Negara-negara Afrika Minta China Hentikan Tes Covid-19 bagi Warganya
Beredar isu orang-orang Afrika di Guangzhou, salah satu kota di Guangdong, sebagai sumber baru Covid-19 di China
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JOHANNESBURG, SENIN — Sejumlah negara Afrika meminta China berhenti melakukan tes Covid-19 terhadap warga mereka yang berkunjung ke China. Hal ini karena, menurut mereka, tes dan rangkaian tindakan yang mengikutinya diduga berlandaskan diskriminasi. Sebaliknya, China mengungkap ada warga Afrika yang menolak tes dan berusaha lari dari karantina.
Permintaan itu disampaikan para duta besar Afrika lewat surat kepada Menteri Luar Negeri China Wang Yi. ”Kelompok duta besar Afrika di Beijing mendesak penghentian pemeriksaan paksa, karantina, dan perlakuan lain yang tidak manusiawi kepada orang-orang Afrika,” demikian tercantum dalam surat yang salinannya beredar pada Minggu (12/4/2020) malam itu.
Nota protes itu juga menyoroti laporan tentang sejumlah orang Afrika yang dikeluarkan dari hotel pada tengah malam, penyitaan paspor, ancaman pembatalan visa, penahanan, hingga deportasi. ”Menyatakan dalam istilah paling keras untuk keprihatinan dan kecaman pada pengalaman yang mengganggu dan memalukan warga kami,” demikian pernyataan terpisah Kedutaan Besar Sierra Leone di Beijing.
Sierra Leone juga menyinggung tentang 14 warganya yang diwajibkan masuk karantina selama 14 hari oleh China.
Sementara Nigeria, Ghana, dan Persatuan Afrika memanggil duta besar China untuk negara dan organisasi itu. Lewat pemanggilan ini, Afrika menyampaikan keberatan atas perlakuan yang dinilai tidak manusiawi berupa tes paksa, karantina wajib, dan penolakan menginap di hotel. Adapun Kementerian Luar Negeri Kenya menyoroti soal perlakuan tidak adil terhadap warga Afrika oleh beberapa pihak di Guangzhou.
Jawaban China
Duta Besar China untuk Nigeria, Zhou Pingjian, menegaskan bahwa semua orang asing diperlakukan setara di China. ”Kami menolak pembedaan perlakuan dan tidak menoleransi diskriminasi. Untuk mencegah dan mengendalikan pandemi, kami membutuhkan pengertian, dukungan, dan kerja sama dari warga China maupun warga asing di China. Kami mendesak semua warga asing di China sangat memperhatikan peraturan antipandemi,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China di Nigeria sebagaimana dikutip media China, The Global Times.
Juru bicara Kemenlu China Zhao Lijian juga menyampaikan hal senada. ”Sejak wabah, pihak berwenang di Guangdong sangat memperhatikan perlakuan terhadap pasien asing, termasuk orang Afrika. Pengaturan yang layak untuk melindungi nyawa dan kesehatan mereka dibuat dalam kerangka terbaik sesuai kemampuan kami. Dengan demikian, kami bisa menyelamatkan nyawa sejumlah pasien Afrika dari kondisi kritis,” ujarnya, sebagaimana dikutip Global Times.
Zhao Lijian menyatakan, Pemerintah Guangdong menyediakan penginapan bagi orang dalam pemantauan dan memberikan subsidi sewa kamar bagi yang tidak mampu membayar. Konsulat-konsulat asing di kota itu juga dihubungi.
Wilayah Provinsi Guangdong menjadi salah satu tempat yang kerap disambangi orang Afrika di China. Di sana, orang-orang Afrika membeli aneka komoditas untuk dijual di Afrika. Aneka aktivitas lain juga dilakukan orang-orang Afrika di sana.
Beberapa waktu lalu, beredar isu orang-orang Afrika di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, sebagai sumber baru Covid-19 di China. Isu itu beredar di tengah pertambahan jumlah pasien Covid-19 di China. Salah satu penyebar isu, yang hanya disebut bernama Song, kini sedang diperiksa polisi.
Pemerintah Guangzhou juga mengungkap lima orang Nigeria terinfeksi Covid-19 selama karantina. Kepolisian setempat juga memeriksa Okonkwonwoye Chika Patrick, warga Nigeria yang masuk Guangdong pada akhir Maret lalu. Patrick menolak pemeriksaan dan berusaha lari dari lokasi karantina. Ia juga diketahui menyerang perawat yang mencoba mencegah dia kabur.
Selain itu, ada pula laporan sejumlah orang asing menyalip antrean pemeriksaan Covid-19. Rekaman video kejadian itu memicu kemarahan warganet di China.
Sebelumnya, mereka juga marah dengan penggalan rekaman video Dubes Zhao Pingjian terlihat membungkuk pada Ketua DPR Nigeria Femi Gbajabiamila. Pingjian menjelaskan, sebenarnya kala itu ia sedang menyodorkan ponselnya kepada Gbajabiamila. Lewat ponsel itu, Pingjian menunjukkan data terkait penanganan Covid-19.