Eropa Raih Kemajuan, Laju Infeksi dan Kematian Menurun
Negara-negara paling parah akibat Covid-19 di Eropa melaporkan penurunan kasus infeksi dan kematian. Kemajuan itu buah dari kerja sama semua pihak dalam penanganan pandemi.
PARIS, SENIN — Sejumlah negara di Eropa yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19, seperti Italia, Jerman, Perancis, dan Spanyol, melaporkan mulai terjadinya penurunan laju kasus infeksi dan kematian akibat penyakit tersebut.
Di sisi lain, solidaritas untuk menanggulangi pandemi terus mengalir. Kemajuan itu diharapkan tidak sampai membuat negara-negara lengah dan mengendurkan kesiagaan menangani Covid-19.
Dalam laporan pada Senin (6/4/2020), Jerman mengumumkan, jumlah kasus baru lebih sedikit 2.259 orang dibandingkan dengan jumlah kasus baru pada Minggu yang mencapai 5.936 orang. Dari laporan itu, sudah empat hari berturut-turut Jerman melaporkan penurunan jumlah infeksi baru.
Spanyol juga melaporkan, jumlah kematian terus menurun sepanjang akhir pekan lalu. Jumlah yang meninggal pada Minggu (5/4/2020) berkurang 276 jiwa dibandingkan dengan Sabtu. Sementara laju infeksi harian berkurang dari 8,2 persen menjadi 4,8 persen dalam beberapa hari ini.
”Tekanan berkurang,” kata Kepala Pusat Layanan Darurat Kementerian Kesehatan Spanyol Maria Jose Sierra, Minggu sore waktu Madrid atau Senin dini hari WIB.
Laju kematian juga berkurang di Italia, negara dengan jumlah korban meninggal terbanyak selama pandemi korona baru sehingga menjadi episentrum Eropa. Jumlah kematian pada Minggu dilaporkan 525 jiwa, terendah dalam dua pekan terakhir.
Baca juga: Pengetahuan tentang Korona Terus Bertambah
Roma juga mencatatkan penurunan jumlah pasien kritis akibat Covid-19. Hal itu diharapkan menjadi tanda penurunan wabah di negara tersebut. Bersama Spanyol, Italia menjadi pusat penyebaran di Eropa. ”Ini kabar baik, tetapi kita tidak boleh lengah,” kata Kepala Perlindungan Sipil Italia Angelo Borrelli.
Perancis juga mengumumkan penurunan jumlah kematian akibat Covid-19, yakni 357 orang meninggal akibat Covid-19 pada Minggu. Dibandingkan dengan laju pertambahan korban meninggal sepanjang pekan lalu, jumlah korban jiwa itu merupakan yang terendah.
Menjaga jarak
Meski ada harapan dari penurunan laju kasus infeksi dan kematian, pemerintah tetap menekankan pentingnya menjaga jarak. Otoritas negara-negara tetap menekankan pentingnya mematuhi pembatasan, karantina, dan isolasi diri. Aparat Perancis tetap berjaga guna mencegah orang berkumpul di tempat umum. ”Perintah berdiam di rumah belum berakhir. Boleh keluar hanya jika benar-benar perlu,” kata Wakil Mendagri Laurent Nunez.
Meski ada harapan dari penurunan laju kasus infeksi dan kematian, pemerintah tetap menekankan pentingnya menjaga jarak.
Korea Selatan juga mengingatkan pentingnya menjaga jarak dan tetap di rumah. Denda hingga jutaan won atau penjara setahun dengan denda 3 juta won dikenakan bagi pelanggar.
”Kami sangat berhati-hati terhadap harapan optimistis apa pun,” kata Wakil Menteri Kesehatan Korsel Kim Gang-lip. Ia menekankan, pembatasan gerak merupakan salah satu cara paling efektif atasi Covid-19.
