi Covid-19 mengingatkan arti penting sains. Hanya lewat sains, manusia memahami secara baik fenomena alam, mengelola, serta menyiasatinya.
Sains telah membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Kematian berkurang drastis. Umur hidup manusia lebih panjang. Berbagai penyakit dan jasad renik penyebabnya dapat didentifikasi. Obat serta metode penyembuhannya pun bisa disusun serta diterapkan dengan presisi.
Identifikasi penyakit dan penemuan kuman penyebabnya ditempuh melalui proses ilmiah: pengamatan, pencatatan, pemeriksaan spesimen di bawah lensa mikroskop (lensa pun merupakan hasil penemuan ilmiah), hingga pengambilan kesimpulan. Semua tahapan ini berlangsung ketat dan berlandaskan pada prinsip sederhana tetapi revolusioner: hargai fakta, pertanyakan atau sangsi terhadap semua hal. Tidak ada tempat bagi dogma, apalagi mantra.
Sains telah membuat hidup manusia menjadi lebih baik.
Saat penyakit pes melanda dunia pada abad ke-14, pendekatan tidak ilmiah masih ditempuh dalam upaya manusia mengatasi persoalan itu. Akibatnya, kelompok ras tertentu di Eropa dijadikan kambing hitam dan dikejar-kejar karena dipandang sebagai penyebab wabah yang menelan banyak korban tewas tersebut.
Di tengah pandemi Covid-19, kita saksikan bagaimana sains—bukan mantra—menjadi tumpuan harapan. Berbagai lembaga riset dan laboratorium di sejumlah negara berpacu dengan waktu untuk menemukan vaksin penangkal virus korona baru penyebab Covid-19. Saat ini, ketika vaksin Covid-19 belum ditemukan, kampanye besar pencegahan penularannya pun sepenuhnya bertumpu pada hasil temuan sains.
Kampanye cuci tangan, misalnya, dilakukan berdasarkan berbagai penelitian ilmiah. Diawali pertama kali berdasarkan riset sederhana seorang dokter Hongaria pada abad ke-19, cuci tangan mulai disadari dapat membunuh jasad renik. Kini, berdasarkan penelitian mutakhir, cuci tangan diyakini mencegah penularan virus yang menyebar lewat droplet. Politisi sekarang jangan coba-coba berpidato kosong tanpa dasar ilmiah di tengah pandemi, mereka pasti segera ”dihukum” oleh publik.
Pandemi diperkirakan belum akan segera berakhir. Meski usaha penemuan vaksin yang melibatkan sejumlah laboratorium tercanggih di dunia berlangsung tanpa henti, diperkirakan lebih kurang setahun vaksin baru dapat dihasilkan.
Seperti ditulis harian ini, Organisasi Penelitian Industri dan Ilmiah Persemakmuran (CSIRO) di Australia mengumumkan telah menghasilkan dua kandidat vaksin yang kini dalam tahap uji pra-klinis dengan disuntikkan kepada musang. Jika semua berlangsung mulus, kemungkinan vaksin baru bisa diproduksi massal untuk publik akhir tahun depan.
Ilmuwan sedang bekerja keras menemukan vaksin. Kita harus menunggu dengan sabar. Satu hal yang pasti, sains memegang kepemimpinan, bukan dogma, apalagi mantra.