Sepeda menjadi ”penyelamat” bagi warga yang menghindari naik angkutan umum, seperti bis dan kereta bawah tanah, karena kebijakan menjaga jarak fisik sebagai bagian upaya mencegah penyebaran wabah Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Pada saat berbagai bisnis lesu dan mati akibat wabah korona, bisnis sepeda di New York justru laris manis. Kekhawatiran untuk menggunakan transportasi umum, seperti bis dan kereta bawah tanah, membuat warga New York mau tak mau beralih ke sepeda.
Pemerintah New York pun mendukung penggunaan sepeda sebagai alternatif transportasi, terutama bagi tenaga medis dan kurir sepeda. Semua toko sepeda yang ada di New York tetap boleh buka, sementara toko lain harus tutup.
Salah satu toko sepeda yang kebanjiran langganan adalah Bellitte Bicycles, toko sepeda tertua di New York. Toko itu buka pertama kali tepat ketika Amerika Serikat sedang didera wabah flu spanyol tahun 1918. Lebih dari satu abad kemudian, mereka tetap setia membantu warga bekerja dan menjaga kewarasan saat wabah korona muncul.
Toko-toko sepeda seakan menjadi penyelamat bagi warga New York yang tetap harus bepergian ke mana-mana, seperti ke rumah sakit, mengantar pesanan makanan, atau sekadar olahraga sendiri guna melepaskan stres dan putus asa karena harus terkurung di apartemen yang sempit.
”Bisnis tetap jalan, tetapi utamanya ini untuk membantu masyarakat,” kata salah satu pemilik Bellitte Bicycles, Sal Bellitte. Kakeknya mulai membuka toko itu di permukiman masyarakat Jamaika di daerah Queens pada 1918.
Penyelamat
Sepeda menjadi ”penyelamat” bagi warga yang menghindari naik angkutan umum, seperti bis dan kereta bawah tanah, karena adanya kebijakan menjaga jarak fisik. Bersepeda juga sekarang menjadi lebih aman karena kondisi lalu lintas yang kini lengang.
”Usaha sepeda malah naik, beda dengan usaha lain yang harus tutup dan merugi. Banyak orang beli sepeda,” kata Paris Correa (29), salah satu karyawan toko sepeda Bike Stop di Queens.
Selain membeli sepeda, warga juga beramai-ramai memperbaiki sepeda di bengkel atau membeli suku cadang dan aksesoris sepeda. Bellitte mengaku akan tetap membuka tokonya, kecuali ada karyawan yang menunjukkan gejala-gejala korona. Jika hal itu terjadi, tokonya harus ditutup.
Bellitte Bicycles mulai dibuka ketika wabah flu spanyol menewaskan sedikitnya 30.000 orang di New York. Mereka juga bertahan saat peristiwa ”Great Depression”, Perang Dunia II, serangan teroris 9/11, dan Badai Sandy tahun 2012.
”Kami melewati itu semua,” kata Bellitte (56), yang merasa krisis kali ini yang terparah karena tidak jelas apa yang sedang dihadapi.
Karantina New York yang diperpanjang oleh Gubernur Andrew Cuomo hingga 29 April itu membuat banyak pekerja harus beralih ke sepeda untuk pertama kalinya.
Bagi banyak pekerja, karantina New York yang diperpanjang oleh Gubernur Andrew Cuomo hingga 29 April itu membuat mereka harus beralih ke sepeda untuk pertama kalinya.
Salah satunya Oliver Bucknor (50), yang kehilangan pekerjaannya sebagai sopir angkutan. Ia akhirnya membeli sepeda tua dari pemilik apartemennya dengan harga 250 dollar AS, lalu membawanya ke Bellitte Bicycles untuk diperbaiki sebelum ia memulai pekerjaan barunya sebagai pengantar makanan.
”Sekarang sepeda menjadi penyelamat hidup banyak orang. Sepeda ini membuat saya tetap bisa hidup,” ujar Bucknor.
Pengganti kereta bawah tanah
Warga yang tidak memiliki sepeda dan tidak mau membeli bisa menggunakan sepeda sewaan Citi Bikes yang kini tanpa biaya, khusus bagi tenaga medis. Emily Rogers (27), yang bekerja sebagai pekerja sosial, setiap hari bersepeda setengah jam dari rumah ke rumah sakit tempatnya bertugas. Ia tak mau lagi naik kereta bawah tanah karena khawatir terinfeksi Covid-19.
”Rasanya enak sesekali bisa keluar sebentar di jalan tanpa merasa bersalah,” ujar Rogers.
Sepeda-sepeda Citi Bike pun segera dibersihkan dengan disinfektan setelah penyewa selesai menggunakannya. Kini tempat-tempat Citi Bike diletakkan dekat dengan rumah sakit untuk membantu tenaga medis. Semula mereka mendekati stasiun dan terminal.
Bagi warga New York, bersepeda menjadi cara untuk tetap menjaga kesehatan dan menghilangkan kebosanan akibat karantina. Tidak masalah kalau harus bersepeda sendirian tanpa teman. ”Bersepeda itu baik untuk kesehatan tubuh, jiwa, dan pikiran,” kata Presiden New York Cycle Club Peter Storey (64).
Robin Lester-Kenton (41), warga Brooklyn, juga mengajak dua anaknya usia 5 dan 7 tahun keluar rumah dan mengajari mereka bersepeda di lapangan basket yang kosong di dekat rumah mereka. ”Sekarang banyak tempat terbuka yang kosong yang bisa kami manfaatkan,” ujarnya.