Baca juga: Korona Persempit Ruang Gerak Bisnis Narkotika
Peringatan itu tetap disampaikan meski Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan mengungkap jumlah kasus baru pada Minggu sebanyak 47 orang. Sebaliknya, sepanjang Sabtu tercatat 81 kasus baru. Inilah pertama kalinya pertambahan infeksi tidak sampai 50 kasus dalam sehari.
Tindakan pemimpin
Sejumlah kepala negara menunjukkan teladan di tengah wabah ini. Pelaksana Tugas Perdana Menteri Irlandia Leo Vadrakar kembali berpraktik sebagai dokter umum. Anak pasangan dokter dan perawat itu mendaftar Maret lalu dan mulai bertugas sehari dalam sebulan untuk melayani konsultasi lewat telepon.
Sebelum menjadi politisi, Varadkar memang menjadi dokter umum. Sebagaimana diberitakan media Inggris, BBC, Varadkar berhenti menjadi dokter dan sepenuhnya menjadi politisi selama tujuh tahun terakhir.
Kini, Dublin mengimbau para mantan tenaga kesehatan untuk kembali aktif dan membantu penanganan wabah. Varadkar menanggapi imbauan itu dengan kembali menjadi dokter.
Kepatuhan pada perintah terkait penanganan korona juga ditunjukkan PM Inggris Boris Johnson dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Johnson dipastikan terinfeksi dan beberapa hari mengarantina diri di rumah. Karena tidak kunjung membaik, ia dibawa ke rumah sakit dengan gejala ringan Covid-19.
Baca juga: Boris Johnson Dibawa ke Rumah Sakit
Sementara Kremlin menegaskan, sampai sekarang Putin tidak menunjukkan gejala terinfeksi dan sudah dites berulang kali dengan hasil negatif. Meskipun demikian, seperti dilaporkan kantor berita TASS, Putin tetap bekerja dari rumah sampai beberapa waktu ke depan.
Sebaliknya, Kepala Dinas Kesehatan Skotlandia Catherine Calderwood justru ketahuan melanggar perintah diam di rumah. Ia dua kali mengunjungi rumahnya yang lain. Akibatnya, ia mendapat peringatan polisi.
Bukan hanya itu, Calderwood akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya. Meski mendapat dukungan dari Menteri Utama Skotlandia Nicola Sturgeon, ia tetap mengundurkan diri setelah meminta maaf.
Ini masa kita bergabung dengan bangsa lain dalam usaha keras bersama, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan belas kasih untuk menyembuhkan.
Pengunduran diri Calderwood disampaikan tidak lama setelah Ratu Elizabeth II menyampaikan pidato khusus soal korona baru. Dalam pidato langka Ratu Inggris Elizabeth II, yakni pidato keempat dalam 68 tahun berkuasa, kali ini ia secara khusus menyampaikan masalah pandemi.
”Kita pernah menghadapi tantangan-tangan di masa lalu, kini (tantangannya) berbeda. Ini masa kita bergabung dengan bangsa lain dalam usaha keras bersama, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan belas kasih untuk menyembuhkan. Kita akan sukses. Kita harus bersyukur masih bisa bertahan, hari baik akan kembali, bisa berkumpul lagi dengan teman-teman, bersama keluar lagi, kita akan bertemu lagi,” ujarnya dalam pidato dari Kastil Windsor.
Ratu juga memahami kepedihan orang yang harus terpisah karena perintah jaga jarak dan diam di rumah. Hal itu mengingatkannya pada pengalaman selama Perang Dunia II, kala banyak keluarga terpencar di berbagai pengungsian. ”Kita tahu hal itu harus dilakukan,” ujarnya.
Ratu meminta semua orang mematuhi perintah jaga jarak dan diam di rumah. ”Bersama kita hadapi penyakit ini dan saya akan memastikan kepada Anda bahwa jika kita tetap bersatu teguh, kita akan menyelesaikan ini,” katanya. (AFP/AP/REUTERS)